Langkah Sandiaga Uno agar Kasus WNA Langgar Norma di Bali Tak Terulang
Reporter
Tempo.co
Editor
Ninis Chairunnisa
Selasa, 10 Mei 2022 06:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan pihaknya akan memperkuat informasi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan atau do and don’t oleh wisatawan saat berkunjung ke destinasi atau sentra ekonomi kreatif di Indonesia. Langkah itu menyusul kejadian WNA di Bali yang melakukan pemotretan di destinasi wisata sakral namun tidak sesuai norma.
"Informasi ini harus bisa kita sampaikan di tengah upaya kita memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Bahwa di tengah upaya itu tentu ada kearifan juga penghormatan kepada adat istiadat daerah setempat," kata Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, Senin, 9 Mei 2022.
Seorang WNA asal Rusia di Bali sebelumnya membuat heboh publik karena melakukan pemotretan tanpa busana di sebuah pohon keramat di Bali. Pohon yang dimaksud adalah pohon kayu putih yang berada di kawasan Pura Babakan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Setelah heboh dan mendapat kecaman, WNA itu menyerahkan diri ke polisi. Kemudian Imigrasi juga mengambil tindakan dengan melakukan deportasi dan memasukkannya ke dalam daftar hitam.
Sandiaga mengatakan ada beberapa langkah yang akan dilakukan, diantaranya diseminasi informasi melalui berbagai saluran media yang dimiliki Kemenparekraf. "Termasuk dengan memaksimalkan algoritma di sosial media agar informasi yang disampaikan tepat sasaran," ujarnya.
Ia juga dengan mengajak seluruh pihak terkait turut menyebarkan informasi, termasuk pengelola destinasi dan para pemandu wisata. "Harapannya kita terus bisa menyosialisasikan kepada wisatawan bahwa ada norma-norma yang harus dijaga, dan ini yang harus kita lakukan edukasi karena mungkin di negara asal mereka tidak berlaku norma-norma seperti itu," ujar Sandiaga.
Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan ada kode etik kepariwisataan yang harus menjadi acuan bagi semua orang, termasuk pengelola destinasi dan wisatawan. Menurut dia, perlu kerja sama semua pihak untuk memastikan kode etik itu dapat dijalankan dan dipatuhi.
"Ada do's and don'ts yang harus dipatuhi oleh wisatawan di suatu tempat, tapi tugas tuan rumah juga untuk menyampaikan apa yang boleh dan apa yang tidak. Mungkin ini agak kurang barangkali yang ada di destinasi tersebut sehingga pengelolanya kemudian guide-nya juga, media pun bisa membantu dalam hal ini jadi semua stakeholder mestinya terlibat dalam hal ini," kata Adnyani.
Baca juga: Libur Lebaran Bangkitkan Pariwisata, Lakukan 3 Tips Ini Supaya Lebih Optimal
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.