Wisatawan Harus Makin Waspada di Kawasan Merapi Saat Musim Hujan

Jumat, 10 Desember 2021 06:36 WIB

Banjir lahar dingin di Kali Gendol Merapi, Sleman, DIY, Rabu 1 Desember 2021. FOTO/DOK BPBD SLEMAN

TEMPO.CO, Jakarta - Selain potensi ancaman awan panas dan banjir lahar dingin, wisatawan perlu mengetahui gejala alam yang tak terduga jika berencana mendekati kawasan puncak Gunung Merapi saat musim hujan intens pada Desember ini.

Gunung Merapi pada Kamis, sore 9 Desember 2021 kembali memuntahkan awan panas sejauh 2.200 meter ke arah Kali Bebeng pasca kawasan puncak gunung itu diguyur hujan sejak siang. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta pun menyebut adanya beberapa potensi kejadian angin di seputar kawasan Merapi pasca erupsi sore ini.

"Prakiraan cuaca sekitar Gunung Merapi pasca erupsi efusif sore ini khususnya kejadian angin kencang di kawasan itu," kata Kepala BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas, Kamis.

Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer terkini di kawasan Merapi, BMKG Yogyakarta mengungkap pada malam hari meski intensitas hujan mulai ringan, namun diprediksi terjadi angin yang bertiup dari utara ke timur dengan kecepatan 5 hingga 12 kilometer per jam. Lalu pada esok harinya Jumat 10 Desember, Reni mengungkap pada dini hari angin akan bertiup ke utara di Merapi dengan kecepatan 5-10 kilometer per jam.

Beranjak pagi hari diprediksi mulai terjadi peningkatan signifikan di mana kecepatan angin bisa mencapai 15 kilometer per jam. "Lalu pada siang harinya kecepatan angin di kawasan Merapi bisa tembus hingga 25 kilometer per jam," kata Reni.

Advertising
Advertising

Kepala Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan Merapi memuntahkan awan panas Kamis sore setelah kawasan itu diguyur hujan intens sejak siang. "Hujan mengguyur puncak Merapi sejak pukul 13.12 WIB dengan total curah hujan 29 milimeter. Masyarakat yang beraktivitas di alur sungai yang berhulu di Merapi agar mewaspadai bahaya lahar," kata dia.

Dengan status Merapi yang masih Level 3 atau Siaga, Hanik menyatakan seluruh pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 kilometer dari puncak. "Tak hanya wisata, penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana III juga direkomendasikan untuk dihentikan," kata dia.

Baca juga: Warga Yogyakarta dan Wisatawan Menjauhi Sungai Berhulu Gunung Merapi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Healing di Tepian Sungai Selangis, Aroma Bunga Kopi Menyelinap ke Dalam Tenda di Dusun Camp

4 jam lalu

Healing di Tepian Sungai Selangis, Aroma Bunga Kopi Menyelinap ke Dalam Tenda di Dusun Camp

Menikmati sensasi aroma kopi menyeruak ke dalam cabin serta tenda-tenda kemping yang ada di Riversides Dusun Camp

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

4 jam lalu

Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

TEMPO, Jakarta- Pada Rabu 15 Mei 2024 pukul 16.42.56 WIB wilayah Kepulauan Seribu, diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,4

Baca Selengkapnya

Dikira Gempa, Peledakan di Tambang Emas Tumpang Pitu Bikin Panik Wisatawan Pulau Merah Banyuwangi

6 jam lalu

Dikira Gempa, Peledakan di Tambang Emas Tumpang Pitu Bikin Panik Wisatawan Pulau Merah Banyuwangi

Terlihat kepulan asap kecokelatan dari kejauhan yang berasal dari lokasi peledakan tambang emas.

Baca Selengkapnya

Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

6 jam lalu

Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas dalam lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Hujan, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Mendukung Tanggap Darurat Bencana Sumbar

6 jam lalu

Antisipasi Hujan, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Mendukung Tanggap Darurat Bencana Sumbar

Operasi TMC dilakukan sebagai upaya percepatan penanganan darurat bencana banjir bandang lahar dingin dan tanah longsor di Sumbar.

Baca Selengkapnya

Pantai Prassa, Kimolos Dinobatkan sebagai Pantai Terjernih di Dunia

7 jam lalu

Pantai Prassa, Kimolos Dinobatkan sebagai Pantai Terjernih di Dunia

Pantai Prassa, Kimolos, Yunani, air terjernih di dunia menyimpan pesona tak tertandingi

Baca Selengkapnya

Tertinggal Kapal Pesiar saat Berlabih Ini yang Harus Dilakukan Wisatawan

8 jam lalu

Tertinggal Kapal Pesiar saat Berlabih Ini yang Harus Dilakukan Wisatawan

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat terlambat kembali ke kapal pesiar

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Gempa Lombok 2018: Rekor Gempa Paling Parah di Pulau Lombok

8 jam lalu

Kilas Balik Gempa Lombok 2018: Rekor Gempa Paling Parah di Pulau Lombok

Gempa Lombok 2018 meninggalkan duka yang mendalam di hati masyarakat.

Baca Selengkapnya

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

8 jam lalu

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

BMKG menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor di Sumbar.

Baca Selengkapnya

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

9 jam lalu

Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Banjir bandang di Sungai Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia.

Baca Selengkapnya