Desa Nusa Aceh Pernah Dilanda Tsunami 2004, Kini Jadi Desa Wisata Kebencanaan
Reporter
Antara
Editor
Ninis Chairunnisa
Kamis, 21 Oktober 2021 15:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Desa wisata Nusa di Kabupaten Aceh Besar, Aceh merupakan salah satu wisata yang masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Bukan tanpa alasan desa itu masuk dalam daftar yang terbaik, sebab desa itu memiliki keunikan karena mengusung desa wisata berbasis kebencanaan.
"Dari 50 desa wisata yang masuk dalam finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia, ini merupakan desa yang pertama dikembangkan menjadi desa wisata edukasi tentang pemahaman kebencanaan," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat meninjau Desa atau Gampong Nusa di Aceh Besar, Aceh, Rabu, 20 Oktober 2021.
Menurut Sandiaga, Desa Nusa memiliki daya tarik yang luar biasa, baik dari keindahan alam, seni dan budaya. Poin utama yang sangat potensial adalah pengembangan wisata berbasis edukasi tentang kebencanaan.
Menurut Sandiaga, Gampong Nusa memiliki sejarah tentang tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada 2004. Melalui potensi sejarah itu, warga dan wisatawan dapat belajar tentang kebencanaan.
"Karena desa ini punya histori tentang tsunami 2004. Kita ingin belajar dari apa yang terjadi dan kearifan lokal yang bisa kita edukasikan khususnya kepada sekolah-sekolah. Sehingga masyarakat lebih tahu seandainya ada gempa potensi tsunami, apa yang harus dilakukan," kata Sandiaga.
Sandiaga pun akan menyusun program tersebut dengan melibatkan para pihak seperti pemerintah daerah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, instansi pendidikan bahkan pihak luar negeri seperti Jepang. Nantinya, spot desa wisata Gampong Nusa itu akan sering dikunjungi sekolah-sekolah sama seperti Rinkai Disaster Prevention Park di Tokyo Jepang yang menjadi tempat belajar mitigasi bencana.
Saat ini, desa wisata Gampong Nusa telah memiliki 42 unit homestay berupa rumah panggung kayu tradisional dengan balutan warna-warni dari swadaya warga desa Nusa. Sandiaga pun memberi bantuan seprai untuk 42 homestay itu, mengingat selama ini fasilitas tempat tidur maupun kamar mandi masih belum standar internasional, seperti warna seprai, sarung bantal, termasuk handuk yang masih warna beragam, selain putih.
Baca juga: Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya