Banyak Versi Reog Ponorogo, Salah Satunya Sindiran Raja yang Dikendalikan Istri

Reporter

Tempo.co

Minggu, 5 September 2021 15:18 WIB

Atraksi kebudayaan reog ponorogo pada saat parade kebhinnekaan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 20 November 2016. TEMPO/Ilham Fikri

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki beragam tradisi unik yang berbeda-beda di tiap daerah. Salah satu tradisi yang masih hidup hingga sekarang adalah Reog Ponorogo.

Biasanya, Reog Ponorogo dipentaskan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, khitanan, festival seni, hingga acara-acara kenegaraan. Tradisi ini identik dengan topeng besar berkepala harimau yang dihiasi bulu merak.

Dalam makalah berjudul Reog dan Ludruk: Dua Pusaka Budaya dari Jawa Timur yang Masih Bertahan oleh Ayu Sutarto, dikatakan bahwa cerita asal-usul dan perkembangan reog Ponorogo memiliki lebih dari satu versi.

Versi pertama sejarah reog Ponorogo dikaitkan dengan era Kerajaan Kahuripan di Kediri. Versi ini tidak melibatkan tokoh-tokoh sejarah dan bertolak dari legenda yang diceritakan oleh pewaris aktifnya.

Kala itu, daerah Ponorogo bernama Wengker dan masuk dalam bagian dari Kerajaan Kahuripan. Raja Wengker, Klana Sewandana, dan patihnya Pujangga Anom, dikisahkan pergi ke Kerajaan Kediri dengan maksud untuk melamar putri Kahuripan yang sangat cantik.

Advertising
Advertising

Dalam perjalanan, Klana Sewandana dan Pujangga Anom dihadang oleh raja rimba bernama Singa Barong dan seekor merak cantik yang perkasa bernama Manyura. Klana Sewandana akhirnya berhasil mengalahkan keduanya dengan bantuan cambuk Semandiman dan bahkan membuat mereka menjadi mahluk berkepala dua, yakni kepala harimau dan burung merak.

Versi lain menyebutkan bahwa Reog Ponorogo dibawa oleh seorang ulama bernama Ki Ageng Kutu Surya Ngalam untuk mengkritik Raja Majapahit, Brawijaya V, yang dikendalikan oleh permaisurinya. Harimau melambangkan sang raja, sementara merak yang hinggap di atas kepala harimau melambangkang sang permaisuri.

Selain berfungsi untuk hiburan, reog Ponorogo juga berfungsi sebagai alat penggerak massa. Di bawah pemerintahan Bathara Katong, Reog Ponorogo pernah dimanfaatkan untuk menarik massa demi mengamankan wilayah Majapahit dan menyebarkan agama Islam.

Dalam sejarah politik Indonesia, Reog Ponorogo juga kerap dimanfaatkan untuk mengumpulkan dan menggerakkan massa, terutama dalam rapat atau kampanye politik di ruang terbuka

SITI NUR RAHMAWATI

Baca: Reog Ponorogo Memikat Perhatian Warga Den Haag

Berita terkait

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

2 hari lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

4 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

Artefak dan barang antik yang dicuri oleh beberapa orang dan dibawa ke Amerika Serikat telah dikembalikan ke Indonesia. Apa itu artefak?

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

7 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

9 hari lalu

DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

Komisi II DPR telah mengusulkan revisi UU Pemilu dan UU Pilkada sejak awal masa bakti 2019.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

10 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

10 hari lalu

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

14 hari lalu

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

17 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

17 hari lalu

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.

Baca Selengkapnya

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

17 hari lalu

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan

Baca Selengkapnya