Pecinta Antariksa Wajib Coba Simulasi Hidup ala Planet Mars di Yogyakarta
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Rini Kustiani
Kamis, 22 Oktober 2020 09:28 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Planet Mars masih menjadi misteri. Banyak orang penasaran apakah planet berwarna merah itu bisa menjadi tempat tinggal manusia di masa depan? Seperti apa rasanya hidup di sana?
Pun belum ada manusia yang sampai ke planet yang jaraknya paling dekat dengan bumi ini. Lembaga antariksa dari berbagai negara, antara lain NASA di Amerika Serikat, UAESA di Uni Emirat Arab, ROSCOSMOS Rusia, ISRO India, ESA Uni Eropa, JAXA Jepang, dan CNSA Cina, baru mendaratkan robot mereka di Planet Mars.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Pecinta Unidentified Flying Object atau UFO asal Yogyakarta yang juga Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS), Venzha Christ berencana membuat satu wahana misi latihan hidup di Planet Mars di Yogyakarta. Lokasi dan detail teknis wahana itu masih dirahasiakan.
Venzha memberi nama wahana simulasi Planet Mars itu VMARS atau v.u.f.o.c Mars Analog Research Station. "Kami akan membangun VMARS di akhir 2020. Proyek simulasi pertama pada pertengahan 2021 di Yogyakarta," ujar Venzha Christ, Rabu 21 Oktober 2020.
Venza Christ bukan orang baru di dunia antariksa. Pria berlatar seniman itu pernah terpilih sebagai satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti simulasi riset isolasi manusia menuju Antartika di kapal pemecah es Jepang pada 2019. Tujuan akhir proyek ini menyiapkan manusia ke planet lain, termasuk Mars.
Dalam proyek selama sebulan, 14 Februari - 14Maret 2019 itu, Venzha harus menjalani isolasi di dalam kapal pemecah es berukuran besar milik Jepang bernama SHIRASE 5002. Venzha juga terpilih untuk mengikuti pelatihan MDRS - Mars Desert Research Station yang didanai oleh MUSK Foundation - Elon Musk dari SpaceX, di Amerika pada tahun 2018.
Dari dua bekal pengalaman itu, Venza mencetuskan gagasan membangun pusat simulasi hidup ala Mars di Yogyakarta. Saat ini, Venza sedang menyiapkan peluncuran tentang VMARS dalam sebuah perhelatan pameran internasional Bangkok Art Biennale yang berlangsung 29 Oktober 2020 sampai 31 Januari 2021. Proyek peluncuran itu berjudul "MARS IS (NOT) A SIMULATION - a terraforming paradox after the mission".
Menurut Venzha, dalam wahana simulasi hidup ala Planet Mars yang dibangun di Yogyakarta itu, akan ada sejumlah hal yang bisa menjadi edukasi publik. Venzha menjelaskan, VMARS akan menjadi sebuah analog Mars yang unik dan berbeda dengan analog Mars yang ada di beberapa tempat di dunia. VMARS buatannya akan menggali lebih jauh tentang potensi Indonesia untuk menjadikan keanekaragaman hayati yang ada.
"Keunikan wahana VMARS di Yogya ini akan fokus pada penelitian 'Terraforming' dengan nama V-TF," katanya. Istilah 'terraforming Mars' mengacu pada gagasan bahwa Planet Mars dapat diubah sedemikian rupa, sehingga dapat menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. VMARS akan mempelajari cara dan alternatif hipotesa yang sampai saat ini masih menjadi polemik, bagaimana cara manusia untuk men-terraforming Mars.
Dari wahana VMARS, masyarakat juga akan mengenal 'Space Farming' dengan nama V-SFM. Space Farming merupakan usaha manusia beserta teknologinya untuk membuat aktivitas pertanian dan menanam untuk memenuhi kebutuhan makanan di luar angkasa, seperti di International Space Station (ISS) atau pada Habitat yang akan di bangun di Bulan atau Mars nanti. "VMARS akan bekerja sama dengan peneliti dan pakar dalam menciptakan inovasi bidang Space Farming ini," ujarnya.
Ada pula kreasi alternatif 'Space Food' dengan nama V-SF. Venza menjelaskan, Indonesia punya potensi besar dalam inovasi Space Food. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara terlibat dalam program makanan luar angkasa sekaligus memamerkan identitas budaya mereka. VMARS juga mengumpulkan banyak ide dari berbagai penelitian komunitas, praktisi, maupun universitas tentang Space Food dalam tataran riset dalam negeri.
Venzha Christ optimistis Indonesia mampu sejajar dengan negara lain dan berkolaborasi untuk mengeksplorasi Mars. "VMARS akan menjadi cikal-bakal sekaligus jembatan kolaborasi dalam bidang teknologi antariksa dan pengembangan pengetahuan luar angkasa di tanah air," katanya.