Demi Secangkir Kopi Lezat, Turis Rela Mendaki ke Desa Adat Waerebo

Kamis, 10 September 2020 10:00 WIB

Tujuh bangunan rumah desa adat Waerebo yang disebut Mbaru Niang, 28 April 2017. Desa adat Waerebo berada di lembah yang diapit beberapa punggungan, membuat wisatawan untuk mencapai desa itu harus mendaki membelah hutan sejauh 7 km selama kurang lebih 4 jam. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Kopi dan gaya hidup warga Desa Adat Waerebo yang bersahaja, menjadi magnet turis penikmat wisata minat khusus. Lokasi desa di Pegunungan Pocoroko, di ketinggian 1.200 mdpl, membuat siapapun harus mendaki, untuk menikmati suasana desa adat itu.

Kabar bagusnya, desa adat itu sudah dibuka kembali, setelah enam bulan ditutup akibat pandemi Covid-19. Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) menyatakan siap memberikan pendampingan penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Enviromental Sustainability) di Desa Adat Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kami sangat senang, karena Desa Adat Waerebo telah di buka kembali oleh Gubernur NTT. Kami siap mendukung pendampingan kepada masyarakat Wae Rebo mulai dari protokol kesehatan hingga penyediaan fasilitas fisik untuk CHSE,” tegas Shana.

Shana sebelumnya mendampingi Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat saat melaksanakan kunjungan kerja ke Desa Adat Wae Rebo, pada Minggu, 6 September 2020.

Sebagai langkah awal, Shana menegaskan pihaknya akan melaksanakan kegiatan padat karya Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, dan Aman) di Wae Rebo, sekaligus memberikan pendampingan penerapan protokol kesehatan kepada masyarakat desa adat yang telah dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012.

Advertising
Advertising

“Secepatnya, pekan depan kami akan melaksanakan gerakan BISA di Wae Rebo, sebagai respon dan dukungan atas dibukanya kembali desa wisata Wae Rebo,” kata Shana.

Kampung Adat Waerebo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Manggarai. Waerebo merupakan salah satu desa tertinggi yang ada di Indonesia dengan pemandangan yang indah dan dikelilingi pegunungan.

Warga mengayak kopi yang merupakan hasil perkebunan masyarakat di desa adat Waerebo, 29 April 2017. Warga setempat mengembangkan komoditas kopi sebagai mata pencahariannya, kopi jenis Arabica merupakan produk unggulan karena aroma dan cita rasa yang khas, wisatawan dapat mencicipi kopi khas Waerebo dengan membeli langsung dari penduduk dengan harga Rp80.000 - Rp200.000 per kilogram. ANTARA FOTO

Karena lokasinya yang cukup tinggi, untuk mencapai desa ini, wisatawan harus melakukan trekking selama dua jam agar bisa mencapai desa. Saat menjangkaunya wisatawan akan melewati tiga pos pendakian, namun perjalanan itu akan terbayar dengan ramahnya penduduk, pemandangan yang indah, dan juga kopi panas lokal yang merupakan salah satu produk perkebunan masyarakat desa Waerebo.

Pekebunan kopi robusta sudah menyambut wisatawan sejak 700 meter sebelum kampung. Kopi menjadi komoditas warga. Dalam setahun, mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp14 juta, yang mereka tabung untuk menyekolahkan anak-anak hingga pendidikan tinggi.

Menurut warga, kopi jenis robusta ditanam pertama kali pada 1960-an. Bertahun-tahun kemudian, kopi menjadi komoditas unggulan selain hasil sawah dan kebun.

Kopi benar-benar menjadi daya tarik selain adat istiadat warga. Desa Adat Waerebo juga tampak eksotis: ada tujuh rumah berberuk kerucut yang disebut mbaru niang. Rumah-rumah itu selamanya berjumlah tujuh dan telah dihuni turun-temurun lebih dari seabad.

Pintu tiap rumah adat menghadap ke compang, sebagai pusat aktivitas warga untuk mendekatkan diri kepada alam, leluhur, serta Tuhan -- dengan berbagai ritual.

Para lelaki umumnya mengurus kebun, termasuk menjual kopi. Sementara para wanita membuat kain tenun, yang disebut tenun cura. Nah, sembari menikmati kesejukan Desa Adat Waerebo, kopi-kopi pun dihidangkan. Seruputan pertama, Anda akan mendapati kopi robusta yang kuat, lalu diselingi rasa fruity, seperti arak buah yang asam.

Tetua Adat Waerebo melakukan ritual adat menyambut pergantian musim hujan menuju musim kemarau yang disebut upacara adat Kasawiang, 28 April 2017. Bangunan rumah adat terbuat dari kayu beratap rumbia berbentuk kerucut yang disebut Mbaru Niang. ANTARA FOTO

Kopi menjadi daya tarik wisata. Turis yang datang diperlihatkan cara memanen, dengan memetik biji kopi robusta yang hanya berwarna merah. Turis lalu diajak melihat proses penjemuran, menggoreng biji kopi hingga menggilingnya. Dan, saat bersantai setelah tur pendek, kopi-kopi pun diedarkan. Dengan asap mengepul, aroma kesegaran kopi kian nikmat membaur dengan suasana alam yang asri.

Kopi, keramahan warga, dan suasana desa itulah yang membuat turis ingin kembali ke Desa Adat Waerebo.

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

1 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Iuran Wisata untuk Siapa

3 hari lalu

Iuran Wisata untuk Siapa

Rencana pemerintah memungut iuran wisata lewat tiket pesawat ditolak sejumlah kalangan. Apa masalahnya?

Baca Selengkapnya

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

3 hari lalu

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

4 hari lalu

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran mengatakan pantai Pangandaran pasca terjadinya gempa Garut dalam situasi aman.

Baca Selengkapnya

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

4 hari lalu

Alasan Jepang Bangun Penghalang di Tempat Foto Gunung Fuji

Foto Gunung Fuji yang berdiri megah di delakang toko Lawson itu menarik bagi wisatawan asing

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

4 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

7 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

7 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

8 hari lalu

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Sandiaga Uno yakin BNI Java Jazz akan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Baca Selengkapnya

5 Keunikan Kawah Ijen yang Membuat Turis Asing Penasaran

8 hari lalu

5 Keunikan Kawah Ijen yang Membuat Turis Asing Penasaran

Tak hanya punya api biru, kawah Ijen punya berbagai keunikan yang membuat turis asing penasaran untuk datang.

Baca Selengkapnya