Di Pantai Bajulmati, Penyu-penyu Langka Memikat Wisatawan
Reporter
Abdi Purmono (Kontributor)
Editor
Ludhy Cahyana
Selasa, 1 September 2020 14:20 WIB
TEMPO.CO, Malang - Empat bocah tersenyum saat menerima baskom plastik kecil, yang masing-masing berisi dua ekor anak penyu alias tukik. Sementara, seratusan orang dewasa lainnya juga membawa baskom berisi dua ekor tukik.
Mereka kemudian melepas tukik-tukik ke perairan laut Pantai Bajulmati di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, saat teja matahari yang terbenam terlihat di kejauhan.
Ombak Samudera Hindia yang bergulung-gulung sesekali mendorong mundur ratusan tukik ke hamparan pasir, sampai akhirnya semua anak penyu imut sukses memasuki perairan laut selatan Malang dalam tempo hampir dua jam. Orang-orang bertepuk tangan seru sambil melambai-lambaikan tangan perpisahan ke arah laut.
Pelepasan tukik dilakukan pada Kamis, 27 Agustus 2020, di depan kantor pusat konservasi penyu Pantai Bajulmati. Pusat pelestarian penyu ini dikelola oleh Kelompok Masyarakat Pengawas Pilar Harapan alias Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC).
Ketua BSTC Sutari mengatakan, total sebanyak 1.242 ekor tukik yang dilepas ke perairan laut selatan Malang. Jumlah ini terdiri dari 1.100 ekor tukik penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dan 142 ekor tukik penyu hijau (Chelonia mydas). “Umur tukiknya antara 10-14 hari,” kata Sutari.
Pelepasan penyu dilakukan bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur Resor Konservasi Wilayah 21 Pulau Sempu, Perhutani Malang, rombongan PKK dan istri anggota perlemen Kabupaten Malang, Camat Gedangan dan jajaran, personel TNI dan kepolisian, puluhan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Brawijaya Malang, serta komunitas pegiat alam bebas, seperti Sahabat Alam (Salam), Gimbal Alas Indonesia, dan Sahabat Volunteer Semeru (Saver).
Kepada para hadirin saat tukik-tukik belum dilepas, Sutari berbagi pengetahuan tentang penyu dan fungsinya dalam menjaga keseimbangan keseimbangan ekosistem dan mata rantai makanan, serta perbedaan penyu dengan kura-kura dan bulus.
Sutari yang dibantu 12 staf BSTC juga menjelaskan potensi habitat dan ancaman keberadaan penyu di pesisir selatan Malang, supaya masyarakat peduli dan berpartisipasi aktif dalam pelestarian satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dunia internasional itu.
Menurut Sutari, enam dari tujuh spesies penyu langka di dunia ada di Indonesia dan dua spesies di antaranya masih berupa tukik yang dilepas ke perairan laut Bajulmati. Empat spesies penyu langka lainnya adalah penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu belimbing (Dermochelis coriace), penyu tempayan (Coretta coretta), dan penyu pipih (Natator depressa).
<!--more-->“Tukik lekang dan tukik hijau yang kami lepas merupakan hasil penyelamatan telur penyu di sini (Bajulmati), Pantai Ungapan, Pantai Ngatep, dan Pantai Wonogoro. Semua masih segaris dengan Bajulmati,” ujar Sutari, yang juga pemilik warung di Pantai Bajulmati.
Kepedulian Sutari terhadap penyu dipengaruhi pengalamannya sebagai pemburu penyu. Sutari mengaku dulu suka menangkap penyu yang mendarat di pantai. Begitu pula orangtuanya. Namun, Sutari menukas, dulu penyu hasil buruan hanya untuk dikonsumsi.
Singkat cerita, mulai 2009 Sutari beraksi menyelamatkan penyu di sepanjang pantai selatan Malang. Sutari lebih banyak kerja sendirian sampai akhirnya dapat teman kerja enam orang pada 2012.
Di tahun itu mereka mendirikan rumah penetasan telur penyu tanpa bekal pengetahuan dan teknik memadai. Sutari dan kawan-kawan otodidak mempelajari pengetahuan tentang penyu. Pada 2013, kelompok Sutari dilatih Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, untuk mendalami pengetahuan tentang penyu, khususnya tentang teknik penyelamatan dan penetasan telur-telur penyu.
Lima tahun berselang, BSTC mulai mendapat cukup banyak dukungan dari beberapa lembaga dan perusahaan. Misalnya, mereka mendapat pendampingan dari pegiat lingkungan Sahabat Alam (Salam), serta dukungan teknis dan finansial dari PT Pertamina dan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Malang (DPPM UMM) yang dimotori Novin Farid Styo Wibowo dan Ruli Inaya Romadhon.
Kini BSTC mempunyai bangunan permanen di atas lahan seluas 1.500 meter persegi, yang merupakan lahan milik Perhutani. Selain sebagai tempat penetasan telur penyu, tempat tersebut juga difungsikan sebagai pusat wisata edukasi konservasi penyu.
“Supaya para wisatawan yang ke sini enggak hanya tahu pantai dan air laut, tapi juga bisa dapat tambahan pengetahuan konservasi penyu sepulang dari sini. Edukasi konservasi penyu ini sangat penting, khususnya diajarkan kepada anak-anak,” ujar Sutari.
Nah, menariknya, untuk mendapatkan bonus pengetahuan tentang penyu itu gratis. BSTC tidak memungut biaya sepeser pun. Mereka hanya menyediakan kotak donasi di dekat pintu masuk rumah penetasan penyu yang merangkap jadi balai pertemuan. Wisatawan bebas berdonasi berapa pun karena sejatinya wisatawan sudah membayar tiket saat di pintu masuk objek wisata Bajulmati, yakni Rp 10.000 per orang.
<!--more-->“Bisa pakai guide dan bisa pakai materi kalau dibutuhkan. Gratis karena pengunjung sudah bayar tiket masuk Bajulmati. Kami hanya sediakan kotak donasi. Monggo berdonasi seikhlasnya,” ujar Sutari.
Sutari sangat berharap masyarakat luas, khususnya yang mendiami pesisir selatan Malang, makin sadar dan peduli untuk terlibat aktif dalam pelestarian penyu dengan melindungi kedatangan penyu-penyu betina yang mendarat untuk bertelur walau habitatnya sudah berubah jadi tempat wisata.
Namun masih ada ganjalan kecil. Tanah yang ditempati BSTC masih dalam pengelolaan Perhutani dan sampai sekarang belum ada perjanjian kerja sama antara Perhutani dengan BSTC. Sehingga Balai Besar KSDA Jawa Timur melalui Resor Konservasi Wilayah (RKW) 21 Pulau Sempu belum bisa terlibat aktif membantu BSTC ,melakukan pemantauan dan pengawasan penyu-penyu di pantai selatan Malang.
Edy Kurnia, Polisi Hutan RKW 21 Pulau Sempu yang mewakili Balai Besar KSDA Jawa Timur, sangat berharap perjanjian kerja sama antara Perhutani dan BSTC segera terwujud, semata-mata demi kelestarian satwa dilindungi dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Edy optimistis, keberadaan BSTC bisa jadi magnet besar pemikat kedatangan wisatawan sehingga berangsur-angsur Bajulmati bukan hanya dikenal karena hamparan pasir pantai halus kecoklatan sepanjang 782 meter, tapi yang terpenting populer sebagai habitat penyu yang harus dijaga bersama.
Perhutani memiliki sekitar 41 titik pantai selatan Kabupaten Malang. Seluruh pantai memanjang mulai Pantai Licin di Dusun Licin, Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, di ujung selatan barat dan berbatasan wilayah Kabupaten Lumajang, sampai Pantai Mondangan di Dusun Kalitekuk, Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo—ujung selatan timur yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Blitar.
Dari 41 pantai, 23 di antaranya sudah dibuka untuk wisatawan. Dari 23 pantai ini, ada enam pantai yang paling populer, termasuk Bajulmati.
Kelima pantai lain adalah Sendangbiru di Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan — Sendangbiru diproyeksikan jadi pelabuhan perikanan nusantara; Goacina di Desa Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan; Pantai Ngeliyep di Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, serta Balekambang dan Kondangmerak yang masing-masing di desa Srigonco dan Sumberbening, Kecamatan Bantur.
Balekambang terkenal sebagai “Tanah Lot”-nya Kabupaten Malang. Hutan lindung Kondangmerak dikenal sebagai habitat beragam satwa dilindungi seperti lutung jawa (Trachypithecus auratus), macan tutul jawa (Panthera pardus melas), elang jawa (Nisaetus bartelsi), dan kukang jawa (Nycticebus javanicus). Pantai Kondangmerak juga jadi tempat pendaratan penyu.
Sedangkan pelepasan tukik di Bajulmati bukan yang pertama. Sebelumnya, ada sekitar empat kali pelepasan, yaitu pada 3 November 2017, Oktober 2018, 29 April dan 29 Mei 2019.
ABDI PURMONO