Pariwisata Lombok Mulai Menggeliat, Ini Penyebabnya
Reporter
Supriyantho Khafid (Kontributor)
Editor
Ludhy Cahyana
Kamis, 27 Agustus 2020 10:00 WIB
TEMPO.CO, Mataram - Sejak awal Agustus, kapal-kapal cepat dari Bali mulai berdatangan ke Lombok. Pelayaran itu memiliki jadwal rutin, dua kapal sehari setiap Senin, Rabu dan Sabtu, yang setiap tripnya membawa 20-50 orang.
"Semuanya wisatawan asing," kata Staf Syahbandar di Bangsal Pemenang, Lombok Utara, Ersan kepada TEMPO, Rabu 26 Agustus 2020 petang.
Hari ini kapal cepat Eka Jaya 25 menurunkan 50 orang wisatawan mancanegara dari Bali ke Gili Indah. Di antara mereka, terbanyak ke Gili Trawangan sebanyak 11 orang, ke Gili Meno satu orang dan ke Gili Air 10 orang dan di Bangsal 28 orang. Sedangkan penumpang lokal mencapai 400 orang.
Sebelum terjadinya musibah pandemi Covid-19 dan sesudah bencana gempa bumi, kawasan wisata Gili Indah yang terdiri dari Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air didatangi hingga 3.000 orang setiap harinya.
Para pelaku usaha wisataa di Gili Indah pun berbenah. Pada, Selasa 25 Agustus 2020, 35 anggota Gili Hotel Association bertemu di area Sunset Point Gili Trawangan, "Kami membicarakan Weekend Package berkolaborasi dengan Fast Boat Ekajaya," ujarnya. Paket wisata akhir pekan tersebut diharapkan dapat mengangkat kembali pariwisata Gili Indah
Secara terpisah, General Manager Hotel Mola-Mola Resrot Hotel di Gili Air, Yanto Rozali menyebutkan pihaknya telah menerima sertifikat Cleanliness, Health, Safety, Environtment (CHSE) sebagai bukti telah memenuhi protokol kesehatan Covid-19 dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang diterbitkan oleh Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah.
Ada sembilan item yang telah dipenuhi yaitu masalah karyawan, keamanan tamu, jarak fisik, kebersihan ruang, kamar hotel, makanan dan minuman, area publik, interaksi online, dan hubungan eksternal.
Dalam masa pandemi, Mola-Mola Resort menargetkan bisa menawarkan paket murah untuk wisatawan lokal. Jika sebelum pandemi harga paketnya dua malam tiga hari hingga Rp4,3 juta - Rp5,6 juta, maka saat ini memasang harga mulai dari Rp380.000 hingga Rp 3,1 juta, tergantung kamar pilihannya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat Saepul Akhkam menyebutkan, pelaku usaha di daerahnya setelah Maret - Juni 2020 tidak beroperasi. Menurutnya, yang masih tertatih-tatih hanyalah bisnis agen perjalanan, akibat belum normalnya penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Lombok.
Manajemen beberapa hotel sudah mengkonfirmasi hal tersebut. Okupansi mereka sudah mulai merangkak naik, meskipun belum banyak. Rata-rata antara 15 sampai 20 persen, bahkan lebih pada bulan Juli dan menjelang akhir Agustus ini. Dengan okupansi tertinggi pada saat akhir pekan.
Kiatnya, selain keberanian untuk melakukan penyesuaian harga, mereka ternyata kreatif menyajikan penawaran dan atraksi di hotel-hotel mereka.
SUPRIYANTHO KHAFID