Waktu Menginap Semakin Lama, Apakah Kecenderungan Tren Baru?
Reporter
Bram Setiawan
Editor
Ludhy Cahyana
Selasa, 16 Juni 2020 20:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Selama masa pandemi, akomodasi mengalami tren yang unik: tamu cenderung menginap dalam jangka waktu yang lebih lama.
Mayflower Inn mengalami peningkatan masa inap hotel untuk jangka panjang. Kecenderungan itu, salah satunya karena kaum urban ingin menikmati musim panas di tempat lain selama pandemi virus corona (Covid-19), dikutip dari Vogue.
Auberge Resorts yang menjalankan Mayflower, menjelaskan adanya peningkatan masa inap itu dari setiap tahun. Rata-rata lama menginap meningkat 300 persen.
“Kami benar-benar memiliki keluarga yang berpindah, mengambil empat atau lima kamar, untuk periode dua pekan, empat pekan, enam pekan,” kata Pimpinan Eksekutif (CEO) Auberge Resorts, Craig Reid.
Akomodasi White Elephant di Nantucket juga menemukan pemesanan selama enam pekan. "Pondok tiga kamar tidur adalah yang sangat populer," kata Manajer Umum White Elephant, Bettina Landt.
Ketika perkantoran ditutup karena pandemi virus corona (Covid-19), pekerja yang memiliki dana cadangan, bekerja dari lokasi yang mereka pilih. Pandemi telah mengubah banyak hal, termasuk tempat bekerja dan hidup sehari-hari. Hal itu juga termasuk skenario bekerja dari rumah.
Misalnya para klien perusahaan perjalanan dan hotel, Virtuoso. Direktur Pelaksana Virtuoso Misty Belles mengatakan banyak klien yang memilih menginap untuk beberapa pekan, bahkan sampai hitungan bulan.
"Tinggal di vila, hotel, yang menyediakan fasilitas seperti dapur, ruang tamu, dan kendaraan pribadi," katanya.
Masa inap hotel jangka panjang salah satunya juga karena soal penerbangan. Ketika maskapai telah drastis memotong jadwal penerbangan yang dipengaruhi larangan perjalanan, juga mempengaruhi kecenderungan waktu lama menginap di sebuah akomodasi.
VOGUE | AUBERGE RESORTS