Perjalanan Wisata Usai Covid-19 Lebih Ribet, Begini Ilustrasinya

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Senin, 4 Mei 2020 15:53 WIB

Seorang ibu dan anaknya mengenakan pakaian APD saat terlihat di Bandara Internasional Wuhan Tianhe di ibu kota provinsi Hubei, China, 8 April 2020. Ribuan orang bergegas meninggalkan Wuhan setelah otoritas setempat mencabut larangan warga berpergian selama lebih dari dua bulan di kota yang merupakan asal muasal pandemi virus corona (Covid-19) itu. REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan nanti harus terbiasa dengan keadaan setelah pandemi virus corona (Covid-19) berlalu. Misalnya, kursi berjemur dipisahkan oleh plexiglass. Lalu ada tes darah dan semprotan sanitiser sebelum penerbangan. Ini mungkin terdengar ekstrem, tetapi itu adalah langkah nyata yang dilakukan oleh beberapa industri pariwisata, agar wisatawan merasa aman dan nyaman pasca-lockdown.

Perjalanan internasional belum bisa diprediksi kapan dimulai. Argentina misalnya, memperpanjang larangan terbang hingga September. Lalu seperti apa perjalanan wisata pada masa depan? Berikut ulasan dari BBC.

Bandara

Banyak bandara mengikuti anjuran pemerintah setempat, seperti pengaturan jarak satu dan dua meter sepanjang waktu (kecuali keluarga), hand sanitizer didistribusikan di seluruh bandara, agar seluruh penumpang bisa menggunakannya.

Di Amerika Serikat, Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) mengatakan wisatawan harus mencuci tangan selama 20 detik, sebelum dan sesudah proses penyaringan keamanan. Bandara Internasional Hong Kong selangkah lebih maju.

Advertising
Advertising

Mereka menggunakan perangkat desinfektan yang dapat menyemprot seluruh tubuh. Bandara Hong Kong menyatakan, ruang khusus disinfektan tersebut mampu membunuh bakteri ataupun virus pada pakaian dan kulit, dalam waktu 40 detik. Bandara ini juga menguji coba robot pembersih otonom yang bergerak membunuh mikroba dengan sinar ultraviolet. Robot serupa telah diuji di kamar rumah sakit darurat.

Setelah menggunakan robot untuk membersihkan udara dan lantai, Bandara Hong Kong memiliki CleanTech alat desinfeksi. Foto: @hongkongairport

Bandara yang memiliki kios check-in elektronik mendorong penumpang untuk menggunakannya, untuk menghindari interaksi yang tidak perlu. Sebagian besar bandara akan menampilkan poster yang menjelaskan langkah-langkah panduan dan instruksi di seluruh gedung mereka.

James Thornton, kepala eksekutif kelompok perjalanan Intrepid, mengatakan proses melewati bandara kemungkinan akan memakan waktu lebih lama karena pemeriksaan yang lebih ketat, "Jarak sosial akan jadi aturan baku, seperti halnya memeriksa gadget atau cairan dalam tas saat melewati pemeriksaan," katanya. Menurutnya, penumpang nantinya akan melihat paspor imunitas, untuk melewati check-in.

Paspor tersebut menggantikan deteksi termal, yang kurang efektif. Pasalnya, mereka yang terinfeksi pada banyak kasus tak menunjukkan gejala demam. Emirates menawarkan penumpang tes darah Covid-19 yang cepat, sebelum naik ke pesawat. Tes Covid-19 yang dilakukan Emirates menghabiskan waktu 10 menit.

Di Dalam Pesawat

Jangan berharap lagi senyum pramugari. Pasalnya, mereka akan mengenakan masker. Demikian pula para penumpang.

Maskapai penerbangan meningkatkan prosedur pembersihan dan sanitasi mereka, meninggalkan meja baki, sandaran kursi, dan sabuk pengaman yang didesinfeksi dengan baik.

Jika Anda telah memesan penerbangan Anda dengan Korean Air, jangan khawatir jika orang-orang muncul di lorong mengenakan alat pelindung diri penuh (APD), karena maskapai itu berencana melengkapi awak kabin dengan APD, sarung tangan dan masker mata. Selain itu, kursi tengah akan dibiarkan kosong.

Namun membiarkan kursi penumpang bagian tengah kosong, berarti ongkos terbang bagi penumpang menjadi mahal atau sangat mahal.

Awak kabin mengenakan baju alat pelindung diri (APD) saat melakukan persiapan di dalam pesawat tipe A-330 milik Batik Air yang akan digunakan untuk menjemput Warga Negara Indonesia (WNI) di Wuhan, Cina, di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Sabtu, 1 Februari 2020. ANTARA/Muhammad Iqbal

Sesampai di Tujuan

Sesampai di tujuan, pemandangan juga beda. Kabarnya, Italia sedang mempertimbangkan lembaran plexiglass yang tinggi, sebagai pembatas kursi untuk berjemur, "Saya telah melihat gambarnya," kata Ulf Sonntag dari Institute for Tourism Research di Eropa Utara, "Italia serius menggunakannya."

Sonntag mengatakan, kota-kota wisata di Eropa juga mencari cara untuk mengatur tamu di hotel. Misalnya, kerumuman di kolam renang sudah tak mungkin lagi, bila ingin konsisten menjaga jarak. Restoran pun, juga harus memperlebar jarak antar meja. Meletakkan hand sanitizer di setiap meja dan menyusun menu a la carte untuk menggantikan prasmanan".

Nikolaos Sipsas, seorang profesor kedokteran di Athena, setuju bahwa makanan prasmanan adalah risiko besar, sama halnya berkumpul di kolam renang, bar, dan pantai.

"Saya melihat pantai-pantai Yunani jarang penduduknya, dengan kata lain akan ada pemandian, tetapi mereka tidak akan berdekatan satu sama lain. Kita tidak akan melihat fenomena pantai terorganisir dengan handuk tepat di sebelah satu sama lain," katanya.

Negara-negara Eropa telah mendiskusikan "koridor wisata" untuk menghubungkan daerah-daerah dan negara-negara anggota yang paling sedikit terpengaruh oleh Covid-19. Kroasia, misalnya, akan memberi wisatawan dari Republik Ceko dan Slovakia akses khusus ke pantainya pada musim panas ini.

Apakah ini akan mengubah masa depan perjalanan untuk selamanya? Mungkin saja, karena gaya berwisata pun berubah, "Orang-orang cenderung tak bepergian ke mancanegara, apa yang dulu disebut staycation akan berubah, dan bisa menjadi norma," kata Andy Rutherford, pendiri operator tur yang berbasis di Inggris, Fresh Eyes.

Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Malaysia menjalani Rapid Test saat tiba di kedatangan Internasional Terminal 2 Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa 7 April 2020. Sebanyak 156 Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Malaysia yang pulang ke Jawa Timur menjalani rapid test untuk pencegahan penyebaran corona virus atau COVID-19. ANTARA FOTO/Umarul Faruq

Setelah pandemi global, kapal pesiar, liburan ski, dan penerbangan jarak jauh bisa kehilangan daya tariknya, terutama karena fokusnya kembali ke teknologi hijau dan cara-cara untuk mengatasi krisis iklim, kata Rutherford.

Sebuah survei dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menemukan bahwa 60 persen responden akan menunggu selama dua bulan sebelum memesan penerbangan setelah wabah virus corona. Sementara 40 persen lainnya menunggu setidaknya enam bulan. Boeing bahkan memprediksi, bisnis penerbangan tak akan normal seperti 2019, hingga 2023 nanti.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

18 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

19 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status karena Sepi Kunjungan Wisman, Ini Kata Kemenhub

Lesunya aktivitas kunjungan wisman ke 17 bandara internasional membuat Kemenhub menurunkan status penggunaan bandara menjadi bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

23 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Iuran Wisata untuk Siapa

5 hari lalu

Iuran Wisata untuk Siapa

Rencana pemerintah memungut iuran wisata lewat tiket pesawat ditolak sejumlah kalangan. Apa masalahnya?

Baca Selengkapnya

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

5 hari lalu

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

5 hari lalu

Gempa Garut, Wisatawan Panik Pantai Selatan Jabar Sempat Sepi

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran mengatakan pantai Pangandaran pasca terjadinya gempa Garut dalam situasi aman.

Baca Selengkapnya