Perjalanan Wisata Usai Covid-19 Lebih Ribet, Begini Ilustrasinya
Reporter
Terjemahan
Editor
Ludhy Cahyana
Senin, 4 Mei 2020 15:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan nanti harus terbiasa dengan keadaan setelah pandemi virus corona (Covid-19) berlalu. Misalnya, kursi berjemur dipisahkan oleh plexiglass. Lalu ada tes darah dan semprotan sanitiser sebelum penerbangan. Ini mungkin terdengar ekstrem, tetapi itu adalah langkah nyata yang dilakukan oleh beberapa industri pariwisata, agar wisatawan merasa aman dan nyaman pasca-lockdown.
Perjalanan internasional belum bisa diprediksi kapan dimulai. Argentina misalnya, memperpanjang larangan terbang hingga September. Lalu seperti apa perjalanan wisata pada masa depan? Berikut ulasan dari BBC.
Bandara
Banyak bandara mengikuti anjuran pemerintah setempat, seperti pengaturan jarak satu dan dua meter sepanjang waktu (kecuali keluarga), hand sanitizer didistribusikan di seluruh bandara, agar seluruh penumpang bisa menggunakannya.
Di Amerika Serikat, Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) mengatakan wisatawan harus mencuci tangan selama 20 detik, sebelum dan sesudah proses penyaringan keamanan. Bandara Internasional Hong Kong selangkah lebih maju.
Mereka menggunakan perangkat desinfektan yang dapat menyemprot seluruh tubuh. Bandara Hong Kong menyatakan, ruang khusus disinfektan tersebut mampu membunuh bakteri ataupun virus pada pakaian dan kulit, dalam waktu 40 detik. Bandara ini juga menguji coba robot pembersih otonom yang bergerak membunuh mikroba dengan sinar ultraviolet. Robot serupa telah diuji di kamar rumah sakit darurat.
Bandara yang memiliki kios check-in elektronik mendorong penumpang untuk menggunakannya, untuk menghindari interaksi yang tidak perlu. Sebagian besar bandara akan menampilkan poster yang menjelaskan langkah-langkah panduan dan instruksi di seluruh gedung mereka.
James Thornton, kepala eksekutif kelompok perjalanan Intrepid, mengatakan proses melewati bandara kemungkinan akan memakan waktu lebih lama karena pemeriksaan yang lebih ketat, "Jarak sosial akan jadi aturan baku, seperti halnya memeriksa gadget atau cairan dalam tas saat melewati pemeriksaan," katanya. Menurutnya, penumpang nantinya akan melihat paspor imunitas, untuk melewati check-in.
Paspor tersebut menggantikan deteksi termal, yang kurang efektif. Pasalnya, mereka yang terinfeksi pada banyak kasus tak menunjukkan gejala demam. Emirates menawarkan penumpang tes darah Covid-19 yang cepat, sebelum naik ke pesawat. Tes Covid-19 yang dilakukan Emirates menghabiskan waktu 10 menit.
Di Dalam Pesawat
Jangan berharap lagi senyum pramugari. Pasalnya, mereka akan mengenakan masker. Demikian pula para penumpang.
Maskapai penerbangan meningkatkan prosedur pembersihan dan sanitasi mereka, meninggalkan meja baki, sandaran kursi, dan sabuk pengaman yang didesinfeksi dengan baik.
Jika Anda telah memesan penerbangan Anda dengan Korean Air, jangan khawatir jika orang-orang muncul di lorong mengenakan alat pelindung diri penuh (APD), karena maskapai itu berencana melengkapi awak kabin dengan APD, sarung tangan dan masker mata. Selain itu, kursi tengah akan dibiarkan kosong.
Namun membiarkan kursi penumpang bagian tengah kosong, berarti ongkos terbang bagi penumpang menjadi mahal atau sangat mahal.
Sesampai di Tujuan
Sesampai di tujuan, pemandangan juga beda. Kabarnya, Italia sedang mempertimbangkan lembaran plexiglass yang tinggi, sebagai pembatas kursi untuk berjemur, "Saya telah melihat gambarnya," kata Ulf Sonntag dari Institute for Tourism Research di Eropa Utara, "Italia serius menggunakannya."
Sonntag mengatakan, kota-kota wisata di Eropa juga mencari cara untuk mengatur tamu di hotel. Misalnya, kerumuman di kolam renang sudah tak mungkin lagi, bila ingin konsisten menjaga jarak. Restoran pun, juga harus memperlebar jarak antar meja. Meletakkan hand sanitizer di setiap meja dan menyusun menu a la carte untuk menggantikan prasmanan".
Nikolaos Sipsas, seorang profesor kedokteran di Athena, setuju bahwa makanan prasmanan adalah risiko besar, sama halnya berkumpul di kolam renang, bar, dan pantai.
"Saya melihat pantai-pantai Yunani jarang penduduknya, dengan kata lain akan ada pemandian, tetapi mereka tidak akan berdekatan satu sama lain. Kita tidak akan melihat fenomena pantai terorganisir dengan handuk tepat di sebelah satu sama lain," katanya.
Negara-negara Eropa telah mendiskusikan "koridor wisata" untuk menghubungkan daerah-daerah dan negara-negara anggota yang paling sedikit terpengaruh oleh Covid-19. Kroasia, misalnya, akan memberi wisatawan dari Republik Ceko dan Slovakia akses khusus ke pantainya pada musim panas ini.
Apakah ini akan mengubah masa depan perjalanan untuk selamanya? Mungkin saja, karena gaya berwisata pun berubah, "Orang-orang cenderung tak bepergian ke mancanegara, apa yang dulu disebut staycation akan berubah, dan bisa menjadi norma," kata Andy Rutherford, pendiri operator tur yang berbasis di Inggris, Fresh Eyes.
Setelah pandemi global, kapal pesiar, liburan ski, dan penerbangan jarak jauh bisa kehilangan daya tariknya, terutama karena fokusnya kembali ke teknologi hijau dan cara-cara untuk mengatasi krisis iklim, kata Rutherford.
Sebuah survei dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menemukan bahwa 60 persen responden akan menunggu selama dua bulan sebelum memesan penerbangan setelah wabah virus corona. Sementara 40 persen lainnya menunggu setidaknya enam bulan. Boeing bahkan memprediksi, bisnis penerbangan tak akan normal seperti 2019, hingga 2023 nanti.