Begini Komentar Para Ahli Lihat Kerumunan Warga Cina Berwisata
Reporter
Terjemahan
Editor
Ludhy Cahyana
Senin, 6 April 2020 19:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar kota di Cina telah dibuka dari isolasi wilayah atau lockdown. Warga pun berbondong-bondong ke tempat-tempat wisata populer dan kota-kota besar selama liburan akhir pekan. Mereka tetap bepergian, meskipun ada peringatan dari otoritas kesehatan setempat, bahwa risiko yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona masih jauh dari selesai.
Gambar-gambar yang beredar dari Taman Gunung Huangshan di provinsi Anhui pada Sabtu 4 April, menunjukkan ribuan orang berdesakan. Banyak dari mereka memakai masker wajah, dan ingin merasakan suasana luar ruangan setelah berbulan-bulan dilarang bepergian dan mengalami penguncian yang ketat.
Saking cepatnya kerumunan terjadi, pada pukul 07.48, pihak berwenang mengumumkan Taman Gunung Huangshan telah mencapai kapasitas 20.000 orang per hari, dan tidak menerima pengunjung lagi. Demikian diberitakan oleh Global Times.
Sementara itu di Shanghai, pantai Laut Bund dipenuhi turis – sebelumnya pantai tersebut sangat sepi. Resto-resto di pinggir pantai pun buka, bahkan menciptakan antrean sebelum masuk. Kisah serupa terjadi di ibukota Beijing, dengan penduduk setempat berbondong-bondong ke taman kota dan ruang terbuka.
Fenomena warga yang bergegas pelesiran setelah kota-kota mulai dibuka. Pemerintah Cina, pada Senin, 30 Maret 2020, melaporkan hanya terdapat 39 kasus baru, dan hanya satu kasus impor – dibawa warga dari luar Cina. Hingga saat ini, Ciina telah mencatat 82.641 kasus infeksi virus corona dan 3.335 kematian.
Pemerintah Cina perlahan-lahan melonggarkan pembatasan, para ahli kesehatan Cina mendesak masyarakat untuk terus berlatih hati-hati. Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Cina, mengatakan kepada Health Times pada hari Kamis, 2 April 2020, bahwa Cina belum melihat akhir dari epidemi, "Cina tidak mendekati akhir, tetapi telah memasuki tahap baru. Dengan epidemi global yang berkobar, Cina belum mencapai akhir," katanya.
Harusnya Cina Waspada
Dengan jumlah infeksi baru yang menurun, pemerintah China membuka kembali industri manufaktur dan jasa. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, ada tanda-tanda bahwa pemerintah khawatir terlalu cepat membuka kota, yang memicu gelombang kedua infeksi virus corona.
Kekhawatiran itu terlihat ketika pemerintah menutup kembali bioskop pada akhir Maret lalu, hanya berselang dua minggu setelah memerintahkan pembukaan. Selain itu, banyak tempat wisata di Shanghai buka hanya 10 hari, sebelum ditutup kembali pada 31 Maret.
Setelah foto-foto orang banyak di Huangshan muncul di media sosial, People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis yang berkuasa, menegur keras admin dan melarang warga untuk tidak berkumpul. Bahkan, dalam salah satu kolomnya, People’s Daily, meskipun isolasi wilayah telah dibuka, bukan saatnya berhenti waspada. "Jika ada pembawa asimptomatik hadir selama pertemuan besar-besaran itu, konsekuensinya akan parah," kata artikel itu. Menurut surat kabar itu, Huangshan sejak itu mengumumkan akan berhenti menerima turis.
Gelombang Ketiga
Saat pemerintah Cina mulai melonggarkan pembatasan wilayah, para ahli dan otoritas Hong Kong memperingatkan kemungkinan "gelombang ketiga" infeksi di kota itu. Berbicara kepada wartawan setempat pada Minggu, 5 Maret 2020, ahli epidemiologi Hong Kong, Yuen Kwok-yung mengatakan bahwa mungkin ada "gelombang baru" kasus di Cina daratan, di belakang infeksi impor dari Eropa dan AS.
"Jadi di Hong Kong, kami mungkin memiliki gelombang ketiga kasus yang datang dari daratan setelah gelombang kedua ... Epidemi masih serius dalam masyarakat. Pada tahap ini, masih belum optimis. Yang paling mengkhawatirkan saya adalah pengujian yang tidak memadai pada pasien dengan gejala ringan, yang mencegah kami memutus rantai penularan," katanya.
Hong Kong memperoleh gelombang kedua kasus infeksi virus corona, dari warganya dan ekspatriat yang pelesiran dari Eropa dan Inggris. Mereka menyebabkan wabah baru pada akhir Maret. Hanya dalam waktu kurang dari dua minggu, jumlah infeksi lokal telah meningkat dari 317 menjadi hampir 900 kasus.
Pertemuan Dewan Eksekutif Hong Kong, Bernard Chan, mengatakan kepada publik Radio Television Hong Kong, bahwa pemerintah kota itu masih memiliki langkah-langkah yang lebih keras, yang dapat dilakukan untuk mengendalikan epidemi virus corona.
Langkah-langkah tersebut dapat mencakup membatasi restoran, agar pengunjung hanya membeli untuk dibawa pulang – bukan makan di tempat. Atau mengunci seluruh wilayah Hong Kong.
"Itu bisa juga berisiko menyebarkan kepanikan, tetapi kami harus menerima bila mengingat risikonya yang lebih buruk," katanya.