ABTA: Refund Paket Liburan Menghancurkan Agen Perjalanan Inggris
Reporter
Terjemahan
Editor
Ludhy Cahyana
Jumat, 3 April 2020 18:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Merebaknya virus corona disusul penutupan berbagai negara, membuat bisnis wisata jatuh. Di Inggris, agen perjalanan yang tergabung dalam ABTA, menolak mengembalikan uang konsumen, mereka hanya bisa menggeser jadwal. Demikian dilaporkan oleh The Independent.
Salah satu yang sedang bermasalah dengan refund adalah Love Holiday. Agen perjalanan yang memiliki layanan daring terbesar di Inggris itu, menolak untuk mengembalikan uang kepada konsumen. Sebagai gantinya, mereka menawarkan penjadwalan ulang dan voucher. Meskipun hal tersebut bertentangan dengan Peraturan Perjalanan Paket 2018 yang diberlakukan di Inggris.
Love Holiday meminta penumpang untuk menghubungi maskapai penerbangan, namun tak ada jaminan biaya akomodasi akan dikembalikan. Menurut Love Holiday, sebagaimana dinukil dari The Independet, mereka punya dalih telah menjalankan aturan yang disepakati bersama dengan konsumen.
Poin yang mereka laksanakan, yakni sepanjang Love Holiday masih bisa memberikan alternatif, maka uang konsumen tak dikembalikan, “Kecuali bila Love Holiday tak bisa memberi penawaran lain, maka uang konsumen akan dikembalikan”.
Mengenai kisruh antara agen perjalanan dan konsumen, Asosiasi Agen Perjalanan Inggris (ABTA) mengingatkan pemerintah, bahwa pengembalian uang konsumen akan menghancurkan bisnis pariwisata Inggris.
Sebagaimana dilaporkan The Guardian, ABTA mendesak para wisatawan untuk menerima "pengembalian nota kredit" daripada meminta uang tunai. Tapi itu tidak mempengaruhi hak hukum konsumen. Belum ada perubahan yang dibuat dan aturan saat ini masih berlaku.
ABTA bahkan telah meminta pemerintah menangguhkan aturan pengembalian dana industri perjalanan atau menghadapi "kerusakan besar pada industri perjalanan Inggris, dan meluasnya kerugian konsumen".
ABTA mengatakan bahwa negara-negara Eropa lainnya telah mengubah peraturan pengembalian dana konsumen. Asosiasi agen perjalanan itu, mengatakan bila pemerintah Inggris tak bertindak, maka sama halnya mendorong ke tepi jurang bisnis pariwisata yang sudah berjalan dengan baik.
Di Inggris, ratusan ribu paket liburan harus dibatalkan dalam beberapa pekan terakhir, namun menurut ABTA agen perjalanan tidak memiliki uang untuk mengembalikan uang konsumen dalam periode waktu 14 hari.
Dalam beberapa hari terakhir Guardian telah dibanjiri keluhan wisatawan, yang tidak bisa mendapatkan pengembalian uang dari operator tur, untuk perjalanan mereka yang dibatalkan. Beberapa di antaranya telah menghabiskan lebih dari £10.000. Uang mereka bukannya dikembalikan, malah ditawari perubahan tanggal yang tidak diinginkan.
Kepala eksekutif ABTA, Mark Tanzer, telah meminta pemerintah untuk mengizinkan perusahaan agen perjalanan melakukan proses refund dalam empat bulan, bukan 14 hari.
“Pandemi global telah menempatkan tekanan keuangan yang sangat besar pada operator tur dan agen perjalanan, dalam skala yang tidak dapat dikelola dalam jangka pendek. Bisnis-bisnis ini sendiri sedang menunggu pengembalian uang dari hotel dan perusahaan penerbangan,”ujar Tanzer.
Tanpa uang tersebut, para anggota ABTA tidak memiliki uang tunai untuk mengembalikan uang kepada pelanggan, “Kami ingin menghindari skenario bisnis perjalanan yang biasanya sukses dan mempekerjakan puluhan ribu orang, dan kini menghadapi kebangkrutan,” imbuh Tanzer.
ABTA mengusulkan beberapa perubahan peraturan misalnya perpanjangan waktu, sebagaimana dilakukan di Prancis, Belgia, Denmark, dan Italia, “Mereka telah mengumumkan perubahan peraturan serupa untuk menjaga industri perjalanan mereka dan melindungi pelanggan,” katanya.
ABTA juga meminta pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap maskapai yang melanggar hukum, dengan menahan pengembalian uang setelah pembatalan penerbangan.