Nepal Lockdown, Pendaki Everest Menghindar dengan Naik Pesawat

Reporter

Bram Setiawan

Editor

Ludhy Cahyana

Rabu, 1 April 2020 20:12 WIB

Pendaki melintasi sungai gletser kering menuju Periche. Dingboche dan Lobouche terdapat tempat bernama Periche dan Thukla. Pericha adalah desa kecil yang sangat indah berada di samping aliran sungai gletser yang jernih. Foto: Robertus Robet

TEMPO.CO, Jakarta - Para pendaki Gunung Everest yang sedang turun tertahan, karena Pemerintah Nepal menerapkan karantina wilayah atau lockdown untuk menghambat pandemi virus corona (Covid-19). Sementara waktu, para pendaki yang meninggalkan gunung itu menggunakan penerbangan untuk pindah ke tempat yang dianggap aman.

Ada 174 pelancong asing dan empat warga Nepal yang harus meninggalkan gunung melalui udara, pada Sabtu, 28 Maret 2020, seperti dikutip dari laporan New York Post, "Mereka menumpangi 12 pesawat kecil dan dua helikopter," kata Dhurba Shrestha, seorang pejabat di Bandara Tenzing-Hillary di Lukla, Nepal.

Para pelancong itu memanfaatkan satu-satunya lapangan terbang yang melayani penerbangan di wilayah Gunung Everest. Adapun Bandara Tenzing-Hillary berada di ketinggian 2.799 meter.

Pemerintah Nepal telah menutup semua puncak Himalaya, termasuk Gunung Everest, untuk musim pendakian sejak 13 Maret 2020. Langkah itu setelah Pemerintah Cina menutup akses ke Gunung Everest melalui Tibet.

Namun, ketika Pemerintah Nepal menutup jalur pendakian, belum semua pendaki meninggalkan gunung. Selama perjalanan, sebagian masih berada di kaki gunung ketika Pemerintah Nepal menerapkan langkah lanjutan untuk karantina wilayah.

Advertising
Advertising

Menurut laporan Foreign Policy, data terbaru menjelaskan, ada lima kasus Covid-19 di Nepal. Meski jumlah itu tidak banyak, Nepal melakukan karantina wilayah menyeluruh sejak Selasa, 24 Maret 2020.

Keputusan itu diambil pemerintah setelah menemukan kasus kedua, seorang pelajar Nepal yang pulang dari Prancis melalui Qatar. Kemudian, penerbangan dan bus jarak jauh ditunda, serta perbatasan negara ditutup.

Sebelumnya Nepal sempat menganggap sebagai negara yang jauh dari ancaman Covid-19. Waktu itu, pemerintah ingin mendorong kampanye pariwisata Visit Nepal 2020. Namun, ketika pandemi Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, suasana di Nepal menjadi ketar-ketir. Maka langkah selanjutnya adalah segera menutup perbatasan.

NEW YORK POST | FOREIGN POLICY

Berita terkait

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

4 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Traveling ke Patan, Ini 5 Atraksi Menarik di Sana

35 hari lalu

Traveling ke Patan, Ini 5 Atraksi Menarik di Sana

Kalau tertarik mengunjungi Patan di Nepal, setiap sudutnya sangat menarik dieksplorasi dan mengkungkapkan sebuah cerita

Baca Selengkapnya

Menanti Senat dan Raja, Thailand Selangkah Lagi Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

39 hari lalu

Menanti Senat dan Raja, Thailand Selangkah Lagi Melegalkan Pernikahan Sesama Jenis

Parlemen Thailand dengan suara bulat menyetujui rancangan undang-undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis

Baca Selengkapnya

Mengenal Pokhara, Ibu Kota Pariwisata Nepal yang Baru Diresmikan

48 hari lalu

Mengenal Pokhara, Ibu Kota Pariwisata Nepal yang Baru Diresmikan

Pokhara dikenal sebagai pusat wisata Nepal yang terkenal karena keindahan alam, kekayaan budaya, dan beragam kegiatan rekreasi.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

53 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

54 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

59 hari lalu

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

26 Februari 2024

Demi Keselamatan, Pendaki Gunung Everest dari Nepal bakal Diwajibkan Bawa Chip

Chip ini diperkirakan akan mulai berlaku pada musim semi mendatang, yang bertepatan dengan dimulainya musim pendakian di Gunung Everest.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

6 Januari 2024

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

Wali Kota Depok menerbitkan surat edaran berisi delapan poin imbauan. Hal yang mendasari SE ini karena kasus Covid-19 di Depok melonjak.

Baca Selengkapnya

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

6 Januari 2024

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

Kendati Covid-19 tidak lagi berstatus pandemi jadi endemi Covid-19, tapi masyarakat diimbau agar tetap waspada. Ini istilah saat Covid-19 mewabah.

Baca Selengkapnya