Melalui Perkemahan, Pancasila Ditanamkan dengan Santai
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Ludhy Cahyana
Senin, 16 Desember 2019 10:19 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Nilai-nilai Pancasila dikeluhkan kurang membumi di kalangan milenial. Solusinya, pengenalan Pancasila dilakukan dalam kegiatan di luar ruangan, bukan di dalam kelas yang kadang menjemukan.
Salah satu kegiatan penanaman nilai-nilai Pancasila dihelat dalam kegiatan bertajuk Kemah Pancasila Pelajar Indonesia atau KPPI. Perhelatan ini dilaksanakan pada 13 - 15 Desember 2019 di Watu Tapak Camp Hill, Tebing Breksi, Prambanan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Event yang baru kali pertama digelar itu, diikuti tak kurang 344 orang peserta pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari 30 kota se-Indonesia.
Perwakilan pelajar yang ikut mulai dari Lampung, Gorontalo, Jakarta, Banten, Bekasi, Cirebon, Tegal, Brebes, dan Pekalongan. Terdapat pula pelajar asal Kendal, Batang, Banyumas, Tasikmalaya, Cilacap, Purbalingga, Blora, Temanggung, Purworejo, Magelang, Klaten, Sragen, serta Boyolali. Selain itu terdapat pula pelajar dari Jawa Timur seperti Ngawi, Wonogiri, Jember, Surabaya, Situbondo, Malang, Lumajang dan Pasuruan.
Pada event yang diinisiasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dengan Komunitas Rejomulia serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Dikpora DIY itu, selama tiga hari para pelajar mendalami materi bermuatan nilai-nilai Pancasila.
"Tentu saja dengan beragam metode edukasi yang menarik berlatar suasana elok Tebing Breksi," ujar Widihasto Wasana Putra, ketua panitia KPPI Minggu 15 Desember 2019.
KPPI diisi dengan beragam kegiatan. Hari pertama hadir narasumber budayawan Achmad Charris Zubair. Ia membawakan materi tentang pembudayaan nilai Pancasila dalam praktek kehidupan sehari-hari. Menurutnya kalangan pelajar perlu terus bersikap kritis terhadap dinamika sosial masyarakat.
Banyaknya postingan hoax dan ujaran kebencian, terutama pada sosial media serta fenomena kekerasan, yang kerap melibatkan kalangan pelajar. Persoalan tersebut perlu disikapi dengan bijak.
Tampil pula Clara Sumarwati, pendaki perempuan pertama Indonesia yang berhasil menjejakkan kaki di gunung Everest. Clara berbagi pengalaman dalam dunia petualangan alam dan motivasi berprestasi. Sesi malam hari hadir narasumber kepala pusat studi Pancasila Lestanta Budiman. Acara hari pertama ditutup dengan tugas membuat paper pribadi dengan tema Pancasila dan bela negara.
<!--more-->Sedangkan hari kedua, Sabtu (14/12) diawali dengan olah raga selama satu jam. Mereka menggerakkan badan dengan suasana Watu Tapak Camp Hill yang sejuk dan asri dalam balutan kabut. Sesi selanjutnya diisi materi diskusi kelompok soal kepemimpinan dengan fasilitator Widihasto Wasana Putra, Nico Langgeng dan Nana Je. Dilanjut sesi diskusi dengan narasumber dari BPIP, Irene Camelyn Sinaga, Toni Agung Arifianto, Tri Purno Utomo dan Suharno.
Sesi siang peserta melakukan eksplorasi nilai Pancasila dengan tema "Pancasila Jaga Kita, Kita Jaga Pancasila." Peserta diajak melakukan aksi sosial bersih lingkungan di wilayah desa Sambirejo Prambanan. Sore hari peserta terlibat dalam eksplorasi patung dan kaleng rombeng untuk membuat diorama dalam praktek berpancasila.
Malam hari peserta menggelar pentas seni. Tampil kesenian dari kelompok peserta seperti tari, musik, pencak silat, reog, puisi dan drama. Meski dipersiapkan singkat namun penampilan para pelajar cukup memukau dan menghibur.
Acara ditutup dengan api unggun dan renungan malam yang dibawakan Agus Adi Setyabudi seorang ahli hypnotherapi. Peserta dibawa dalam alam perenungan soal kondisi bangsa dan tugas kebangsaan sebagai generasi muda.
Hari terakhir Minggu (15/12) pagi diisi materi pertemanan berkarakter dan pemimpin sebaya oleh narasumber psikolog Selvi Dewajani dan Wulan Saptandari. Dilanjut materi dari BPIP disampaikan Aris Utomo.
Sesi siang tampil narasumber anggota dewan pengarah BPIP Romo Benny Susatyo Pr menyampaikan materi mengenai mengarusutamakan nilai-nilai Pancasila dalam ruang publik.
Peserta dimotivasi untuk terus berkreasi dan berinovasi melalui beragam karya seperti film, meme, desain serta produk kreativitas lainnya guna menciptakan tata dunia baru yang berkeadilan sesuai nilai-nilai Pancasila.
Menurut Romo Benny kalangan milineal yang berjumah 120 juta orang saat ini memiliki potensi luar biasa, untuk menggerakkan masyarakat lewat teknologi komunikasi. Sehingga diharapkan para pelajar dapat menjadi agen social of change menuju Indonesia yang lebih baik.
"Kalangan milenial harus terus diajak dan diperkuat kesadaran ideologisnya agar berperan aktif dalam memerangi ideologi kekerasan, hoax, ujaran kebencian lewat postingan di sosial media yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," ujar Romo Benny.
Seorang peserta Viki Yudianto siswa SMK Pancasila Paranggupito Wonogiri, Jawa Tengah, mengaku senang dapat berkesempatan mengikuti KPPI. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi sarana membangun mental maupun karakter yang baik guna menunjang prestasi.
Para peserta KPPI menelurkan rencana tindak lanjut dengan membentuk jejaringan pelajar Pancasila di tiap daerah yakni Jakarta, Banten, Jawa Barat bagian utara, Jawa Barat bagian selatan, DIY serta Jawa Timur bagian utara dan selatan. Terpilih ketua saudara Gangsar dari SMA Negeri 1 Cawas Klaten dan wakil saudari Putri dari SMA Bopkri 1 Kota Yogyakarta. Keduanya diharapkan mengorganisir perhelatan KPPI selanjutnya.
Rangkaian acara KPPI dipungkasi dengan pembacaan Ikrar Pelajar Pancasila dan prosesi penciuman bendera merah putih. Pihak panitia KPPI meminta para pelajar terus setia dan mengamalkan Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Paduka Alam X yang membuka event itu mengatakan kegiatan itu sebagai metode alternatif yang tepat untuk memperkuat persektif idiologis kalangan pelajar.
"Saya berharap kegiatan edukasi seperti ini bisa berkelanjutan dan melibatkan peserta yang lebih meluas," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO