Gili Gede Populer Hingga Eropa, Sayang Investor Lokal Langka
Reporter
Supriyantho Khafid (Kontributor)
Editor
Ludhy Cahyana
Minggu, 24 November 2019 18:14 WIB
Gili Gede adalah satu gili (pulau kecil) terbesar di antara 23 gili pulau di Lombok Barat. Pulau yang luasnya mencapai 300 hektar dan jarak kelilingnya mencapai 15 kilometer. Sementara dari ujung selatan ke utara sepanjang enam kilometer, dan dihuni sekitar 450 kepala keluarga atau sekitar 1.500 orang. Selama lebih dari 10 tahun terakhir, Gili Gede menjadi salah satu destinasi wisatawan mancanegara.
Menjangkau Gili Gede dari Kecamatan Sekotong, Lombok Barat juga tak sulit. Wisatawan cukup menggunakan perahu berbiaya Rp15.000 per orang, dari dermaga dermaga penyeberangan Tembowor atau Temeram di daratan Sekotong Lombok. Waktu tempuhnya hanya 10-15 menit. Sementara untuk penginapan terdapat sekitar 10 penginapan yang memiliki 100-an kamar berbagai kelas tarif, mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp5 juta semalam.
Saat pulau mungil itu kian populer, hanya Abubakar Abdullah yang menjadi pemilik usaha penginapan di sana. Di atas lahan seluas satu hektar, sejak lima tahun terakhir, ia juga membangun homestay yang jika musim sepi sembilan kamar standarnya bertarif Rp500.000 per malam. Angkanya merambat naik saat musim liburan, bisa Rp750.000 per malam. Abubakar juga memiliki delapan kamar ekonomi bertarif Rp275.000 per malam.
Penginapan lainnya, milik orang asing. Baik yang menyewa atau membeli lahan namun mengatasnamakan istrinya yang Indonesia. Seorang warga asal Perth, Australia Barat, Nigel Barrow, 48, yang sudah lima tahun di Gili Gede menjelaskan dirinya membangun 26 kamar berbentuk joglo. Bakau Estate yang ia bangun di atas lahan seluas 1,6 hektar menargetkan diinapi wisatawan high class yang mampu membayar kamarnya Rp 5 juta sehari.
Penduduk lokal memang belum mampu berinvestasi. Mereka, menurut Kepala Desa Gili Gede Indah Haji Musdan, pekerjaan sehari-harinya nelayan dan kalaupun ada yang lain hanyalah memiliki usaha perorangan, "Karena masyarakat belum memiliki uang yang cukup untuk investasi," ucapnya.
Ketika menerima kunjungan Kepala Otoritas Jasa Keuangan Nusa Tenggara Barat (OJK NTB) Farid Faletehan yang melakukan sosialisasi dan edukasi keuangan, Sabtu 23 November 2019 siang, Abubakar Abdullah mengatakan jangan sampai pengeloaan wisatawan di Gili Gede Indah dikuasai orang asing.
"Jangan sampai warga di sini hanya menjadi penonton makanya harus disiapkan permodalannya," kata Abubakar Abdullah.