Thailand Bersiap Menyambung Pattaya-Bangkok dengan Kereta Peluru
Reporter
Terjemahan
Editor
Ludhy Cahyana
Kamis, 21 November 2019 17:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah bertahun-tahun tertunda dan banyak perdebatan, akhirnya Thailand memutuskan membangun jaringan kereta api berkecepatan tinggi atau high-speed rail (HSR), "Ini akan menjadi perubahan besar bagi Thailand," kata Thanet Sorat, penasihat Komite Transportasi Senat Thailand, wakil presiden perusahaan pelayaran, V-Serve, dan presiden Asosiasi Pialang Pabean Resmi Thailand. Ia berharap, kereta cepat itu sudah beroperasi pada lima tahun mendatang.
Sebagaimana dinukil dari CNN Travel, kedua proyek yang saat ini dalam pengerjaan akan menggunakan teknologi HSR Tiongkok. Meskipun Thailand menolak pinjaman Tiongkok, proyek-proyek tersebut dianggap sebagai bagian dari Inisiatif Belt and Road (BRI), sebuah rencana yang bertujuan untuk menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara Asia lainnya melalui infrastruktur transportasi baru.
Bangkok ke Pattaya dalam 45 menit
Pembangunan stasiun diharapkan selesai pada 2021 untuk menggantikan Stasiun Hualamphong yang berusia 103 tahun di Bangkok. Sebuah hub kereta api besar baru-baru ini di distrik Bang Sue, akan melayani penumpang menggunakan HSR. Jalur kereta konvensional pun sedang ditingkatkan dari satu jalur menjadi jalur ganda.
Terkait dengan HSR, pada tanggal 24 Oktober, seorang konglomerat yang dipimpin oleh Grup Charoen Pokphand Thailand menandatangani kontrak dengan State Railway of Thailand (SRT) untuk pembangunan jalur HSR yang menghubungkan dua bandara Bangkok, Suvarnabhumi dan Don Mueang, ke tiga provinsi timur.
Bila jaringan kereta cepat ini berhasil, ia melengkapi Airport Rail Link, kereta api yang menghubungkan Suvarnabhumi ke sistem metro Bangkok.
Jalur yang direncanakan mulai dari Don Mueang kemudian melewati Bang Sue, juga akan berhenti di Makkasan di pusat Bangkok sebelum melanjutkan ke Chachoengsao, Chonburi, Sriracha dan Pattaya, tujuan wisata utama yang terletak 75 mil (120 km) selatan Bangkok di Teluk Thailand.
Jalur tersebut diharapkan mulai melayani penumpang pada tahun 2024. Jalur kereta cepat sepanjang 137 mil itu, akan berakhir di Bandara U-Tapao, di luar Pattaya di provinsi Rayong. Pemerintah berencana untuk memindahkan 10 persen penerbangan dari Bangkok ke U-Tapao, untuk mengurangi kemacetan di Suvarnabhumi dan Don Mueang.
<!--more-->"Untuk melakukan itu, mereka membutuhkan hubungan transportasi antara bandara, dan itu bisa menjadi peluang yang baik untuk HSR," kata Jittichai Rudjanakanoknad dari Departemen Teknik Sipil Universitas Chulalongkorn. Konglomerasi yang dipimpin oleh Charoen Pokphand Group (CP) Thailand, yang juga termasuk China Railway Construction Corp, akan menanggung investasi sebesar 224 miliar baht ($ 7,4 miliar) dengan imbalan konsesi real estat dan lisensi 50 tahun untuk mengoperasikan jalur tersebut.
Salah satu tujuannya adalah untuk menyediakan akses yang mudah ke Koridor Ekonomi Timur (EEC), sebuah zona yang menurut Thanet merupakan 80 persen dari total investasi asing di Thailand. HSR akan mengurangi waktu perjalanan antara dua bandara Bangkok menjadi hanya 20 menit, dan mengantar wisatawan ke Pattaya dalam waktu kurang dari satu jam. Sekaligus mengurangi beban lalu lintas di jalan raya dan mengurangi kecelakaan di negara dengan tingkat kematian di jalanan tertinggi di dunia.
Saat ini, perpindahan antara Suvarnabhumi dan Don Mueang memerlukan perjalanan bus ulang-alik, yang bisa saja mengalami kemacetan selama jam-jam sibuk di Bangkok. Mencapai Pattaya dari Suvarnabhumi membutuhkan tawar-menawar dengan sopir taksi, naik van sempit atau bepergian melintasi kota untuk naik bus dari Terminal Ekkamai untuk perjalanan selama dua jam.
"Menghubungkan ketiga bandara adalah tujuan mulia," kata Ruth Banomyong, direktur Pusat Penelitian Logistik di Universitas Thammasat, Bangkok. Tetapi dia dan kritikus lain mempertanyakan apakah HSR adalah pilihan yang tepat, mengingat biaya tinggi dan jarak yang relatif pendek. Beberapa berpendapat bahwa jalur kereta ganda akan cukup untuk provinsi timur, yang saat ini tidak memiliki kereta api sama sekali.
SRT mengatakan pada bulan September bahwa 80 persen dari tanah yang dibutuhkan untuk jalur tiga bandara telah diambil alih, dan Bangkok Post melaporkan bahwa 3.000 rumah digusur. Penggusuran itu menimbulkan masalah pada jalur gas dan listrik. Jittichai mengatakan, tidak mudah untuk memindahkan orang, “Beberapa dari warga itu pergi ke pengadilan dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan masalah," ujarnya.
Bangkok ke Khorat dalam 77 menit
Untuk menghubungan Bangkok ke Khorat, HSR diperkirakan beroperasi pada 2023. Jalur kereta cepat ini sedang dibangun di samping rel kereta api yang ada di Nakhon Ratchasima, provinsi timur laut yang juga dikenal sebagai Khorat.
<!--more-->Tidak seperti jalur tiga bandara, perusahaan-perusahaan dari Cina bertanggung jawab atas hampir semua konstruksi. Dimulai dari Bang Sue, "jalur Khorat" sepanjang 157 mil ini akan berhenti di Bandara Don Mueang dan ibu kota bersejarah Ayutthaya, sebelum memotong timur laut ke Saraburi dan Pak Chong di dekat Taman Nasional Khao Yai yang populer.
Rencana jangka panjang pemerintah adalah untuk memperluas jalur utara ke Nong Khai, yang terletak 370 mil (600 km) timur laut Bangkok. Nong Khai merupaan kota perbatasan yang dilintasi para pelancong untuk mencapai ibukota Laos, Vientiane. Setelah menyeberangi Sungai Mekong di jembatan baru, penumpang dapat melanjutkan ke utara melalui jalur HSR lain yang sekarang sedang dibangun di Laos.
Tujuan utamanya adalah untuk menghubungkan Thailand dan Laos dengan kota Kunming di provinsi Yunnan di Cina selatan. Jalur Khorat telah menarik lebih banyak kritik daripada jalur tiga bandara, karena investasi 179 miliar baht (US$5,9 miliar) menggunakan anggaran publik.
Menurut para kritikus, jalur tersebut belum saatnya dibangun. Pasalnya timur laut Thailand tidak masuk agenda perjalanan wisatawan. Mereka juga meragukan transparansi ketika pemerintah militer Thailand menyetujui proyek tersebut pada tahun 2017.
Dalam sebuah laporan yang pertama kali diterbitkan oleh The Diplomat, Pechnipa Dominique Lam dari Thailand Development Research Institute memperkirakan jalur tersebut butuh mengangkut 50.000-85.000 penumpang setiap hari selama 20 tahun, untuk membayar kembali biaya investasi." Sebuah angka yang mustahil dalam perhitungan Kementerian Transportasi sekalipun.
Menurut Ruth, jalur timur laut tidak menguntungkan bagi HSR. Pasalnya, kereta api dan bus yang dikelola negara, telah lama beroperasi dengan kerugian finansial karena jumlah penumpang menurun setiap tahun. Maskapai penerbangan milik pemerintah, THAI, juga berjuang karena maskapai murah seperti AirAsia dan Nok Air bersaing dengan tarif dari Bangkok ke lebih dari 20 kota Thailand lainnya hanya dengan US$20.
Para kritikus juga bertanya-tanya apakah cukup banyak orang Thailand yang mampu membayar HSR di negara dengan kesenjangan ekonomi yang sangat luas dan upah minimum hanya 300 baht (US$ 10) per hari.
Meskipun sebagian besar warga Thailand kelas menengah dapat membayar tarif 330 baht untuk kereta peluru dari Bangkok ke U-Tapao, dan 500 baht ke Khorat, banyak dari mereka yang menyukai menggunakan mobil pribadi.
Sementara kelas pekerja, lebih menyukai bus dan van yang harganya sekitar seperempat dari harga tiket yang diusulkan untuk HSR. Kereta api reguler bahkan lebih murah dan jalur ganda yang sedang dibangun kian menambah kompetisi dalam transportasi.
<!--more-->Ambisi Kereta Cepat Thailand
Di masa depan, Thanet membayangkan Thailand sebagai pusat Asia Tenggara yang dihubungkan oleh kereta peluru. Dia juga melihat nilai dalam transfer teknologi, menunjukkan bahwa dalam 20 tahun ke depan, Thailand dapat membuat kereta berkecepatan tinggi sendiri dan tidak hanya membelinya dari Cina atau Jepang.
Jittichai setuju bahwa HSR dapat menjadi bermanfaat "jika melihat jaringan yang lebih luas, misalnya, jika saluran Thailand dapat dihubungkan ke jaringan Cina atau Singapura, atau bahkan ke Asia Tengah dan Eropa."
Untuk itu, pemerintah sedang mempertimbangkan jalur HSR tambahan yang membentang ke utara dari Bangkok ke Nakhon Sawan, Phitsanulok dan Chiang Mai; selatan melalui Hua Hin, Surat Thani dan Hat Yai; dan lebih jauh ke timur dari Rayong ke Chanthaburi dan Trat di dekat Kamboja.
Proyek-proyek selanjutnya mungkin memperluas garis selatan yang diusulkan melalui Malaysia ke Singapura, sementara garis utara dapat menghubungkan dengan perpanjangan barat ke Myanmar dan selanjutnya ke India.
SRT sudah mempromosikan proyek-proyek tambahan itu, tetapi investasinya yang mahal, tentu saja tidak bisa dikerjaka dalam waktu dekat,"Jika biaya konstruksi dan teknologi menjadi lebih murah, saat itulah Anda akan melihat garis-garis lainnya," kata Jittichai.