Biorock Terapkan Konservasi Ekosistem Pesisir Berbasis Teknologi

Sabtu, 9 November 2019 06:10 WIB

Tim Biorock Indonesia dan Peserta AIS SBS

TEMPO.CO, Jakarta - Pada tahun 2050, kombinasi stres tingkat global dan lokal mengancam hampir semua terumbu karang yang ada di dunia. Tanpa adanya upaya untuk meminimalkan hal tersebut, persentase terumbu karang yang terancam di seluruh dunia akan meningkat menjadi 90 persen pada tahun 2030 dan mendekati 100 persen pada tahun 2050.

Laju kerusakan yang cepat serta proses pemulihan yang lambat merupakan masalah yang dihadapi umat manusia saat ini. Lautan membutuhkan solusi yang lebih cepat dengan tindakan berkelanjutan.

Hal tersebut mengemuka dalam Archipelagic & Island States Startup & Business Summit 2019 yang dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia pada tanggal 30 Oktober – 1 November 2019. AIS Forum terdiri dari 46 negara, sementara negara yang hadir dalam pertemuan itu sebanyak 21 Negara Kepulauan dan Negara Pulau.

Biorock Indonesia berpartisipasi sebagai pembicara, fasilitator, dan pengisi acara sampingan berupa workshop ekowisata bahari. Biorock meyakini ekowisata masyarakat pesisir adalah salah satu industri, dengan pertumbuhan tercepat.

Ekowisata bisa menjadi pengganda paling signifikan dalam menciptakan peluang kerja, ekonomi, infrastruktur, dan juga lingkungan. Di banyak tempat, ekowisata bahari menciptakan dampak besar, baik terhadap degradasi maupun pemulihan lingkungan.

Advertising
Advertising

Dalam pertemuan itu, dibahas perluasan ekowisata bahari sebagai jalan menuju masa depan yang berkelanjutan, dengan distribusi sumber daya dan tanggung jawab yang adil melalui kemitraan damai dan pengejaran ekonomi biru, serta kerangka kerja pembangunan terkait.

Pantai di Pulau Gangga selama Proyek Pemantauan pada tahun 2018. Pasir telah dipulihkan ke pantai berkat Sistem Perlindungan Pantai menggunakan Teknologi Biorock. Foto: Beginer Subhan

Thomas J.F. Goreau, co-inventor Biorock Teknologi dan Penasihat Ilmiah Biorock Indonesia, membawakan topik Masa Depan Ekowisata Bahari. Tom, begitu sapaan akrabnya, menghabiskan masa kecilnya di beberapa negara Pasifik dan melihat secara langsung terumbu karang terdegradasi secara cepat dalam 60 tahun terakhir.

Dia juga menyaksikan bahwa begitu banyak upaya restorasi terumbu karang, namun hal itu tidak berguna karena laju degradasi lebih cepat dari proses pemulihan dan tekanan pada kualitas air semakin besar seiring berjalanya waktu, "Regenerasi ekosistem laut kita yang sekarat akan menjadi lebih kritis di tahun-tahun mendatang, dan tanpanya, tidak akan pernah ada ekonomi biru," kata Tom.

Biorock memiliki pemikiran, pemantauan laut dan ekonomi biru harus melibatkan teknologi kecerdasan buatan. Hal tersebut dipaparkan Direktur Eksekutif Biorock Indonesia, Prawita Tasya Karissa, saat pleno bertema AI dan Teknologi untuk Ekonomi Biru. Menurut Prawita, volume data yang dihasilkan secara global berlipat ganda setiap dua tahun. Informasi tersebut mengalir dari berbagai platform digital, termasuk pemantauan terkait laut dan pengembangan ekonomi biru.

Untuk mengatasi masalah analisis data yang berlimpah terkait kegiatan ekonomi biru, pelaku konservasi dan pemberdaya masyarakat pesisir membutuhkan kecerdasan buatan (AI) yang dioperasikan sebagai alat analisis. AI dapat membantu dalam pengelolaan dan perampingan industri kelautan. AI dapat terus menerus diadaptasi untuk pemantauan dan pengelolaan industri kelautan yang efektif, termasuk pengembangan ekowisata bahari yang bertanggung jawab di seluruh dunia.

“Teknologi dan Kecerdasan Buatan telah secara dramatis mengubah cara kita berkomunikasi, makan, dan hidup. Kita juga harus menggunakan teknologi dan kecerdasan buatan untuk memulihkan lautan secara dramatis dan mempromosikan ekonomi biru” ujar Tasya sembari.

Thomas J.F. Goreau, PhD menunjukkan hasil restorasi laut secara inovatif menggunakan Teknologi Biorock yang dapat membantu meningkatkan Ekonomi Biru dan sudah terbukti selama hampir 20 tahun di Indonesia. Dok. Biorock Indonesia

Biorock Indonesia juga mengadakan workshop dengan tema Ekowisata Bahari Berkelanjutan sebagai bagian dari acara sampingan di AIS SBS 2019. Mahasiswa dari Universitas Sam Ratulangi menghadiri acara tersebut, untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan kesadaran tentang Restorasi Ekosistem Laut dan Ekonomi Biru.

Prawita Tasya Karissa, Direktur Eksekutif Biorock Indonesia, menjelaskan bagaimana teknologi perlindungan pantai berbasis Biorock telah membantu memulihkan pantai yang telah mengalami erosi di Pulau Gangga, Sulawesi Utara hanya dalam beberapa bulan setelah setelah pertama kali diterapkan.

Hal ini dapat diadaptasi di daerah lain yang menghadapi erosi pantai dan degradasi karang. Tentu dengan melibatkan masyarakat setempat dan resort tepi pantai untuk memulihkan dan melindungi lingkungan laut secara aktif.

Berita terkait

KKP Kembangkan Program Adopsi Karang

44 hari lalu

KKP Kembangkan Program Adopsi Karang

Sebagai upaya pelestarian ekosistem terumbu karang yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan program Adopsi Karang.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

48 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

48 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

7 Februari 2024

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

KKP Gencar lakukan program rehabilitasi terumbu karang untuk konservasi dan kesejahteraan laut Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

7 Februari 2024

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

KKP Gencar lakukan program rehabilitasi terumbu karang untuk konservasi dan kesejahteraan laut Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tips Aman Saat Bertemu Ular Laut Ketika Wisata Bahari

7 Januari 2024

Tips Aman Saat Bertemu Ular Laut Ketika Wisata Bahari

Bermain ke pantai atau wisata bahari seperti snorkeling punya potensi bertemu ular laut. Begini tips aman saat bertemu hewan berbisa itu.

Baca Selengkapnya

5 Jenis Ular Laut yang Harus Diwaspadai saat Snorkeling

7 Januari 2024

5 Jenis Ular Laut yang Harus Diwaspadai saat Snorkeling

Saat snorkeling, sejumlah hewan yang bersembunyi di dalam terumbu karang harus diwaspadai terutama ular laut yang beracun.

Baca Selengkapnya

PLN Bangun Tracking Mangrove di Desa Wisata Lembar Selatan, Lombok Barat

22 Desember 2023

PLN Bangun Tracking Mangrove di Desa Wisata Lembar Selatan, Lombok Barat

Setelah pembangunan tracking mangrove ini selesai, kawasan wisata itu akan dilengkapi aula pertemuan yang dapat digunakan sebagai lokasi camping.

Baca Selengkapnya

7 Fakta Pulau Natuna, Alamnya Kaya Destinasi Wisatanya Juara

22 Desember 2023

7 Fakta Pulau Natuna, Alamnya Kaya Destinasi Wisatanya Juara

Selain dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah, Pulau Natuna juga dikenal sebagai destinasi wisata menarik.

Baca Selengkapnya

Kelompok Maratua Lestarikan Terumbu Karang Bersama BRI Peduli

21 Desember 2023

Kelompok Maratua Lestarikan Terumbu Karang Bersama BRI Peduli

Beningnya warna laut yang berwarna biru-kehijauan tampak begitu menyatu dengan putihnya pasir pantai di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Baca Selengkapnya