Festival Pamalayu, Mengartikan Ulang Ekspedisi Pamalayu

Sabtu, 24 Agustus 2019 16:02 WIB

Pengunjung mengamati arca yang berasal dari Candi Singasari, Malang, di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, 15 September 2017. Arca dari Candi Singasari yang menjadi kolkesi Museum Leiden, antara lain arca Bhairawa, Mahakala, Nandiswara, Nandi, Ganesha, dan Durga Mahisasuramardini. ANTARA/Ismar Patrizki

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Pamalayu telah diluncurkan dengan mengadakan sesi bincang dalam ngobrol@tempo bertema 'Menyingkap Tirai Sejarah Dharmasraya'. Peluncuran yang diadakan di Museum Nasional, Jakarta Pusat itu, membahas tentang ekspedisi Pamalayu dalam sejarah Dharmasraya.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan dalam arti sederhana ekspedisi berarti pindah tempat untuk membuka hubungan. "Tentu dalam hubungan itu ada manisnya, ada pahitnya. Kita tidak bisa menutup mata dengan kenyataan-kenyataan seperti itu," katanya saat sesi bincang dalam ngobrol@tempo bertema 'Menyingkap Tirai Sejarah Dharmasraya', Kamis, 22 Agustus 2019.

Adapun Pamalayu merupakan sebuah ekspedisi pada abad ke-13, atau 22 Agustus 1286. Ekspedisi itu dilakukan oleh Kerajaan Singasari untuk menjalin persahabatan dengan Malayu-Dharmasraya di bawah pemerintahan Raja Kertanegara. Ekspedisi itu sebagai bentuk bala bantuan untuk mencegah invasi Kekaisaran Mongol yang dipimpin Kubilai Khan.

Setelah 733 tahun berlalu setelah ekspedisi itu, menurut Hilmar perlu disimak kembali latar belakang sejarah tersebut. "Sekarang memang ada kebutuhan untuk memperbaharui penulisan sejarah nasional kita," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa upaya untuk menata penulisan sejarah nasional kali pertama dilakukan secara utuh pada 1974. "Dalam bentuk 6 jilid, kemudian diperbaharui beberapa kali sampai tahun 1980-an. Dulu timnya dipimpin oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto," tuturnya.

Advertising
Advertising

Meski demikian, Hilmar mafhum para kalangan sejarawan masih menganggap bahwa penyusunan sejarah nasional itu belum sempurna. Maka, ia menambahkan bahwa dalam semangat mengingat kembali hubungan yang terjadi pada masa lampau, perlu memahami lagi sejarah nasional.

"Istilah-istilah yang digunakan pada masa lalu dalam penulisan sejarah kita juga sudah waktunya ditinjau kembali. Apa itu ekspedisi sebetulnya maksudnya?" ujar Hilmar.

Ia mencontohkan saat masa kolonial, Belanda yang menamai ekspedisi, dalam hal ini terkait Pamalayu. "Kalau Belanda menamainya ekspedisi, tentu karena perspektif mereka adalah yang ada di Jawa pergi ke tempat lain untuk melakukan penaklukan," katanya.

Padahal, Hilmar menegaskan Kerajaan Singasari pada masa lampau tidak punya kemampuan dominan untuk menguasai pihak lain. Ia mencontohkan, selain peninggalan patung, ada pula hubungan pernikahan, serta berbagai kontribusi lain yang diberikan. Hal tersebut, kata dia, menandakan bahwa dalam historiografi yang disebut ekspedisi itu sesungguhnya adalah perjumpaan di antara dua kekuatan yang setara.

"Dasar interaksinya tentu bukan untuk satu mengalahkan yang lain, tapi untuk kemakmuran bersama," tuturnya.

Hilmar menjelaskan, Nusantara bila ditinjau melalui sejarah maritim merupakan pola hubungan dalam masyarakat. Hilmar mengatakan bahwa tidak ada kekuatan yang kuat dan menonjol. Bila diambil contoh bahan bacaan dari Kitab Negara Kertagama atau dikenal pula sebagai Kakawin Desawarnana tentang kekuasaan Majapahit, yang hampir seluruh hubungannya disebut wilayah yang "ditaklukan".

"Sebetulnya bentuk-bentuk pengakuan lokal terhadap kekuasaan Majapahit. Tapi beda misalnya dengan semangat kalah mengalahkan, kuasa menguasai," katanya.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid saat menjadi pembicara dalam diskusi Ngobrol @tempo di Museum Nasional, Jakarta, 22 Agustus 2019. Diskusi tersebut bertema Menyingkap Tirai Sejarah Dharmasraya "dari Dharmasraya ada sejarah Indonesia yang patut diluruskan, yakni Ekspedisi Pamalayu". TEMPO/M Taufan Rengganis

Maka, dalam momentum peluncuran Festival Pamalayu itu, Hilmar menegaskan perlu adanya kreasi untuk menarasikan ulang tentang sejarah. "Tentu ini ajakan, mungkin enggak diwujudkan adanya film tentang Pamalayu dan Dharmasraya?" tuturnya.

Seluruh rangkaian Festival Pamalayu ini diadakan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat yang akan berakhir pada 7 Januari 2020. Waktu akhir diadakannya festival itu bertepatan dengan ulang tahun Kabupaten Dharmasraya yang ke-16. Festival Pamalayu memiliki ragam acara, di antaranya lomba fotografi, menulis, lokakarya warisan kebudayaan, dan pesta rakyat.

Berita terkait

Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

15 Januari 2024

Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

Penelitian geo akeologi menemukan lapisan usia tanah era Medang, Singasari dan Majapahit di Situs Kumitir.

Baca Selengkapnya

737 Tahun Prasasti Padang Roco, Hadiah Raja Singasari untuk Siapa?

22 Agustus 2023

737 Tahun Prasasti Padang Roco, Hadiah Raja Singasari untuk Siapa?

Salah satu peninggalan Kerajaan Dharmasraya yang pernah berdiri di Sumatera Barat pada abad ke-12 yakni Prasasti Padang Roco. Begini bunyi prasastinya

Baca Selengkapnya

Nikah Sejak Era PRRI, Pria di Dharmasraya Ini Baru Ikut Sahkan Pernikahannya di Pengadilan Agama

29 Mei 2023

Nikah Sejak Era PRRI, Pria di Dharmasraya Ini Baru Ikut Sahkan Pernikahannya di Pengadilan Agama

Pria asal Kabupaten Dharmasraya bernama Umar mengaku sudah menikah sejak era PRRI namun belum mendapat buku nikah.

Baca Selengkapnya

Krisdayanti Nyeker Naik Sampai Puncak Candi Jago di Malang

20 Oktober 2021

Krisdayanti Nyeker Naik Sampai Puncak Candi Jago di Malang

Krisdayanti sigap menapaki setiap susunan undakan Candi Jago di Desa Tumpang, Malang, Jawa Timur, tanpa alas kaki.

Baca Selengkapnya

RSUD Sungai Dareh Resmi Beroperasi

21 Desember 2020

RSUD Sungai Dareh Resmi Beroperasi

Masyarakat Kabupaten Dharmasraya dapat menikmati pelayanan kesehatan di RSUD Sungai Dareh.

Baca Selengkapnya

Bupati Dharmasraya Minta Akses ke Tol Trans Sumatera

21 Desember 2020

Bupati Dharmasraya Minta Akses ke Tol Trans Sumatera

Bupati Sutan Riska melobi Menteri PUPR untuk melanjutkan pembangunan Jembatan Pulai dengan membangun akses jalan menuju Tol Trans Sumatera.

Baca Selengkapnya

Guru Mengaji di Dharmasraya Dapatkan Insentif

21 Desember 2020

Guru Mengaji di Dharmasraya Dapatkan Insentif

Insentif Rp 700 ribu per orang dari Pemkab Dharmasraya melalui Baznas bukan sekadar untuk menambah penghasilan, tapi memacu para guru supaya lebih giat lagi menunaikan tugas.

Baca Selengkapnya

Dharmasraya Kembali Raih Penghargaan KLHK

21 Desember 2020

Dharmasraya Kembali Raih Penghargaan KLHK

Ada dua penghargaan yang diraih yakni penghargaan untuk Kepala Daerah sebagai Pembina Proklim dan penghargaan Sertifikat Proklim Utama untuk dua jorong binaan.

Baca Selengkapnya

Pemkab Dharmasraya Gelar Diskusi Bahasa

21 Desember 2020

Pemkab Dharmasraya Gelar Diskusi Bahasa

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya menggelar forum diskusi Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Bahasa Media Massa.

Baca Selengkapnya

Nagari Sungai Rumbai Pelopor Kerjasama sistem QRIS

21 Desember 2020

Nagari Sungai Rumbai Pelopor Kerjasama sistem QRIS

Semua pendapatan asli nagari, terutama yang bersumber dari pungutan biaya administrasi surat-menyurat, dapat tercatat secara digital dant ransparan.

Baca Selengkapnya