Festival Pamalayu, Membuka Lagi Sejarah Dharmasraya

Sabtu, 24 Agustus 2019 15:48 WIB

Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Keraajaan saat menjadi pembicara dalam diskusi Ngobrol @tempo di Museum Nasional, Jakarta, 22 Agustus 2019. Diskusi tersebut bertema Menyingkap Tirai Sejarah Dharmasraya "dari Dharmasraya ada sejarah Indonesia yang patut diluruskan, yakni Ekspedisi Pamalayu". TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Pamalayu telah diluncurkan dengan mengadakan sesi bincang dalam ngobrol@tempo bertema 'Menyingkap Tirai Sejarah Dharmasraya'. Peluncuran tersebut diadakan di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Kamis, 22 Agustus 2019.

Meskipun dilansir di Jakarta, seluruh rangkaian Festival Pamalayu diadakan di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat yang akan berakhir pada 7 Januari 2020.

Sesi bincang ini menghadirkan pembicara, yaitu Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Peneliti Utama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Bambang Budi Utomo, dan pegiat sejarah dari Perkumpulan Wangsamudra Wenri Wanhar. Perhelatan ini, menurut Hilmar Farid, merupakan cara mengingat kembali peristiwa bersejarah, dengan cara pandang yang mungkin berbeda.

Adapun Pamalayu merupakan sebuah ekspedisi pada abad ke-13, atau 22 Agustus 1286. Ekspedisi itu dilakukan oleh Kerajaan Singasari di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, untuk menjalin persahabatan dengan Malayu-Dharmasraya. Ekspedisi tersebut sebagai bentuk bala bantuan untuk mencegah invasi Kekaisaran Mongol yang dipimpin Kubilai Khan.

Hilmar memfokuskan penjelasannya tentang ekspedisi Pamalayu. Ia meninjau penyebutan ekspedisi dalam historiografi atau penulisan sejarah Indonesia. Hilmar menjelaskan bahwa sebutan ekspedisi pada masa lampau digunakan oleh orang Belanda ihwal ekspansi kekuasaan di seluruh Nusantara.

Advertising
Advertising

"Boleh jadi dalam historiografi kita, ekspedisi Pamalayu ini masuk dalam historiografi nasional," ucapnya. Namun, ia menegaskan tidak adanya penyaringan dari historigrafi warisan kolonial, "Sehingga tetap menggunakan bahasa ekspedisi," katanya.

Bambang Budi Utomo mengulas pandangannya dari aspek arkeologis. Ia menjelaskan bahwa di hulu Sungai Batanghari, sekitar abad 13, pun jauh sebelumnya telah ada pusat pemerintahan yang dikenal dengan nama Dharmasraya.

"Kelompok masyarakat ini menganut ajaran Buddha. Malayu – Dharmasraya dianggap sebuah kerajaan penting," tuturnya saat menjelaskan materi pembahasan berjudul Malayu-Dharmasraya, Malayu-Pagarruyung.

Bambang menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan Maharaja Adityawarmman abad ke-14 terjadi perpindahan pusat pemerintahan dari Dharmasraya ke Tanah Datar di Pagarruyung. "Kajiannya menggunakan model pendekatan batas-batas tradisional Ranah Minang, yaitu Luhak nan Tigo dan Rantau Nan Tujuah Jurai," katanya.

Adapun Dharmasraya termasuk daerah rantau Luhak Tanah Datar. Dan, ia menambahkan Pagarruyung ada di Luhak Tanah Datar. "Seharusnya orang dari Pagarruyung yang ke Dharmmasraya, bukan sebaliknya," tuturnya.

Kemudian, di daerah hulu Batanghari ada dua kompleks bangunan suci, dan beberapa di antaranya tunggal. Peninggalan tersebut ada di tepian Batanghari yang tinggi. "Dikelilingi parit atau sungai, dan bangunannya dibuat dari bahan bata. Kronologinya dari sekitar abad ke-13, ke-14 Masehi," ujarnya.

Bambang menjelaskan bahwa situasi sekitar Malayu-Dharmasraya di hulu Batanghari terdapat empat lokasi pusat upacara. "Padangroco, Pulau Sawah, Bukit Awang Maombiak, dan Rambahan," katanya.

Wenri Wanhar menjelaskan bahwa berbagai bukti tersebut menunjukkan bahwa ekspedisi Pamalayu tujuannya untuk persahabatan, bukan penaklukan.

Selain arca, bukti peninggalan Kerajaan Dharmasraya, menurut Wenri tersimpan dalam naskah kuno Tanjung Tanah, lembah Gunung Kerinci. "Setelah uji karbon, (peneliti kebudayaan) Uli Kozok menyebutkan usia naskah ini sudah lebih dari 600 tahun," katanya. Naskah tersebut adalah tentang undang-undang atau aturan yang dipegang dalam menjalani kehidupan.

Wenri menjelaskan pada 2003, Uli Kozok berinisiatif mengirimkan potongan naskah dari lembar halaman kosong Tanjung Tanah itu ke Rafter Radiocarbon Laboratory di Wellington, Selandia Baru.

Candi Singasari. Website Perpusnas

Wenri pun mengutip Uli Kozok dalam buku berjudul 'Kitab Undang-undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu Tertua'. Hasil laboratorium, 18 November 2003, naskah tersebut diketahui dari zaman pra Islam. Dan, usianya lebih dari 600 tahun, merupakan naskah Melayu tertua yang pernah ditemukan.

Berita terkait

Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

15 Januari 2024

Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

Penelitian geo akeologi menemukan lapisan usia tanah era Medang, Singasari dan Majapahit di Situs Kumitir.

Baca Selengkapnya

737 Tahun Prasasti Padang Roco, Hadiah Raja Singasari untuk Siapa?

22 Agustus 2023

737 Tahun Prasasti Padang Roco, Hadiah Raja Singasari untuk Siapa?

Salah satu peninggalan Kerajaan Dharmasraya yang pernah berdiri di Sumatera Barat pada abad ke-12 yakni Prasasti Padang Roco. Begini bunyi prasastinya

Baca Selengkapnya

Nikah Sejak Era PRRI, Pria di Dharmasraya Ini Baru Ikut Sahkan Pernikahannya di Pengadilan Agama

29 Mei 2023

Nikah Sejak Era PRRI, Pria di Dharmasraya Ini Baru Ikut Sahkan Pernikahannya di Pengadilan Agama

Pria asal Kabupaten Dharmasraya bernama Umar mengaku sudah menikah sejak era PRRI namun belum mendapat buku nikah.

Baca Selengkapnya

Krisdayanti Nyeker Naik Sampai Puncak Candi Jago di Malang

20 Oktober 2021

Krisdayanti Nyeker Naik Sampai Puncak Candi Jago di Malang

Krisdayanti sigap menapaki setiap susunan undakan Candi Jago di Desa Tumpang, Malang, Jawa Timur, tanpa alas kaki.

Baca Selengkapnya

RSUD Sungai Dareh Resmi Beroperasi

21 Desember 2020

RSUD Sungai Dareh Resmi Beroperasi

Masyarakat Kabupaten Dharmasraya dapat menikmati pelayanan kesehatan di RSUD Sungai Dareh.

Baca Selengkapnya

Bupati Dharmasraya Minta Akses ke Tol Trans Sumatera

21 Desember 2020

Bupati Dharmasraya Minta Akses ke Tol Trans Sumatera

Bupati Sutan Riska melobi Menteri PUPR untuk melanjutkan pembangunan Jembatan Pulai dengan membangun akses jalan menuju Tol Trans Sumatera.

Baca Selengkapnya

Guru Mengaji di Dharmasraya Dapatkan Insentif

21 Desember 2020

Guru Mengaji di Dharmasraya Dapatkan Insentif

Insentif Rp 700 ribu per orang dari Pemkab Dharmasraya melalui Baznas bukan sekadar untuk menambah penghasilan, tapi memacu para guru supaya lebih giat lagi menunaikan tugas.

Baca Selengkapnya

Dharmasraya Kembali Raih Penghargaan KLHK

21 Desember 2020

Dharmasraya Kembali Raih Penghargaan KLHK

Ada dua penghargaan yang diraih yakni penghargaan untuk Kepala Daerah sebagai Pembina Proklim dan penghargaan Sertifikat Proklim Utama untuk dua jorong binaan.

Baca Selengkapnya

Pemkab Dharmasraya Gelar Diskusi Bahasa

21 Desember 2020

Pemkab Dharmasraya Gelar Diskusi Bahasa

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya menggelar forum diskusi Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Bahasa Media Massa.

Baca Selengkapnya

Sekda Dharmasraya Ikuti Rakornas Pengendalian Inflasi

21 Desember 2020

Sekda Dharmasraya Ikuti Rakornas Pengendalian Inflasi

Rapat virtual itu juga diikuti oleh Asisten I beserta pejabat dari Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan; Dinas Perhubungan, Dinas Pangan dan Perikanan, Badan Keuangan Daerah.

Baca Selengkapnya