Perlombaan 17 Agustus yang Digemari Wisatawan Mancanegara
Reporter
Terjemahan
Editor
Ludhy Cahyana
Kamis, 8 Agustus 2019 17:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemandangan Agustus di seluruh tanah air memang meriah. Bendera merah putih berkibar di mana-mana. Gerbang bertema perjuangan, hingga umbul-umbul di mana-mana. Bila malam, kota-kota bermandi cahaya lampu-lampu bertema kemerdekaan.
Seluruh rakyat Indonesia, sepanjang Agustus selalu sibuk. Baik di tingkat provinsi, kabupaten, hingga RT. Mereka menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia dengan menyiapkan perlombaan 17 Agustus. Namun, lomba-lomba itu menarik wisatawan asing untuk berpartisipasi.
Pemandangan ekspatriat turut lomba Agustusan, banyak ditemui di Jalan Jaksa Jakarta Pusat, kawasan Kemang Jakarta Selatan, hingga Kampung Turis Prawirotaman. Bahkan di desa Gunungsari, Madiun, wisatawan mancanegara dari Jerman, Spanyol, Prancis, Arab Saudi, dan Korea Selatan, pada Agustus 2018 ikut berpartisipasi. Inilah lomba-lomba saat peringatan 17 Agustus yang diminati wisatawan asing.
Lomba balap karung. Lomba ini mewajibkan peserta untuk memasukkan bagian kakinya ke dalam karung. Peserta dipersilakan melompat atau berlari hingga menyentuh garis finish. Salah satu trik memenangkan balap karung adalah, kaki ditempatkan pada ujung karung, sehingga peserta bisa bergerak dengan cepat.
Perang bantal. Adu pukul bantal ini biasanya dilakukan di atas sungai kecil, empang, atau kubangan lumpur. Dua orang saling adu pukul, salah satu yang mampu bertahan duduk di atas bambu menjadi pemenang.
Lomba balapan bakiak. Dimainkan dalam bentuk beregu. Bakiak atau sandal kayu panjang sekira semester, dipakai oleh tiga sampai lima orang. Kunci kemenangannya adalah kekompakan dan harmoni dalam melangkahkan kaki.
Sepak bola berdaster. Kalau yang ini sepak bola sekadar guyon. Biasanya dimainkan oleh para pria dengan memakai daster – pakaian wanita sehari-hari – ataupun rok. Tentu dengan memakai rok atau daster, menggiring bola tak terlalu bebas. Di situlah letak kelucuannya.
Lomba engrang. Permainan berjalan dengan bambu atau engrang ini merupakan permainan tradisional. Bocah yang memaikan engrang juga kian jarang. Perhelatan lomba Agustusan salah satunya untuk melestarikan permainan jadul yang nyaris punah ini.
Lomba gigit koin. Lomba ini boleh dikata sulit. Pemenang diharuskan mengumpulkan koin terbanyak, yang diperoleh dengan cara menggigit. Koin-koin biasanya dimasukkan ke dalam semangka atau terong yang dilumuri pewarna. Usai bermain gigit koin, bisa dipastikan wajah hitam biru karena pewarna.
Lomba membawa kelereng. Lomba ini butuh keseimbangan. Pasalnya, peserta harus membawa kelereng dengan sendok yang diggigit. Jadi, kecepatan dan keseimbangan menjadi kunci kemenangan.
Lomba tarik tambang. Ini adalah lomba paling prestise untuk menunjukkan kekuatan warga kampung, terutama para pria. Dua kelompok menarik tali untuk saling menggeret lawan.
Lomba panjat pinang. Sebuah pohon pinang yang tegak lurus diletakkan di tengah lapangan. Di puncaknya terdapat bermacam-macam hadiah. Tapi tunggu dulu, sulitnya bukan main. Meskipun hadiahnya berupa sepeda, panjat pinang memerlukan keterampilan. Pasalnya, pohon pinang itu telah dilaburi oli atau minyak yang licin.
Nah, itu baru sebagian lomba-lomba Agustusan yang populer di mata wisatawan. Variasinya bisa mencapai puluhan lomba, tergantung kreativitas warga kampung. Sementara di tingkat kabupaten dan provinsi, 17 Agustus biasanya diramaikan dengan berbagai festival dan karnaval budaya.