Gothenburg Kota di Skandinavia Rasa Jakarta
Reporter
I Wayan Agus Purnomo
Editor
Ludhy Cahyana
Rabu, 31 Juli 2019 10:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hal menyenangkan saat berkunjung ke Skandinavia adalah bertemu dengan orang dengan wajah bahagia di sepanjang jalan. Tak heran, negara-negara di Skandinavia selalu masuk10 besar atau bahkan tiga besar negara paling bahagia di dunia.
Termasuk ketika berkunjung ke Gothenburg, atau Göteborg dalam Bahasa Swedia. Kota di pantai barat Swedia ini merupakan kota terbesar kedua di negara itu setelah ibukota Stockholm.
Ketika saya berkunjung ke Gothenburg pada Juli 2019 lalu, saya merasakan ada atmosfer yang mirip dengan kawasan Jakarta Kota. Atau mungkin lebih tepatnya, tata ruang yang mirip dengan kota-kota di Belanda.
Belakangan saya mengetahui bahwa kota ini memang didesain oleh Belanda, bersamaan ketika Belanda merancang Batavia, cikal bakal Jakarta. Ciri khasnya adalah adanya kanal yang membelah kota, membentang dari pelabuhan hingga ke bagian pusat kota.
Kota ini dibangun pertama kali oleh Raja Swedia, Gustav II Adolf pada 1621. Pembangunan ini dilakukan setelah sepuluh tahun sebelumnya kota ini dibakar oleh Danes, sebuah suku di kawasan Jerman Utara yang berbatasan dengan Denmark.
Raja Swedia memerintahkan insinyur Belanda untuk membangun kota ini. Insinyur Belanda ini pun menggunakan cetak biru yang mereka gunakan untuk membangun Batavia dan “New Amsterdam” atau belakangan disebut sebagai New York.
Jumlah penduduk Gothenburg pada 2019 sebanyak 581.822 orang. Mereka menghuni kawasan seluas 447 kilometer persegi atau sejumlah 1.300 orang per kilometre persegi. Selain terkenal sebagai kota wisata, kota ini menjadi kelahiran bagi pabrikan kendaraan Volvo. Kantor pusat Volvo terletak di bagian barat kota sejauh 20 menit menggunakan kereta api atau 45 menit dari Landvetter Airport.
Sama seperti kota-kota di Skandinavia lainnya, Gothenburg juga terkenal dengan komitmen untuk udara bersih. Kota ini secara bertahap mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk kendaraan mereka.
Sejumlah rute bus juga telah sepenuhnya merupakan kendaraan listrik. Pengendara sepeda dan pejalan kaki juga diberikan ruang yang longgar di jalan raya. Di banyak titik, lebar jalan untuk kendaraan bermotor bahkan lebih sempit dibandingkan lebar jalan untuk pejalan kaki dan peseda. Anak-anak muda bersliweran menggunakan skuter dorong atau sepeda untuk bepergian ke berbagai sudut kota.
<!--more-->Suasana bahagia juga bisa saya rasakan ketika berpapasan dengan orang-orang di jalanan. Nyaris saya tak pernah mendapati ada orang dengan wajah muram di kota ini. Data World Happiness Report 2019 menunjukkan, Swedia berada di posisi ketujuh yang penduduknya paling bahagia di dunia. Adapun tiga besar juga dihuni negara Skandinavia yakni Norwegia, Finlandia, Denmark dan Swedia.
Gothenburg juga menjadi negara yang menerapkan enam jam kerja sehari. Pada awalnya proyek ini dimulai untuk pekerja di panti jompo sejak 2015. Hasil proyek ini adalah, mengutip The Guardian, persentase pekerja yang sakit menurun sebanyak 10 persen setelah kebijakan ini diterapkan. Data yang sama menunjukkan, level stress pekerja menjadi berkurang karena mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Akibatnya, pekerja merasa hidup menjadi lebih seimbang.
Karena faktor itulah, Gothenburg menjadi kota yang menyenangkan untuk dikunjungi. Berikut sejumlah tempat yang bisa dikunjungi selama di Gothenburg.
Museum Maritim
Salah satu obyek wisata yang layak dikunjungi selama berada di kota adalah adalah Museum Maritim dan Akuarium. Hanya saja, museum ini ditutup sejak 17 September 2018 untuk renovasi. Museum ini rencananya bakal dibuka kembali pada musim gugur 2021. Museum ini menyajikan sejarah kemaritiman Swedia yang telah berusia 400 tahun. Tiket masuk ke museum ini adalah sebesar 140 Swedia Krone atau sebesar Rp200.000.
Makan Salmon di Feskekorka
Feskekorka atau fish church dalam Bahasa Inggris merupakan sebuah pasar tradisional yang menjual berbagai jenis hasil laut, terutama salmon dan udang. Bangunan yang terletak di pinggir kanal ini berdiri sejak 1874 dan dibangun oleh arsitek Victor von Gegerfel. Sembari menikmati santapan ikan, wisatawan juga bisa menikmati perahu wisata yang berlalu lalang di sepanjang kanal.
Harga makanan di kawasan ini tergantung jenis ikan dan pengolahan. Karena saya sedang berlibur di Skandinavia, maka saya pun mencicipi ikan salmon. Saya memilih ikan salmon asap serta beberapa makanan berbahan baku udang. Untuk porsi makanan yang cukup dimakan untuk dua orang, saya menebusnya dengan harga 25 Poundsterling atau Rp431.000.
Skansen Kronan, Gothenburg dari ketinggian
Skansen Kronan merupakan bangunan yang pada mulanya dipakai sebagai banteng pertahanan. Bangunan yang terletak di ketinggian Gothenburg dibangun oleh Erik Dahlberg pada 1700. Benteng pertahanan ini memiliki 23 meriam yang siap digunakan untuk bertempur. Pada abad 19, bangunan ini difungsikan sebagai penjara sebelum berubah fungsi menjadi kediaman darurat. Kini, bangunan ini menjadi museum militer.
Liburan Sehari ke Hono
Gothenburg juga terdiri dari kepulauan-kepulauan kecil, mirip seperti Jakarta dengan Kepulauan Seribu-nya. Saya menyempatkan diri main ke Hönö Klåva sebuah pulau kecil di seberang Gothenburg. Perjalanan ke Hönö Klåva bisa ditempuh melalui beberapa cara. Pertama menggunakan bus kemudian menyeberang dengan ferry selama 10 menit. Atau menggunakan kapal laut langsung dari pusat kota Gothenburg.
Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di Hönö Klåva. Misalnya, berjalan di pinggir pantai sembari makan di sejumlah restoran. Kegiatan lain adalah bersepeda mengelilingi pulau tersebut. Harga sewa sepeda berkisar 80-120 Swedia Krone atau sekitar Rp 90 ribu hingga 160 ribu per hari.