UNESCO pun Terpesona dengan Lokasi Wisata di Indonesia Ini
Reporter
Ludhy Cahyana
Editor
Ludhy Cahyana
Senin, 29 Juli 2019 09:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO, sejak 1972 mendata tempat-tempat di dunia yang pantas menjadi warisan dunia. Artinya, lokasi atau benda tersebut harus dijaga agar bisa diwariskan kepada generasi mendatang.
Menurut situs Dan Flying Solo, Indonesia memiliki kawasan indah yang menjadi warisan dunia UNESCO. Selain elok, lokasi-lokasi tersebut memiliki keunikan dan nilai sejarah yang tinggi.
Prambanan-Borobudur
Candi Borobudur berada di Magelang, Jawa Tengah. Candi Budha yang dibangun oleh Wangsa Syailendra itu terbilang istimewa. Selain masuk daftar warisan dunia UNESCO, situs religi ini juga masuk daftar 7 Keajaiban Dunia. UNESCO memasukkan Borobudur dan Prambanan sebagai warisan dunia pada 1991.
Prambanan merupakan Candi Hindu, yang hingga kini menjadi lokasi pertujukan sendratari, yang berkisah tentang Ramayana. Uniknya, warisan dunia yang ada di kompleks Prambanan, hanya Prambanan yang merupakan Candi Hindu, sementara lainnya Candi Budha.
Taman Nasional Komodo
Naga hidup bukan mitos. Ia hidup liar di taman nasional yang terdiri atas tiga pulau besar: Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional seluas 603 km2 dan wilayah keseluruhan mencapai 1.817 km2.
Di sana terdapat 277 spesies hewan perpaduan fauna dari Asia dan Australia, yang terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung yang dilindungi.
Hutan Hujan Sumatera
Alam liar Sumatera merupakan rumah bagi macan tutul atau (leopard), harimau, orangutan, dan badak putih. Hutan hujan Sumatera berluas 2,5 juta hektare, yang mencakup Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kantong semar dan bunga terbesar di dunia Rafflesia Arnoldi, dan bunga tertinggi Amorphophallus titanium, hidup nyaman di dalam lebatnya hutan Sumatera. Hutan ini juga rumah bagi beberapa suku yang hidup menyatu dengan alam: Suku Mentawai dan Suku Anak Dalam.
Situs Manusia Purba Mata Menge, Flores
Penemuan Homo Floresiensis oleh Tim gabungan Pusat Survei Geologi Badan Geologi bersama University of Wollongong Australia, menyebut terdapat kehidupan purba 700.000 tahun lalu di Cekungan So'a, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Hasil uji karbon menunjukkan fosil di Mata Menge, Kabupaten Ngada itu lebih tua dari Manusia Purba Sangiran yang hidup sekitar 700.000 tahun lalu di Pulau Jawa.