Kabupaten Lebak Gunakan Narasi Multatuli untuk Tarik Wisatawan

Reporter

Antara

Jumat, 7 September 2018 07:48 WIB

Prasasti Eduard Douwes Dekker di halaman rumah cagar budaya Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Banten, 29 Juli 2015. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.

TEMPO.CO, Lebak - Narasi mengenai Max Havelaar karya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker bisa menjadi daya tarik Kabupaten Lebak, Banten, untuk mendatangkan wisatawan. Salah bab dalam karya itu adalah kisah Saidjah dan Adinda yang sudah kodang.

"Narasi Saidjah dan Adinda karya Multatuli bisa terus dikembangkan, karena ini bisa menjadi daya tarik masyarakat di luar Lebak untuk datang," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid saat pembukaan Festival Seni Multatuli di Rangkasbitung, Kamis, 6/9.

Dia mengatakan Multatuli saat menulis novel tersebut dipenuhi rasa marah, setelah merasa gagal mengatasi ketidakadilan di masyarakat Lebak. Gagasan Multatuli yang dituangkan dalam novel tersebut, menurut Hilmar, membuat masyarakat Eropa dan beberpaa tokoh Indonesia saat itu tercerahkan mengenai buruknya sistem penjajahan.

Baca juga: 34 Artefak dari Belanda akan Melengkapi Museum Multatuli

Sejarawan Bonnie Triyana sepakat narasi Multatuli memang bisa menjadi kekuatan Kabupaten Lebak, terutama Rangkasbitung. Dan narasi tersebut dapat mengundang orang untuk datang.

Saat ini sudah berdiri Museum Multatuli di Lebak yang mengkoleksi berbagai hal tentang tokoh tersebut. "Dulu kalau orang ke sini ingin tahu tentang Multatuli tidak tahu harus kemana. Sejak ada Museum Multatuli mereka mudah mendapatkan informasi tersebut," kata dia.

Dia mengatakan Multatuli atau Douwes Dekker memang hanya sekitar tiga bulan tinggal di Lebak sebagai asisten residen. Dia pindah dari Lebak, setelah berselisih dengan atasannya.

Advertising
Advertising

Tetapi penderitaan yang dialami rakyat Lebak telah menginspirasi dia menulis novel yang terbit pada 1860. Pada saat itu dia tinggal di Brussel, Belgia. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada 1972 oleh HB Jassin.Max Havelaar Dihadapan orang Jawa. Foto:Buku Multatuli

Museum Multatuli menempati bangunan bekas kantor Kawedanan Rangkasbitung (1923). Museum yang terdiri atas tujuh ruangan ini menampilkan empat tema besar, yaitu antikolonialisme, Multatuli dan karyanya, sejarah Lebak dan Banten, serta Rangkasbitung masa kini.

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan sejak adanya Museum Multatuli jumlah wisatawan ke Rangkasbitung bertambah. Menurut data, sejak awal dibuka hingga saat ini sudah ada 13 ribu pengunjung.

Mereka datang dari berbagai latar belakang. Banyak juga dari pengunjung itu datang dari manca negara, terutama Belanda.

Tahun ini untuk pertama kalinya digelar Festival Seni Multatuli di Kabupaten Lebak. Pemerintah setempat menghelatnya bersama komunitas budaya dan Kemendikbud. Kegiatan tersebut digelar pada 6-9 September 2018.

Festival Seni Multatuli 2018 bersandar pada ide perlunya respons gagasan Multatuli ke dalam bentuk-bentuk seni, seperti teater, puisi, musik, seni rupa, bahkan opera. Banyak yang bakal tampil, antara lain, 10 komunitas teater Banten dan pianis Ananda Sukarlan yang menggarap sebuah opera.

ANTARA

Berita terkait

Prabowo Lanjutkan Kampanye di Banten Hari Ini, Kunjungi Ulama dan Mantan Bupati Lebak

3 Desember 2023

Prabowo Lanjutkan Kampanye di Banten Hari Ini, Kunjungi Ulama dan Mantan Bupati Lebak

Prabowo Subianto akan melaksanakan kampanye sehari penuh di Serang, Banten, Ahad, 3 Desember 2023.

Baca Selengkapnya

Bayah Dome Lebak Diusulkan jadi Geopark Nasional, Apa Istimewanya?

11 Juli 2023

Bayah Dome Lebak Diusulkan jadi Geopark Nasional, Apa Istimewanya?

Taman bumi di Kabupaten Lebak ini dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat

Baca Selengkapnya

Gunung Anak Krakatau Erupsi Dini Hari Tadi, BPBD Kabupaten Lebak Minta Masyarakat Waspada

5 Januari 2023

Gunung Anak Krakatau Erupsi Dini Hari Tadi, BPBD Kabupaten Lebak Minta Masyarakat Waspada

BPBD Kabupaten Lebak meminta masyarakat waspada pascaerupsi Gunung Anak Krakatau pada dini hari tadi.

Baca Selengkapnya

Six Fantastic Jadi Andalan Pariwisata Kabupaten Lebak

21 September 2022

Six Fantastic Jadi Andalan Pariwisata Kabupaten Lebak

Pemerintah Kabupaten Lebak menyasar pariwisata karena sektor ini memiliki efek domino terhadap bidang lain, seperti infrastruktur, konservasi, pendidikan, sampai kesehatan.

Baca Selengkapnya

MUI Lebak Dalami Dugaan Penyebaran Paham Dewa Matahari

13 Juli 2022

MUI Lebak Dalami Dugaan Penyebaran Paham Dewa Matahari

MUI Kabupaten Lebak akan mendalami kebenaran informasi tersebut dengan berkoordinasi bersama kepolisian.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Kabupaten Lebak Tolak Gerai Holywings

29 Juni 2022

Pemerintah Kabupaten Lebak Tolak Gerai Holywings

Holywings dianggap bertentangan dengan budaya masyarakat, sebab mengundang kemaksiatan.

Baca Selengkapnya

Perajin Tahu Menjerit Harga Kedelai Naik: Hanya Bisa Bertahan Hidup

17 Mei 2022

Perajin Tahu Menjerit Harga Kedelai Naik: Hanya Bisa Bertahan Hidup

Harga kedelai naik lebih dari 100 persen sejak tiga bulan lalu. Perajin tahu mulai gulung tikar.

Baca Selengkapnya

Dua Douwes Dekker yang Berbeda, Multatuli dan Danudirja Setiabudi

4 Maret 2022

Dua Douwes Dekker yang Berbeda, Multatuli dan Danudirja Setiabudi

Terdapat dua tokoh yang mempunyai nama belakang sama, yaitu Eduard Douwes Dekker dan Ernest Douwes Dekker. Siapakah keduanya?

Baca Selengkapnya

Gelombang Tinggi, Wisatawan Pesisir Selatan Banten Diminta Tak Berenang

3 Maret 2022

Gelombang Tinggi, Wisatawan Pesisir Selatan Banten Diminta Tak Berenang

Wisatawan bisa tetap mengunjungi pabtai namun tetap perlu berhati-hati selama berada di sana.

Baca Selengkapnya

Kisah Eduard Douwes Dekker Alias Multatuli, Menulis Max Havelaar di Lebak?

2 Maret 2022

Kisah Eduard Douwes Dekker Alias Multatuli, Menulis Max Havelaar di Lebak?

Eduard Douwes Dekker lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820. Ia menggunakan nama alias Multatuli dan menulis buku Max Havelaar sebagai kritik.

Baca Selengkapnya