Mengenal Hogweed, Tanaman yang Bisa Menyebabkan Luka Bakar

Reporter

Terjemahan

Selasa, 17 Juli 2018 15:03 WIB

Tanaman Hogweed. Wikipedia

TEMPO.CO, Jakarta - Tiba-tiba nama tanaman ini banyak dicari orang di mesin pencari: Hogweed, namanya. Semula adalah berita tentang remaja Virginia, Amerika Serikat bernama Alex Childress yang menderita luka bakar setelah tersentuh tanaman tersebut, belum lama ini.

Banyak media asing menulis, remaja 17 tahun tersebut, saat itu tengah melakukan pekerjaan lansekap di dekat Fredericksburg. Ia pun menebang semacam rumput besar dan tiba-tiba tanaman itu menyapu wajah dan lengannya. Ternyata tanaman yang mengenainya itu Hogweed.

Bagaimana sentuhan Hogweed itu bisa membuat Childress terkena luka bakar?

Getah Hogweed akan membuat kulit tak mampu melindungi diri dari sengatan matahari. Dan itulah yang membuat lengan dan wajah Alex bagai terbakar hanya dalam 15 menit setelah terjadi kontak. Jika getah itu menyapu mata, bisa menyebabkan kebutaan permanen.

“Ini adalah rumput liar yang mengerikan. Sebuah gulma yang buruk,” kata Lois Stack, spesialis dalam hortikultura hias di Universitas Maine. Bentuk Hogweed adalah berupa batang meninggi dan diatapi gugusan bunga putih kecil.

Advertising
Advertising

Nama latin Hogweed adalah Heracleum mantegazzianum. Hampir seluruh bagian tanaman ini berbahaya, baik getah pada batang maupun daunnya.

Hogweed bukan tanaman asli Amerika Serikat. Raksasa ini berasal dari kawasan Kaukasus, yakni wilayah yang membentang di perbatasan Eropa dan Asia. Pada awalnya, ia diperkenalkan di Amerika Utara sebagai tanaman kebun hias.

Hari-hari ini Hogweed juga dapat ditemukan di seluruh New England, New York dan Pennsylvania. Juga di Pantai Barat di Oregon dan Washington.

Hogweed raksasa tumbuh subur di tanah yang lembab dan teduh. Dia juga dapat tumbuh di sepanjang pinggir jalan dan tepi sungai atau di lahan yang ditinggalkan.

Childress sudah diperiksakan ke rumah sakit, dan ia dinyatakan mendapat luka bakar tingkat 2 hingga 3 akibat Hogweed. Ia tak boleh kena sinar matahari selama 2 hingga enam bulan ke depan.

REUTERS

Berita terkait

Berita terkait tidak ada