Menjaga Kain Palembang di Muara Pertemuan Sungai Musi dan Ogan

Sabtu, 14 April 2018 18:21 WIB

Pekerja sedang menyelesaikan kain tajung dan kain kumputan khas Palembang. Foto Ahmad Supardi

TEMPO.CO, Palembang - Pada muara pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan Palembang, suara kletak-klotok tak pernah diam, mulai pukul 08.00 sampai 17.00, setiap hari. Kletak-klotok bukan suara mesin, tapi suara tabrakan kerangka kayu yang dibentuk menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Suara itu bersumber dari Kampung Tuan Kentang, Seberang Ulu 1 Palembang. Sejak tahun 1970-an, kampung itu diisi oleh para pengrajin kain khas Palembang.

Baca juga: Wisata Andalan Baru Kotawaringin Timur, Susur Sungai Mentaya

“Di kampung inilah pembuatan kain tajung dan kain jumputan titik tujuh khas Palembang itu berasal,” tutur Nasuka, salah satu pengrajin dari Kampung Tuan Kentang sambil menenun kain tanjung, Jumat, 13 April 2018.

Nasuka tak banyak omong, pria 60 tahun itu fokus melihat benang yang tersusun rapi di kayu silang pada ATBM. Kayu silang itu berfungsi menjaga benang supaya sejajar dan benang tidak saling tertukar. Tangannya sibuk mengeserkan benang supaya warna benang itu selaras dengan pola yang dibuat. Begitu juga kedua kakinya sibuk menginjak sepasang kerangka kayu yang berupa injakan secara bergiliran.

Advertising
Advertising

Injakan itu berada di bawah alat tenun. Bila diinjak, alat pemukul berupa beberapa tongkat akan bergerak, dan tongkat terakhir akan menarik tali picker hingga tersentak dan berbuah terlemparnya teropong, sehingga benang bisa masuk secara selang-seling. Injakan itulah yang menghasilkan suara kletak-kletok yang saling susul itu.

Pekerja sedang menyelesaikan kain tajung dan kain kumputan khas Palembang. Foto Ahmad Supardi

Ketua Kelompok Pengrajin Griya Kain Kentang Habibi menjelaskan kain tajung adalah kain khusus dipakai oleh laki-laki, sedangkan kain tajung khusus perempuan bernama kain tajung blongsong.

“Pembuatannya lumayan sederhana, cukup memilih benang sebagai bahan dasar pembuatan kain, lalu dilakukan pewarnaan, kemudian benang yang sudah diwarnai itu dijemur hingga kering, lalu dipintal. Sesudah dipintal, barulah ditenun menggunakan ATBM,” jelasnya.

Menurut laki-laki 34 tahun itu, kain tajung ada beberapa jenis, mulai dari kain tajung limar, limar patut, petak-petak, gerbik, dan blongsong.

“Hampir seratus kepala keluarga bekerja sebagai penenun kain tajung dan jemputan ini. Sebulan bisa terkumpul 500 kain, dan dijual dengan harga 100 ribu sampai 700 ribu” ujar Habibi.

Menurut dia, dua kain khas Palembang ini dihasilkan dengan teknik yang berbeda. Kalau kain tajung menggunakan ATBM, maka kain jumputan ini tidak dihasilkan dengan ATBM, namun dihasilkan dengan cara menyemput atau diikat. Lalu direbus dengan pewarna, seusai itu dilepas ikatannya dan terakhir dijemur.

Jauhari, salah satu pengrajin kain jumputan menceritakan kain dasar jumputan itu bisa dari kain viscose, dopi, dan katun yang berwarna putih. Kain-kain itu lalu di gambar sesuai dengan pola yang akan dibuat. “Pola yang paling rumit karena terlalu detail adalah pola titik tujuh. Pola inilah khas Palembang,” tuturnya.

Setelah digambar, pengrajin akan mengikat kain dengan erat sesuai garis-garis pola yang sudah digambar. Saking rumitnya mengikat kain jemputan pola titik tujuh ini, pengrajin butuh tiga hari untuk mengikat. “Setelah itu baru direbus dengan pewarna direk atau naptol,” kata Jauhari.

Sedangkan untuk pewarna alami, bisa menggunakan ekstrak mahoni, mangga hingga jengkol. “Pewarna alami ini hasilnya lebih kalem, warnanya lembut, seperti warna cokelat” lanjutnya.

Selesai direbus, kain khas Palembang itu akan dijemur. “Dijemurnya jangan langsung di bawah sinar matahari, cukup di bawah atap,” ujar Jauhari.

Dia berharap dari kampung yang tak jauh dari muara pertemuan Sungai Ogan dan Sungai Musi ini, kain khas Palembang bisa terjaga keberadaannya.

AHMAD SUPARDI

Baca juga: 4 Pilihan Oleh-oleh Palembang Selain Pempek

Berita terkait

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

10 hari lalu

Banjir Dasyat Setinggi Leher Terjang Guangdong Cina, 11 Orang Hilang

Sebelas orang hilang di Guangdong akibat banjir dasyat di provinsi selatan Cina itu pada Senin 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

33 hari lalu

Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

Hingga 10 Maret, LRT Palembang telah mengangkut 740.041 penumpang.

Baca Selengkapnya

Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

40 hari lalu

Kali Kamal Meluap, Ruas Tol Sedyatmo Masih Terendam

Ruas Tol Sedyatmo KM 27 terpantau hingga Jumat 22 Maret 2024 pukul 18.00 WIB masih terendam air luapan Kali Kamal.

Baca Selengkapnya

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

43 hari lalu

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya

500 Ribu Meter Kubik Material Erupsi Gunung Marapi Ancam Warga hingga 7 Kilometer

23 Januari 2024

500 Ribu Meter Kubik Material Erupsi Gunung Marapi Ancam Warga hingga 7 Kilometer

Jika terjadi banjir lahar hujan, katanya, tumpukan material vulkanik Gunung Marapi tersebut dapat menjangkau hingga area tujuh kilometer.

Baca Selengkapnya

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

4 Januari 2024

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

Dari Gedung Ledeng hingga kantor dagang Belanda Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang dinilai layak dijadikan cagar budaya.

Baca Selengkapnya

BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Sungai

1 Januari 2024

BRI Peduli Ajak Masyarakat Jaga Ekosistem Sungai

BRI berupaya mendorong perbaikan dan revitalisasi sungai di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama yang tingkat pencemaran airnya sangat tinggi terutama akibat sampah yang menumpuk.

Baca Selengkapnya

Makassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat

31 Desember 2023

Makassar, Kota Sehat yang Diarenya Meningkat

Jamban itu digunakan oleh lima orang. Mereka berdomisili di Kelurahan Banta-bantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.

Baca Selengkapnya

Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

29 Desember 2023

Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

Libur sekolah kali ini, anak-anak di Palembang meramaikan wahana permainan di OPI Mall hingga kawasan Sungai Musi.

Baca Selengkapnya

Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Ini Kondisi Terkini Hulu Sungai di Sekitarnya

18 Desember 2023

Terdampak Erupsi Gunung Marapi, Ini Kondisi Terkini Hulu Sungai di Sekitarnya

Erupsi Gunung Marapi membuat sejumlah sungai terpapar abu vulkanik, guguran lava, awan panas, dan banjir bandang. Ini kondisi terkini.

Baca Selengkapnya