Menjelajahi Nain Kecil, Pulau Tak Berpenghuni dekat Bunaken

Jumat, 9 Februari 2018 09:34 WIB

Panorama bibir pantai di Pulau Nain Kecil, Sulawesi Utara. Tempo/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Mesin kapal tiba-tiba mati. Daeng, si nakhoda, langsung buru-buru mengengkol diesel. “Kayaknya menabrak sesuatu,” katanya, menjawab ekspresi panik saya yang tak sabar menanyakan musababnya. Saat itu kami tengah berada di perairan Celebes, Sulawesi Utara, menuru Pulai Nain Kecil.

Baca juga: Di Pulau-pulau Kecil, Jumlah Komodo Cenderung akan Naik

Pulau Nain Kecil, secara administrasi masih termasuk kawasan Taman Nasional Bunaken, Kecamatan Wori, Minahasa. Nama pulau ini memang hampir tak terdengar gaungnya. Konon, pulau ini sepi lantaran tak berpenghuni. Justru itulah saya tertarik ingin mendatangi.

Di atas kapal itu cuma ada kami berempat: saya, Andi (rekan jalan dari Jakarta), Daeng, dan seorang awak kapal didikan Daeng. Kami terombang-ambing gelombang yang sedang pasang di perairan Celebes, Sulawesi Utara. Air laut masuk seketika, setelah kapal oleng ke kanan, ke kiri, tanpa henti.

Awak kapal Daeng mengambil galah untuk mengukur kedalaman air. “Tak sampai 3 meter,” katanya. Baru kami tahu kalau kapal itu telah menabrak pasir timbul yang akan membentuk pulau ketika air surut.

Advertising
Advertising

“Ini tandanya kita sudah dekat. Itu Pulau Nain Kecil sudah kelihatan,” ucapnya agak berteriak, tersaru deru mesin yang baru saja menyala.

Menurut pengakuan Daeng, jarang ada wisatawan minta diantar ke Nain Kecil. Kalau pun ada, biasanya cuma turis asing. Jumlahnya pun segelintir. “Makanya saya kaget ketika kamu minta diantar ke Nain Kecil.”

Nain Kecil cukup jauh dari daratan Manado. Waktu tempuhnya kira-kira 3 jam dengan kondisi gelombang tak tentu. Kalau diukur, waktu perjalanannya tentu lebih lama dibanding pelayaran menuju Bunaken, yang cuma 30 menit dari kota.

Namun, selama berlayar, suguhan pemandangan pulau-pulau yang dilalui kapal tak habis membuat napas ditarik panjang. Ada Pulau Bunaken, Siladen, Manadotua, dan Montehage yang membuat lanskap berwarna. Menuju Nain Kecil, kapal juga sempat diikuti lumba-lumba. Mereka berperan seperti penunjuk arah.

Kapal kami tiba-tiba sudah menepi di Nain Kecil, tak lama setelah menabrak pasir timbul. Ada perasaan asing ketika saya mendekat. Pulau itu kosong, sepi, dan tak ada aktivitas apa pun. Paling-paling ramai suara ombak memecah karang atau derik serangga.

Nain tak punya pantai yang luas. Tapi pasirnya putih dan lembut, selembut bubuk susu. Beberapa sisi berkarang dan berbatu. Bebatunnya mirip yang bisa dijumpai di Pulau Lengkuas, Belitung. Hanya, luas daratan Nain Kecil jauh lebih kecil.

Di serambi pulau itu, tumbuh tanaman bakau yang subur. Sedangkan di bagian dalam, hanya ada karang-karang padas dan beberapa pohon. Di sisi sayap hingga punggung pulau, terdapat rumah-rumah panggung. Kabarnya, rumah ini dibangun oleh nelayan sebagai tempat singgah saat mereka memanen rumput laut.

Saya mencoba memanjat panggung-panggung kayu itu, dan lantas masuk ke salah satu rumah. Beberapa penampang lapuk ketika diinjak.

Rumah-rumah ini tak punya daun pintu. Di dalamnya pun tak ada perabotan barang satu-dua pecah-belah. Namun ada beberapa kaus dan celana yang diletakkan tak tentu. Dari jendela rumah, saya menatap ke arah laut.

Di seberang, terlihat pulau yang ukurannya jauh lebih besar. Besarnya hampir berpuluh kali lipat. “Itu Nain Besar, tempat saya lahir,” tutur Daeng. Nain Besar adalah pulau berpenduduk padat. Ada tiga kampung utama di dalamnya: Bajo-Siau, Tampi, dan Tarente. Mayoritas berasal dari suku Bajo atau Bajau.

Hampir sore dan Nain Kecil makin sunyi. Beberapa gagak mondar-mandir di atas pulau. Ombak makin petang juga makin meninggi. Meski enak untuk menyepi, pulau ini tak nyaman disinggahi sendiri. Juga tak cocok untuk bermalam.

Wisatawan yang mau berkunjung ke pulau ini harus mengeluarkan kocek lebih dalam dibanding bila ingin ke Bunaken. Harga sewa kapalnya berkisar Rp 1-1,5 juta, hampir dua kali lipat dibanding ke Bunaken.

Untuk menyewa kapal, wisatawan bisa datang langsung ke Pelabuhan Calaca. Lokasinya tepat di depan Pasar 45, dekat pusat perdagangan Manado tempo dulu. Harga sewa bisa lebih murah bila bernegosiasi langsung dengan empunya kapal.

Waktu terbaik datang ke pulau ini adalah pada saat kemarau. Sebab, gelombang tak terlalu tinggi dan pemandangan matahari terbit serta terbenam pun tak bakal tertutup mendung.

Artikel lain: Restoran Por Que No, Makan Malam Romantis Saat Valentine

Berita terkait

Strategi Sulawesi Utara Kejar Target 1 Juta Kunjungan Wisatawan Cina pada 2023

13 Mei 2023

Strategi Sulawesi Utara Kejar Target 1 Juta Kunjungan Wisatawan Cina pada 2023

Sebelum pandemi Covid-19, Sulut merupakan daerah tujuan terbesar kedua wisatawan Cina setelah Bali.

Baca Selengkapnya

Ragam Aktivitas Seru yang Sayang Dilewatkan Wisatawan Saat ke Bunaken

24 Januari 2023

Ragam Aktivitas Seru yang Sayang Dilewatkan Wisatawan Saat ke Bunaken

Bunaken yang merupakan kawasan konservasi ini yang memiliki potensi alam bawah laut yang indah.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Destinasi Super Prioritas Likupang, Jokowi Harap Pariwisata Indonesia Segera Pulih

19 Januari 2023

Kunjungi Destinasi Super Prioritas Likupang, Jokowi Harap Pariwisata Indonesia Segera Pulih

Jokowi juga optimistis kawasan Likupang akan ramai didatangi wisatawan mancanegara, baik dari Eropa maupun dari negara-negara Asia.

Baca Selengkapnya

5 Keunikan Kota Manado

31 Agustus 2022

5 Keunikan Kota Manado

Kota Manado merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kota ini memiliki 11 kecamatan serta 87 kelurahan dan desa.

Baca Selengkapnya

Tomohon International Flower Festival Siap Kembali Menyapa Dunia Tahun Ini

15 Mei 2022

Tomohon International Flower Festival Siap Kembali Menyapa Dunia Tahun Ini

Beragam rangkaian acara seru akan digelar untuk memeriahkan Tomohon International Flower Festival 2022.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Asing juga Bisa Manfaatkan Visa on Arrival di Bandara Sam Ratulangi

10 April 2022

Wisatawan Asing juga Bisa Manfaatkan Visa on Arrival di Bandara Sam Ratulangi

Pergerakan penumpang internasional di Bandara Sam Ratulangi telah mengalami peningkatan hingga 58 persen pada Maret 2022.

Baca Selengkapnya

Wisata Alam di Likupang, Bersantai di Pantai Hingga Susur Sungai Mangrove

27 November 2021

Wisata Alam di Likupang, Bersantai di Pantai Hingga Susur Sungai Mangrove

Mulai dari wisata bahari hingga pegunungan, Likupang menawarkan pengalaman bersantai di alam untuk melepas penat.

Baca Selengkapnya

7 Kuliner Khas Likupang yang Patut Dicoba, untuk Sarapan hingga Cemilan

8 Maret 2021

7 Kuliner Khas Likupang yang Patut Dicoba, untuk Sarapan hingga Cemilan

Kawasan Likupang yang akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus itu punya beragam kuliner yang nikmat.

Baca Selengkapnya

Jelajah Wisata Sulawesi Mampir Menyapa Paus di Gorontalo

27 Februari 2020

Jelajah Wisata Sulawesi Mampir Menyapa Paus di Gorontalo

Peserta Jelajah Wisata Sulawesi akan beragkat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Jumat, 28 Februari 2020.

Baca Selengkapnya

Rute Jelajah Wisata Sulawesi, Keliling 4 Provinsi di Sulawesi

19 Februari 2020

Rute Jelajah Wisata Sulawesi, Keliling 4 Provinsi di Sulawesi

Jelajah Wisata Sulawesi akan terbagi menjadi delapan etape, dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, hingga Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya