Proyeksi 2018: Menjadikan Geopark Tumpuan Wisata Lingkungan

Reporter

Tempo.co

Rabu, 27 Desember 2017 07:34 WIB

Pemandangan taman bumi Ciletuh, di Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat, 5 September 2015. Memiliki ke aneka ragaman geologi, taman Ciletuh akan diusulkan menjadi geopark atau taman bumi nasional. TEMPO/Frannoto

TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 2018 adalah masa yang cukup krusial bagi perkembangan geopark tanah air. Pasalnya ada dua geopark, yakni Gunungsewu dan Ciletuh, yang bakal ditentukan nasibnya oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Geopark Ciletuh-Pelabuhanratu akan menerima hasil validasi oleh UNESCO pada September 2018. Apakah kawasan ini bakal masuk jaringan Global Geopark UNESCO atau tidak. Saat ini statusnya masih nasional.

Baca juga: Menantikan Geopark Ciletuh Menjadi Global Geopark

Sedangkan Gunungsewu yang sudah berlevel global bakal menghadapi peninjauan ulang (revalidasi) pada 2019 oleh organisasi itu. “Ujian” itu akan menentukan apakah Gunungsewu bisa bertahan dalam jaringan UNESCO atau terlempar keluar.

Dua hal itu penting bagi ikhtiar dunia wisata tanah air yang ingin menjadikan geoparak sebagai konsep wisata lingkungan di Indonesia. Untuk itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil sejumlah langkah pada 2018, agar saat peninjauan ulang itu Geopark Gunungsewu tampil yahud.

Advertising
Advertising

Salah satu yang akan dilakukan adalah mengembangkan kawasan penyangga Geopark Gunungsewu. Sekretaris Dinas Pariwisata Gunung Kidul Hary Sukmono mengatakan upaya yang direkomendasikan adalah meningkatkan keberadaan penyangga 13 situs geosite.

“Kami ambil contoh kawasan pendukung Gunung Api Purba Nglanggeran misalnya, yakni di sana ada Kampung Emas, Desa Wisata Kerajinan Bobung, dan Desa Wisata Jelok,” kata Hary, di Gunungkidul, Juli lalu. Berbagai desa wisata itu akan digarap agar benar-benar mampu menjadi penopang kawasan Gunung Nglanggeran.Wisatawan menikmati pemandangan alam dari puncak Gunung Api Purba yang terletak di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta, 10 Februari 2017. Gunung Api Purba masuk dalam kawasan Ekowisata di Kabupaten Gunungkidul. TEMPO/Pius Erlangga

Geopark, alias Taman Bumi, adalah sebuah konsep yang dinisiasikan oleh UNESCO. Konsep ini meliputi wilayah terpadu yang mengedapankan perlindungan dan penggunaan warisan geologi secara berkelanjutan.

Dalam konsep ini juga dipromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Selain itu, dalam area geologis ini harus terpenuhi tiga kategori, yaitu adanya keragaman geologi, hayati, dan kebudayaan.

Sesuai kualitasnya, terdapat geopark berskala global dan skala nasional. Sebuah geopark ditetapkan berskala global jika lulus dari validasi UNESCO. Indonesia saat ini baru memiliki dua taman bumi global, yakni Geopark Gunung Batur (Bali) dan Geopark Gunungsewu di Yogyakarta.

Sedangkan yang berskala nasional ada enam, yakni Geopark Kaldera Danau Toba, Merangin, Ciletuh, dan Rinjani, ditambah lima yang baru naik tahun ini, yakni: Aspiring Geopark Belitung, Raja Ampat, Tambora, Maros Pangkep dan Bojonegoro.

Diluar itu masih ada 11geopark yang berstatus kandidat, yakni: Lembah Harau, Pongkor, Pangandaran, Tondano, Sangkulirang, Toraja, Karangsambung, Dieng, Bromo, Tambora, Kelimutu.Pengibaran bendera merah putih 50 x 30 meter di Lembah Harau, Sumatera Barat, 17 Agustus 2016. Foto: Komuntas Merah Putih

Pada 2018 sangat geopark diharapkan kian berkembang menjadi salah satu penyangga utama sektor wisata dan pelancongan di tanah air. Selain potensinya sangat besar, konsep ini terbukti mampu menjadi solusi jitu soal pelestarian lingkungan dan promosi ekonomi setempat.

Selama ini, pengembangan kawasan wisata karena semata mengejar target ekonomis, kerap berbenturan dengan ikhtiar pelestarian alam. Nah, dalam geopark, kedua kepentingan itu mampu diselaraskan.

Perhatian pemerintah untuk menambah geopark skala nasional dan juga meningkatkan kualitas geopark yang sudah adan agar mendunia cukup besar. Pada tahun ini geopark yang diajukan ke UNESCO divalidasi, yakni Geopark Ciletuh-Tangkubanperahu

Tantangan agar geopark tetap menyandang status nasional atau global cukup berat. Salah satunya adalah ancaman kerusakan lingkungan yang dilakukan sebagian warga masyarakat.

Koordinator Museum Geopark Batur Desak Made Andariyani mengenang betapa sulitnya saat mereka berjuang menuju geopark global. Salah satunya adalah bagaimana membangun kesadaran masyarakat agar tak melakukan galian semena-mene. "Perjalanan penelitian kami satu tahun pada 2009. Saat itu terasa berat sekali."

Kaldera Batur akhirnya lolos ujian dan masuk jaringan geopark global pada pada 20 September 2012. Pada 2016 kawasan ini menjalani revalidasi dan kembali lulus.Sejumlah warga berada di kawasan Geopark Gunung Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, 6 Desember 2015. Kawasan Geopark Batur merupakan kawasan yang ditetapkan UNESCO sebagai salah satu dari bagian jaringan geopark dunia yang memilki nilai ekologi yang berfungsi sebagai daerah konservasi dan edukasi. ANTARA FOTO

Problem serupa kini menimpa Geopark Nasional Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Badan Geologi mencatat ada sejumlah potensi kerusakan alam di wilayah ini. Padahal obyek wisata alam di pesisir selatan yang tengah menunggu “vonis” UNESCO.

Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengatakan setidaknya ada empat faktor potensi kerusakan itu, diantaranya, berasal dari penambangan liar serta perilaku pengunjung.

Penambangan liar dan pembukaan lahan yang berlebihan di area Geopark Ciletuh menyebabkan sungai semakin keruh dan menimbulkan pencemaran lingkungan. “Penambangan tanpa ijin harus dihentikan, bahkan tambang resmi pun sebaiknya dibatasi atau tidak diperpanjang,” kata dia, Mei lalu.

Cerita serupa datang dari Gunung Kidul. Para pegiat lingkungan pernah melancarkan protes atas rencana pembangunan resort di kawasan karst Gunung Kidul. Sebab, lokasi itu merupakan kawasan yang dilindungi.

"Jika pembangunan diteruskan, maka akan merusak bentang karst," kata Halik Sandera, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta, Juli silam.

Para aktivis lingkungan yang bergabung dalam Koalisi Masyarakat Peduli Pegunungan Sewu (KMPPS) mendesak Pemerintah kabupaten Gunung Kidul menghentikan proyek resort tersebut. Kalau tidak, hal itu bisa jadi pemicu kedatangan investor selanjutnya yang berpotensi mengancam kelestarian bentang alam dan ekosistem.

Jalan masih panjang untuk menjadikan geopark sebagai tumpuan wisata lingkungan. Namun pemerintah berjanji tak lepas tangan.

Menrut Asdep Pengembangan Segmen Bisnis dan Pemerintah Hendri Karnoza pemeirntah bukan sekadar mendukung, “kami juga melakukan edukasi kepada masyarakat,” kata Hendri. "Kami harus terus membantu membangun Kawasan Wisata Geopark (agar) berskala internasional dan mendapat pengakuan dari UNESCO.”

Janji itu akan dicatat dan semoga tak hanya behenti sebagai ucapan. Tahun 2018 adalah titik krusialnya.

TULUS WIJANARKO | BRAM SETIAWAN (Bali) | INGE KLARA SAFITRI (Bandung) | MUH SYAIFULLAH (Yogyakarta) | ANWAR SISWADI (Bandung) | PITO AGUSTIN RUDIANA (Yogyakarta) | GEOPARKS.ID

Berita terkait

Kelahiran Bayi Para Selebritas Tahun 2017

31 Desember 2017

Kelahiran Bayi Para Selebritas Tahun 2017

Kelahiran bayi para artis termasuk dalam pemberitaan yang cukup banyak dicari pembaca. Termasuk potret dan aktivitas para bayi itu sendiri

Baca Selengkapnya

Enam Menu Kuliner yang Hits Selama 2017

31 Desember 2017

Enam Menu Kuliner yang Hits Selama 2017

Enam makanan dan minuman naik pamor tahun 2017 ini. Mungkin anda pernah mencicipi beberapa di antaranya, atau bahkan semuanya.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017: Pasar Saham, dari yang 'Mati' hingga Bersinar

30 Desember 2017

Kaleidoskop 2017: Pasar Saham, dari yang 'Mati' hingga Bersinar

Di hari terakhir perdagangan saham tahun 2017, IHSG melejit tembus rekor tertinggi.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017, Tujuh Tingkah Sandiaga Uno yang Bikin Gemas

30 Desember 2017

Kaleidoskop 2017, Tujuh Tingkah Sandiaga Uno yang Bikin Gemas

Dalam Kaleidoskop 2017 ada sejumlah perilaku Sandiaga Uno yang mengundang perhatian publik bahkan ramai di media sosial.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017, BNN Ungkap 2 Pabrik Sabu Jumbo di Jabodetabek

29 Desember 2017

Kaleidoskop 2017, BNN Ungkap 2 Pabrik Sabu Jumbo di Jabodetabek

Dua pabrik narkoba jenis sabu skala jumbo di Jabodetabek berhasil diungkap Badan Narkotika Nasional atau BNN di tahun 2017.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017: 8 Peristiwa Monumental di Asia, Amerika, Eropa

29 Desember 2017

Kaleidoskop 2017: 8 Peristiwa Monumental di Asia, Amerika, Eropa

Ratap tangis, kematian, suksesi kekuasaan hingga tuntutan merdeka mewarnai kawasan Asia, Amerika, dan Eropa yang direkam dalam Kaleidoskop 2017.

Baca Selengkapnya

Kaleidokop 2017: 10 Kuliner Ini Paling Hits, Mana Paling Asyik?

29 Desember 2017

Kaleidokop 2017: 10 Kuliner Ini Paling Hits, Mana Paling Asyik?

Sepuluh kuliner naik pamor tahun 2017 ini. Pasti pernah mencicipi beberapa di antaranya-atau bahkan semuanya-mengingat kuliner ini ada di mana-mana.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017: Kejutan Politik di Timur Tengah dan Afrika

29 Desember 2017

Kaleidoskop 2017: Kejutan Politik di Timur Tengah dan Afrika

Kaleidoskop 2017 merekam kejutan politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017 : 10 Momen Terbaik Sepak Bola di Dunia

29 Desember 2017

Kaleidoskop 2017 : 10 Momen Terbaik Sepak Bola di Dunia

Dunia sepak bola sempat dihebohkan sejumlah momen pada 2017. Berikut momen yang Tempo rangkum dalam Kaleidoskop 2017.

Baca Selengkapnya

5 Lokasi Pelancongan 2017 Berbasis Instagramable yang Seru

29 Desember 2017

5 Lokasi Pelancongan 2017 Berbasis Instagramable yang Seru

Sepanjang tahun 2017 berbagai lokasi yang direka agar menarik sat difoto alias Instagramable, memang marak.

Baca Selengkapnya