TEMPO.CO , Yogyakarta: Berbagai kontes robot yang digelar di wilayah DIY tidak sekadar sebagai ajang kompetisi. Kontes robot juga menjadi ajang wisata teknologi di Yogyakarta. Lantaran kontes robot tak hanya menampilkan robot yang bisa bergerak, melainkan juga menyuguhkan robot yang bisa melakukan aktivitas seperti manusia.
“Masyarakat umum bisa menonton, sehingga ikut tercerahkan tentang teknologi,” kata Ketua Umum Kontes Robot Indonesia (KRI) 2015 Slamet Riyadi saat ditemui usai bertemu Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Yogyakarta, Senin, 25 Mei 2015.
Slamet menambahkan, tiap tim peserta yang datang akan membawa suporter dalam jumlah banyak. Suporter itu tak hanya ikut menonton kompetisi, sekaligus berwisata di berbagai lokasi wisata di Yogyakarta.
KRI yang berskala nasional itu digelar pertama kali di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 11-14 Juni 2015. Kompetisi yang diadakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) itu akan diikuti 24 tim dari lima regional di Indonesia. Tiga regional dari Jawa dan masing-masing satu regional dari Sumatera dan Indonesia Timur.
Kontes tersebut dibagi menjadi empat kompetisi. Keempatnya adalah Kontes Robot ABU (Asia-Pacific Broadcasting Union) Indonesia (KRAI), Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI), Kontes Robot Sepakbola Indonesia (KRSBI), dan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI).
Kontes robot ABU mengambil tema badminton ganda. Satu tim peserta harus menyertakan dua robotnya untuk tampil sebagai atlet badminton untuk bertanding melawan dua robot dari tim lainnya. Dua pasangan robot itu akan bermain di lapangan badminton yang ukurannya sama seperti ukuran asli, begitu pula dengan net, raket, dan shuttle cock-nya. “Kalau ukuran robotnya setinggi sekitar satu meter,” kata Slamet.
Sedangkan kontes robot seni mengambil tema pewayangan Bambangan Cakil. Satu peserta akan menyertakan dua robot yang masing-masing sebagai Bambangan dan Cakil yang akan menari. Tiap-tiap robot diberi kostum sesuai dengan perannya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY Kadarmanta Baskara Aji mengungkapkan, selama ini yang mengikuti kontes robot adalah mahasiswa yang sebelumnya sekolah di Sekolah Menengah Khusus (SMK). Lantaran baru SMK yang menjadikan teknik pembuatan robot sebagai mata pelajaran, sedangkan di SMA umum hanya sekedar kegiatan ekstrakurikuler.
“Makanya saya meminta sekolah-sekolah dasar untuk mengajak murid-muridnya menonton kontes robot. Biar tertarik teknologi sejak dini,” kata Kadarmanta yang menyampaikan pesan Sultan itu.
PITO AGUSTIN RUDIANA