TEMPO.CO, Jakarta - Wisata kuliner di Medan semakin ramai beberapa tahun belakangan. Indra Halim, 36 tahun, mengatakan Medan seharusnya menjadi pusat kuliner Nusantara. Makanan yang terdapat di Medan banyak dipengaruhi oleh luar negeri. "Tidak ada cita rasa dominan, tapi kaya rasa," katanya pada 3 November lalu saat ditemui di sebuah kafe di Medan.
Pengaruh Melayu, misalnya, ada di makanan seperti nasi lemak dan lontong sayur. Sedangkan pengaruh Cina ada pada kwetiau, fu yung hai, dan olahan bebek. Adapun martabak telor, roti canai, dan mi rebus terpengaruh India. "Hanya cita rasa makanan Eropa yang tidak dominan pengaruhnya di Medan," katanya.
Jenis makanan itu kemudian diperkaya oleh makanan tradisional, seperti dari Batak, yakni saksang, babi panggang, kidu-kidu, dan makanan lain. Makanan ala Mandailing juga ada, seperti ikan salai. Medan juga punya daerah tertentu yang makanan khasnya dijumpai pula di daerah atau suku lain. Misalnya, Kota Tebing Tinggi yang terkenal dengan lemangnya, Kabupaten Serdang Bedagai dengan dodolnya.
Pakar kuliner William Wongso membenarkan pandangan bahwa Medan adalah tempat pembauran beragam makanan khas. "Medan itu melting point-nya makanan dari berbagai suku bangsa," katanya. Cina termasuk yang paling dominan mempengaruhi makanan di Sumatera Utara. Itu sebabnya Medan berbeda dengan Padang, misalnya, yang identik dengan makanan bersantan.
Khusus makanan Cina, kata Indra, saat ini banyak yang mulai punah. Padahal makanan itu tumbuh dan diciptakan oleh orang Cina zaman dulu di Medan. Bihun bebek asin, misalnya. Makanan ini, kata Indra, punya rasa yang luar biasa dan hanya ada di Medan. Tapi rumah makan yang menjualnya kini terancam tutup. "Tidak ada regenerasi," katanya. Anak si pemilik rumah makan tidak mau mewariskan restoran itu. "Anaknya lebih suka berbisnis lain," ujarnya.
Menu dengan resep rahasia itu kini dikhawatirkan punah. Padahal makanan itu sebenarnya halal. Orang menganggapnya haram karena dimasak oleh etnis Tionghoa. Dari perhitungannya, ada sekitar delapan rumah makan yang mempunyai makanan khas namun terancam tutup. Persoalannya sama: tidak ada yang mewarisi resep makanan dan restoran itu.
Kalau ihwal restoran yang memiliki makanan khas, Medan punya sangat banyak. Hingga kini Indra masih merintis pembuatan semacam buklet yang berisi daftar destinasi wisata kuliner di Medan. Ia masih menunggu sponsor. Ia tidak bisa mengharapkan bantuan pemerintah karena masih ia anggap berjalan lamban.
Topik: #KULINER
MUSTAFA MOSES
Berita lainnya:
Ketika Kopi Memicu Perang
Lempah Kuning Belitung Diusulkan Menu Nusantara
Chef Indonesia Tidak Menguasai Resep Tradisional
Sajian Kuliner Warisan Orang Rawa