Kebun Bunga Amarylis Disiapkan Jadi Wisata Transit
Editor
Grace gandhi
Senin, 30 November 2015 05:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kehebohan publik dengan keberadaan Kebun Bunga Amarylis di pinggir Jalan Yogyakarta-Wonosari KM 18 atau tepatnya di Dusun Ngasemayu, Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, membuat pemerintah setempat mempersiapkan kebun bunga ini menjadi destinasi wisata khusus.
Kebun bunga seluas 2.000 meter persegi milik Sukadi, 43, seorang petani sekaligus penjual mainan di Pasar Piyungan itu, belakangan ramai dibicarakan di media sosial. Keindahan kebun bunga itu disebut-sebut mirip taman bunga di Eropa.
Netizen juga heboh karena keindahan kebun bunga itu harus rusak dalam sekejap akibat aksi selfie liar pengunjung yang menginjak-injak dan memetik sembarangan.
Kepala Bagian Tata Pemeritahan Desa Salam, Ngadiono, mengaku tak menduga respons publik sebesar ini demi melihat dan berfoto selfie di kebun bunga itu. Pemerintah dan pemilik sama-sama mengaku tak siap ketika promosi kebun itu terlanjur menyebar secara viral melalui jejaring sosial dan mengundang antusiasme warga.
"Respons publik pada kebun bunga ini menjadi momentum bangkitnya potensi wisata perbatasan kabupaten yang selama ini mati suri," ujar Ngadiono di sela menjadi pemandu lepas para wisatawan yang mengunjungi kebun bunga milik Sukadi, Minggu, 29 November 2015.
Ngadino menuturkan, Kecamatan Patuk, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul atau menjadi pintu gerbang Kabupaten Gunungkidul, selama ini hanya mengandalkan obyek wisata monoton, seperti Gunung Purba Nglanggeran, yang tak terlalu booming menyedot wisatawan, seperti halnya Gua Pindul. Wisatawan biasanya hanya melintasi wilayah perbatasan itu untuk langsung ke Pantai Baron, obyek wisata susur Sungai Gua Pindul.
"Kami selama ini berusaha mengembangkan desa wisata atau sentra durian, ternyata juga belum mengangkat, justru kebun bunga ini yang direspons baik," ujar Ngadiono.
Meskipun sempat rusak oleh ulah pengunjung, pemerintah memakluminya sebagai konsekuensi belum siapnya perangkat dan warga.
"Setidaknya, kami sudah tahu, wisata jenis apa yang diminati warga dan bisa menggerakkan perekonomian lokal," ujarnya.
Yang justru diantisipasi pemerintah desa dengan booming-nya kebun bunga amarylis ini, yakni tak munculnya kebun-kebun bunga 'palsu' yang mengecoh wisatawan.
"Ada warga yang berusaha mencegat wisatawan untuk diarahkan ke kebun bunga lain demi memungut retribusi. Wisatawan akhirnya kecewa karena kebun bunga lain itu jelek. Kami peringatkan agar tak melakukan itu lagi," ujarnya.
Kebun bunga milik Sukadi menjadi istimewa karena berbagai hal. Tak hanya ada ribuan bunga yang menghampar dengan warna dominan oranye, tapi juga karena suasana di kebun bunga itu sendiri cukup teduh meskipun berada di pinggir jalan raya Yogya-Gunungkidul yang panas dan padat kendaraan. Keteduhan kebun Sukadi ini juga karena diapit sejumlah perindang, seperti sengon, jati, dan flamboyan.
"Nanti sekitar Desember pas Flamboyan berbunga, kebun ini pasti semakin lebih indah dengan warna-warni bunga," ujar Ngadino.
Dengan adanya dana desa yang lebih memadai, sekitar Rp 1 miliar per tahun, Ngadino menuturkan akan mengusulkan kebun bunga Sukadi turut didukung pengembangannya oleh pemerintah melalui dana desa. Misalnya memperluas lahannya.
Sukadi pun pada sensus desa tahun ini telah dicatat sebagai pembudi daya bunga dalam skala besar satu-satunya di desa itu.
"Warga sekitar bisa diberdayakan untuk mengembangkan potensi pendukungnya, khususnya penyediaan lahan parkir kendaraan, akses jalan masuk, kuliner, dan cenderamata khas," ujarnya.
Pantauan Tempo, sejumlah warga setempat mulai membuka usaha di sekitar kebun bunga itu. Lebih banyak warga menjual jajanan khas Patuk, yakni sego sompil. Jajanan ini berupa nasi yang dicampur sayur cabai, tahu, tempe, dan dikukus dengan bungkusan daun pisang berbentuk segitiga. Jajanan itu cukup laris dan ludes meskipun penjualnya cukup banyak.
PRIBADI WICAKSONO