1 Suro, Wisatawan Dilarang Bertapa di Bawah Tebing
Editor
Grace gandhi
Selasa, 13 Oktober 2015 12:52 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim Search and Rescue Kabupaten Gunungkidul menyatakan semua personelnya akan mengamankan peringatan 1 Suro di sepanjang titik pantai yang menjadi pusat kegiatan ritual tradisi masyarakat.
"Ada 55 personel yang kami bagi untuk mengamankan lima titik pantai yang menggelar acara ritual, seperti sedekah laut, mulai hari ini," ujar Komandan SAR Pantai Baron, Gunungkidul, Marjono, kepada Tempo, Selasa, 12 Oktober 2015.
Pantai-pantai yang menjadi pusat peringatan prosesi Suro di Gunungkidul adalah Baron, Drini, Kukup, Sundak, dan yang terbarat, Pantai Ngrenehan. Diprediksi, 5.000-10 ribu wisatawan akan memadati kawasan pantai selatan hingga Rabu, 14 Oktober 2015.
Suro, yang jatuh saat masih kemarau, membuat kondisi pantai cukup bersahabat. Ketinggian gelombang pun terpantau landai, antara 1 sampai 1,5 meter. Sungai bawah tanah yang mengalir ke Pantai Baron, lokasi biasa untuk wisata bermain air, juga tak terlalu dalam seperti saat musim hujan.
"Tapi kami tetap melarang wisatawan melakukan ritual religi berbahaya, seperti bertapa malam di bawah tebing," tutur Marjono.
Larangan bertapa di bawah tebing-tebing pantai itu oleh tim SAR Gunungkidul dilakukan guna mengantisipasi terulangnya tragedi tebing rubuh, seperti yang terjadi di Pantai Sadranan, Kecamatan Tepus, Juni 2015. Saat itu sedikitnya empat wisatawan tewas tertimpa reruntuhan lantaran berteduh di bawah tebing yang airnya sedang surut.
"Tebing-tebing rawan sudah kami pasangi rambu larangan dan akan diawasi. Jadi, untuk kegiatan religi, silakan cari lokasi aman," kata Marjono.
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Pariwisata Gunungkidul Hari Sukmono berujar, pascamusibah tebing roboh lalu, semua faktor pendukung keamanan pantai dievaluasi pemerintah.
"Terutama menggiatkan pemasangan rambu larangan di titik-titik tebing rawan yang berpotensi bahaya," ucap Hari.
PRIBADI WICAKSONO