Menilik Wisata Kerajinan di Jalan Daendels

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Selasa, 26 Mei 2015 19:29 WIB

Sentra kerajinan kerang di Jalan Raya Panarukan, Situbondo. TEMPO/Ika Ningtyas

TEMPO.CO, Situbondo - Aneka jenis kerang tersusun menjuntai sepanjang dua meter. Berwarna putih berkilauan, yang dipadu dengan kerang jenis lainnya berwarna hitam. Jadilah tirai cantik yang siap menghiasi jendela atau pintu kamar rumah Anda.

Tirai hanya salah satu produk dari kerajinan kerang buatan UD Sentra Kerajinan Kerang di Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur. Di galeri yang merangkap jadi rumah si empunya itu, ribuan kerang laut telah menjelma menjadi berbagai produk hiasan rumah.

Lihat saja deretan cermin rias yang dipajang di etalase. Ada yang berbentuk persegi, ada pula yang lonjong. Aneka kerang berwarna-warni mempercantik pinggiran cermin rias seharga Rp 40 ribu itu. Atau tengok saja, kap lampu yang bergelantungan di bagian atas bangunan. Kerang berbentuk spiral menjuntai menawan. Bunyinya bergemericik tatkala diterpa angin.

Menurut pemilik UD Sentra Kerajinan Kerang, Jamilah Syaiful, ada ratusan item produk hiasan rumah yang telah ia buat dengan bahan baku kerang. “Produk paling kecil yaitu gantungan kunci,” kata perempuan berusia 39 tahun ini.

UD Sentra Kerajinan Kerang adalah tertua di Situbondo. UKM ini dirintis oleh orang tua Jamilah pada tahun 1976. Galerinya cukup mudah dicari dan dijangkau. Berada persis di ujung jalan bersejarah buatan Daendels, yang membentang dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 kilometer.

Jamilah bercerita, kerang yang sering dipakainya adalah jenis kapis. Karena jenis ini paling banyak tersedia di perairan Indonesia. Namun, ia menerima seluruh jenis kerang yang disetorkan oleh para pengepul dengan harga paling murah Rp 3 ribu per kilogramnya.

Bahan baku termahal adalah cangkang tiram mutiara, karena ketersediannya langka. Dia harus memesan khusus ke para pembudidaya mutiara di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Cangkang tiram diproduksi menjadi hiasan dinding seperti berbentuk ikan. Harga jualnya paling fantastis yakni hingga Rp 6 juta per item.

Jamilah bekerja sama dengan banyak pengepul kerang dari seluruh pesisir. Pengepul terjauhnya berada di Papua. Menurutnya, dia harus punya banyak jaringan pengepul karena kerang tergolong susah didapat. Tidak tiap minggu dia mendapat pasokan kerang. “Pernah pasokan kerang kosong berbulan-bulan,” kata perempuan berkerudung ini.

Untuk mensiasati kosongnya bahan baku, Jamilah tak pernah menolak pasokan kerang. Dia mengharapkan daerah-daerah seperti Papua sebagai pemasok utama. Sebab di Papua, kerang-kerang yang telah mati belum diolah. Berbeda dengan Jawa, kerajinan kerang kini mulai bertumbuhan dimana-mana.

Pasar utama kerajinan kerang milik Jamilah antara lain ke Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Setahun dua kali, dia juga mengirim ke Italia dan Prancis melalui salah satu agen. UD Sentra Kerajinan Kerang bisa memperoleh omzet hampir Rp 50 juta per bulan.

Moncernya usaha kerajinan kerang milik Jamilah ditiru oleh pengusaha lainnya. Beberapa bekas perajin Jamilah, kini mendirikan sendiri usaha kerajinan kerang. Jamilah mencatat sudah sekitar 20 usaha yang mengikuti langkah suksesnya. Terkenalnya kerajinan kerang tersebut, akhirnya mendongkrak nama Situbondo sebagai sentra kerajinan kerang terbaik di Indonesia.

IKA NINGTYAS

Berita terkait

Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.

Baca Selengkapnya

Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.

Baca Selengkapnya

Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.

Baca Selengkapnya

Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.

Baca Selengkapnya

Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.

Baca Selengkapnya

Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.

Baca Selengkapnya

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai

Baca Selengkapnya

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.

Baca Selengkapnya

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.

Baca Selengkapnya