TEMPO.CO, Bandung - Terkenal sebagai septic tank terpanjang di dunia, Sungai Citarum masih punya jalur berair bersih. Lokasinya di daerah Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Dari jalan raya Cianjur-Bandung yang bekas lintas jalan pos Daendels, salah satu aksesnya berada di sekitar kantor PT Indonesia Power di komplek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling.
Bersama sekitar 100 orang peserta geotrek terkait hari jadi Museum Geologi Bandung ke-86, Kamis, 21 Mei 2015, Tempo kembali menyambangi aliran Citarum yang masih bersih itu. Pertama kali ke sana beberapa tahun lalu saat musim hujan, airnya kecokelatan setelah ketumpahan erosi tanah.
Sedikitnya ada dua tempat untuk menikmati air Sungai Citarum yang masih bersih itu. Pertama sekeluar dari mulut Gua Sanghyang Poek atau susur sungai. Kemudian di lokasi yang bernama Batu Hiu, karena bentuk batunya seperti ikan laut tersebut. Tempatnya tak jauh dari Gua Sanghyang Poek.
Menurut seorang penggiat geotrek di Bandung, T. Bachtiar, wisata alam ke Citarum yang bersih itu masih tergolong minat khusus. Tempatnya termasuk keindahan yang tersembunyi, juga kemewahan jika membandingkan dengan Sungai Citarum yang lebih besar dan panjang namun telah tercemar berat limbah domestik hingga pabrik. Berada di pinggir sungai di bawah waduk itu misalnya, gas amoniak menguar menyengat hidung.
Di awal perjalanan, pengunjung akan melewati sepasang pipa air besar yang dipasang dari puncak lereng waduk Saguling. Perjalanan ke lokasi Sungai Citarum yang masih bersih itu dilakukan dengan cara melawan arus melewati jalan setapak di sisi sungai.
Jalan itu di sekitarnya semak belukar dengan tumbuhan seperti pohon pisang, dan lereng tepi sungai sedalam 3-5 meter. Walau jalannya mendatar, perlu kehati-hatian agar tidak tergelincir ke lereng. Tujuan pertama perjalanan yakni arah ke Gua Sanghyang Poek yang berjarak sekitar 100 meter.
Sampai di mulut gua yang cukup lebar namun pendek, lantainya berupa bebatuan yang basah. Alas kaki yang telah menginjak tanah jalan setapak menjadi licin. Perlu kehati-hatian tinggi melangkah di dalam gua ini agar tidak tergelincir.
Berita terkait
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung
26 September 2022
Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.
Baca SelengkapnyaHari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels
25 September 2022
Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.
Baca SelengkapnyaKelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels
12 Februari 2018
Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.
Baca SelengkapnyaSenja yang Sempurna di Jalur Daendels
28 Mei 2015
Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.
Baca SelengkapnyaKisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura
27 Mei 2015
Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.
Kisah Mayat di Alas Roban
27 Mei 2015
Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.
Baca SelengkapnyaProstitusi Pantura di Jalan Raya Pos
27 Mei 2015
Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.
Baca SelengkapnyaJembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia
27 Mei 2015
Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai
Baca SelengkapnyaMisteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels
27 Mei 2015
Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.
Baca SelengkapnyaDaendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya
27 Mei 2015
Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.
Baca Selengkapnya