TEMPO.CO, Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengajukan kujang lewat pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal itu dilakukan agar tak diklaim oleh negara lain. Ada tujuh jenis kujang yang akan dilindungi, yaitu kujang Ciung, Kuntul, Badak, Bangkong, Naga, Wayang, dan Jago.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Wiana Sundari, mengatakan kujang merupakan benda terpopuler di Jawa Barat berdasarkan pendataan dan pengkajian tim Dinas serta akademisi dari Universitas Padjadjaran. Selain untuk pelestarian nilai budaya Sunda, perlindungan HKI ini agar kujang tak diklaim milik pihak lain. "Kalau ke Malaysia, keris sudah diklaim punya mereka," kata Wiana kepada Tempo, Jumat, 30 Agustus 2013.
Proses pengajuan kujang pada September 2013 memakan waktu hingga setahun. Diawali dengan pengumpulan data melalui studi pustaka dan mengundang para pakar dari berbagai disiplin ilmu, antara lain antropologi, sejarah, filologi, arkeologi, hukum, juga budaya.
Tim Gugus HKI Jawa Barat, yang terdiri dari Ketua Buky Wikagoe, Miranda Risang Ayu, serta Indra Perwira, dan Yesmil Anwar, bersama Disparbud Jabar melakukan pendataan dan analisis data terkait potensi-potensi budaya di Jawa Barat. Hasil analisis tersebut memutuskan kujang berada pada posisi pertama untuk diusulkan sebagai HKI, di atas kendang Sunda dan topeng Jawa Barat.
Setelah cukup, tim pemberkasan mulai memindahkan data tersebut ke dalam dokumen pengusulan. Dalam dokumen ini, kujang yang akan diusulkan sebanyak tujuh varian, yaitu kujang Ciung, Kuntul, Badak, Bangkong, Naga, Wayang, dan Jago. "Itu jenis kujang yang tersebar di Jawa Barat, diketahui jelas sejarahnya dari naskah kuno," kata Wiana.
Sebelum resmi diajukan, rencananya tujuh ragam kujang tersebut akan diperkenalkan kepada masyarakat luas lewat pameran di Monumen Perjuangan Jawa Barat, Jalan Dipati Ukur Nomor 48 Bandung, pada 7 hingga 12 September 2013. "Keseluruhan bisa mencapai lebih dari 100 kujang yang dipamerkan," ujar Wiana.
Kujang itu koleksi Museum Sri Baduga Bandung, Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang, serta milik tujuh kolektor kujang, yaitu Rahmat Taufiq Hidayat, Aris Kurniawan, Tedi Permadi, Budi Setiawan, Gun Gun Gunardi, dan Wahyu Afandi Suradinata.
Bagi sebagian besar orang, kujang dipahami sebagai senjata sakti seperti halnya keris. Pada versi lain, kujang awalnya hanyalah perkakas, di antaranya untuk menyabit rumput. Simpang siur pengertian tentang benda pusaka itu dibenarkan salah seorang kolektor, Aris Kurniawan.
Menurut dia, belum ada bukti kuat bahwa kujang itu senjata atau perkakas. Ia lebih meyakini kujang sebagai tosan aji atau perlambangan dari nilai-nilai luhur adat Sunda. "Kujang benda elite yang erat hubungannya dengan kenegaraan zaman dulu," ujarnya saat dihubungi Tempo. Tiap bentuk dan varian kujang mengandung arti tertentu sebagai pesan nilai luhur.
ANWAR SISWADI
Berita terkait
Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku
15 jam lalu
Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman
Baca SelengkapnyaMenjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga
2 Maret 2024
Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.
Baca SelengkapnyaButet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan
15 Januari 2024
Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta
Baca SelengkapnyaTak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni
5 Desember 2023
Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.
Baca SelengkapnyaDebat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini
5 Desember 2023
Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu
22 Agustus 2023
Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.
Baca SelengkapnyaSejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat
4 Juli 2023
Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.
Baca SelengkapnyaWM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia
24 Februari 2023
Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.
Baca SelengkapnyaSeniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia
20 Januari 2023
Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.
Baca SelengkapnyaJadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami
17 November 2022
Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar
Baca Selengkapnya