TEMPO.CO, Situbondo-Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia dalam program konservasi dan perkawinan buatan (breeding) semi alami banteng Jawa (bos Javanicus). Penandatangan kerja sama dilakukan oleh Kepala Taman Nasional Baluran Emy Endah dan Direktur Taman Safari Jansen Manansang Rabu sore, 26 Juni 2013 di TN Baluran.
Kerja sama tersebut sebenarnya telah dimulai sejak Juli 2012 lalu. Taman Safari memberikan dua ekor banteng betina untuk dikawinkan dengan banteng jantan yang hidup di Taman Nasional Baluran.
Saat ini, Ussy, salah satu banteng betina, telah bunting lima bulan setelah dibuahi Dony, banteng jantan Baluran. "Umur persalinannya sama dengan manusia yakni sembilan bulan," kata Emy memperkirakan waktu kelahiran bayi banteng.
Emy menjelaskan perkawinan buatan tersebut untuk memulihkan populasi banteng yang menjadi maskot Baluran. Populasi banteng saat ini cukup memprihatinkan. Tahun 1970, jumlah banteng antara 150-200 ekor namun pada 2012 tercatat hanya tersisa 26 ekor.
Berkurangnya populasi banteng, disebabkan berbagai faktor. Yakni perburuan liar, menyempitnya habitat dan terdesak oleh sapi liar. Sempitnya habitat karena meluasnya tanaman akasia sehingga rumput yang menjadi makanan banteng tak dapat tumbuh.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Noviyanto Bambang, mengatakan, banteng menjadi salah satu spesies utama yang populasinya harus ditingkatkan hingga tiga persen sejak 2010-2014.
Program konservasi banteng di Taman Nasional Baluran ini akan jadi percontohan nasional karena belum dilakukan di tempat lain. "Apalagi banteng Baluran memiliki tingkat genetik tertinggi," kata dia.
