Sejumlah peserta kirab mengiringi jolen berisi kepala sapi untuk dilarung pada prosesi Sedekah Laut 2012 di Teluk Penyu Cilacap, Jateng, (7/12). ANTARA/Idhad Zakaria
TEMPO.CO,Yogyakarta - Ratusan masyarakat DIY yang tergabung dalam Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar kirab peringatan Yogyakarta Kota Republik pada Jumat sore, 4 Januari 2013. Dalam acara itu warga Yogyakarta mengenakan baju peranakan dan kostum prajurit Keraton. Mereka membakar dupa dan terus membaca kidung sembari berjalan beriringan dari gedung DPRD DI Yogyakarta menuju Istana Gedung Agung.
Acara itu digelar untuk mengenang Yogyakarta yang pernah menjadi Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1946-1950. "Kami gelar sendiri peringatan ini karena sampai sekarang belum ada pengakuan atas sejarah itu dalam bentuk kongkrit, baik di tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hanya tertuang dalam buku," kata Koordinator Aksi, Agung Moerharjanto.
Warga berharap meski peristiwa itu singkat, namun tanggal perpindahan ibukota NKRI itu penting diperlakukan berbeda. "Itu penggalan sejarah DIY. Banyak masyarakat pun belum tahu. Sebagai kota yang mengusung sejarah dan budaya, kami menilai tanggal 4 Januari perlu masuk dalam aturan khusus," kata dia.
Misalnya saja aturan khusus itu dengan menuangkan lewat Surat Keputusan (SK) Gubernur. "Sehingga bisa menjadi peringatan tersendiri di DIY, mulai dari pemerintah sampai masyarakat," ujar Agung.
Ia menambahkan, elemen masyarakat telah menggelar peringatan tersebut sejak 2010 sampai sekarang. Maka tahun ini diharapkan Agung, sudah ada SK atau bentuk pengakuan lain tertulis dari pemerintah.
Aksi longmarch awalnya akan diiikuti dengan upacara di dalam area Gedung Agung sebagai simbol pernah pindahnya ibukota NKRI. Tapi rencana itu batal karena mereka tak mendapat izin dari bagian rumah tangga dan protokoler Gedung Agung.