TEMPO.CO, Surakarta - Belasan anak memenuhi panggung di plaza Sriwedari, Surakarta, Sabtu, 19 Mei 2012 malam. Seorang anak tidur tengkurap dan dikelilingi anak-anak lainnya. Sembari bernyanyi, mereka memindah sebuah batu kecil dari satu tangan ke tangan yang lain. Saat lagu usai dinyanyikan, anak yang tidur tengkurap lantas mencoba menebak di tangan siapakah batu itu berada.
Adegan di atas sebagai penggambaran permainan tradisional cublak-cublak suweng, yang kerap dimainkan saat bulan purnama. Permainan tersebut sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak masa kini dan tergantikan dengan permainan modern macam video game.
Kali ini, dalam ajang Festival Dolanan Bocah, anak-anak dari Sanggar Semarak Candra Kirana kembali memainkannya. Sanggar tersebut hanya satu dari sembilan sanggar seni dan lima sekolah dasar yang terlibat dalam festival yang digelar pada 18-20 Mei tersebut.
Masing-masing kelompok menampilkan beragam permainan tradisional selama sekitar 20 menit. Ketua panitia festival, Mujiono, mengatakan, dari hasil inventarisasinya, setidaknya ada 15 jenis permainan tradisional. “Misalnya jamuran, cublak-cublak suweng, luru-luru mundu, dan jelungan,” katanya.
Dia mengatakan festival di atas sebagai upaya untuk melestarikan beragam permainan tradisional yang pernah populer di masa lalu. Pihaknya juga terus melakukan inventarisasi dan berencana membuatnya dalam bentuk buku sehingga permainan tradisional anak-anak tidak punah.
Panggung pentas sendiri dibikin layaknya halaman rumah pada masa lalu. Terdapat saung dari kayu, tempat duduk-duduk santai para orang tua menonton anak-anaknya bermain. Lantas ada mainan kincir angin kayu setinggi tiga meter dan dua boneka dari jerami di sudut panggung.
Selain Sanggar Semarak Candra Kirana, giliran berikutnya yang tampil adalah Sanggar Arena Langen Budaya dan Sasono Puspa Budaya. Tema yang ditampilkan hampir seragam. Yaitu saat bulan tampak bulat utuh atau padang bulan dan anak-anak bermain di halaman. Setelah bosan bermain cublak-cublak suweng, jamuran, atau jelungan, lantas mereka bernyanyi dan menari bersama.
Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta, Widdi Srihanto, mengatakan, dalam dolanan anak, tersimpan karakter positif dan sportivitas. “Dolanan anak punya budi pekerti luhur,” tutur dia.
Dengan dikemas dalam bentuk tari dan musik, maka dolanan tidak sekadar permainan. Tapi sudah memasukkan unsur seni dan budaya, sehingga anak-anak lebih tertarik.
Dia berharap ajang Festival Dolanan Bocah dapat kembali mengenalkan permainan tradisional anak-anak di masa lalu. Kemudian kembali digemari seperti dulu. “Agar anak-anak tidak hanya bermain permainan modern,” ujarnya. Apalagi permainan tradisional sudah menjadi aset budaya yang disayangkan jika sampai punah.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita terkait
Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang
15 hari lalu
Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.
Baca SelengkapnyaWali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang
19 hari lalu
Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.
Baca Selengkapnya3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura
4 Maret 2024
Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.
Baca SelengkapnyaFestival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya
21 Desember 2023
Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.
Baca SelengkapnyaBupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang
28 November 2023
Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa
Baca SelengkapnyaKaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung
21 November 2023
Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda
Baca SelengkapnyaEuforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom
6 November 2023
Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.
Baca SelengkapnyaInilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop
17 Oktober 2023
Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.
Baca SelengkapnyaMelihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk
24 September 2023
Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.
Baca SelengkapnyaPerayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta
27 Agustus 2023
Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.
Baca Selengkapnya