TEMPO.CO, Tokyo - Sebuah universitas di Jepang berencana membangun pusat penelitian mengenai ninja yang diklaim sebagai yang pertama di dunia.
Meski kebanyakan hanya bisa diketahui lewat buku-buku sejarah dan fiksi, pamor ninja bangkit lagi setelah otoritas Jepang menggunakan ninja untuk mempromosikan pariwisata menjelang Olimpiade 2020 di Tokyo.
"Misalnya, ninja membakar dupa Jepang sebelum keluar rumah untuk menghindari hal-hal buruk. Kami berasumsi dupa bisa meningkatkan konsentrasi sehingga ninja bisa terhindar dari cedera," kata Yamada. Dia yakin riset mengenai wewangian itu bisa bermanfaat untuk dunia masa kini.
Yamada juga mengatakan pusat studi itu akan menerbitkan hasil riset dalam bahasa Inggris dan Jepang agar bisa lebih mudah diakses ilmuwan dan para penggemar dari luar negeri.
Di tengah melejitnya popularitas ninja, Prefektur Aichi tahun lalu mulai mempekerjakan ninja, termasuk orang asing, untuk mempromosikan pariwisata di area yang dikenal dengan kastil bersejarah Nagoya
Pada 2015, para gubernur dan wali kota dari prefektur di seluruh Jepang mengganti pakaian mereka dengan kostum ninja untuk mengumumkan peluncuran "dewan ninja".