TEMPO.CO, Bandung--Puncak penutupan perayaan Imlek atau biasa dikenal dengan Cap Gomeh yang digelar di kawasan Cibadak, Bandung, Sabtu, 2 Maret 2013 berlangsung secara meriah.
Sekitar ratusan orang tumpah ruah disekitar jalan Cibadak, jalan Sudirman, jalan Kelenteng, jalan Kebonjati, jalan Gardujati, dan jalan Otista. Lokasi tersebut merupakan bagian dari rute arak-arakan karnaval Cap Gomeh.
Kirab Budaya Cap Gomeh 2013 yang digelar oleh Vihara Dharma Ramsi Bandung ini menyajikan ratusan barongsi, 15 liong, arak-arakan Burung Phoenix, Badawang, kesenian Tionghoa serta kesenian tradisi lokal lainnya.
Sepanjang arak-arakan, suasana di jalan ramai dengan bunyi genderang dan kecrekan serta nuansa warna merah dan emas. Ditengah -tengah rombongan aksi kesenian Tinghoa, ada juga kesenian tradisi Sunda seperti tokoh wayang Cepot, aksi Enggrang, Ondel-ondel, mobil hias dan delman.
Para peserta yang beraksi dalam gelaran tersebut merupakan rombongan kesenian dari berbagai macam daerah. Ada dari sukabumi, Bogor, Tangerang, Karawang, Jawa Timur, Jawa Tengah hingga Manado.
Wakil Ketua Penyelenggara Kira Budaya, Andreas Sutanto, mengatakan perayaan kirab budaya Cap Gomeh bukan hanya milik keturunan Tionghoa saja. Namun, merupakan kebudayaan bersama dimana ada akulturasi budaya di dalamnya. "Kami melibatkan warga lokal untuk partisipasi," kata Andreas.
Aksi barongsai, liong dan arak-arakan lainnya mulai sekitar pukul 15.30 WIB, rencananya kegiatan tersebut berlangsung hingga pukul 22.00 WIB. Selain pawai karnaval, kirab budaya cap gomeh juga menyajikan deretan stand makanan di sepanjang jalan Cibadak Bandung serta penjual aksesoris bertemakan nuansa Imlek, seperti boneka naga, lampion, baju cina dan lain-lain.
Sakim Fauzi,50 tahun, penonton asal Bandung mengaku sengaja datang ke kawasan Cibadak untuk melihat atraksi barongsai dan liong yang melompat-lompat. "Saya mengajak istri dan anak untuk melihat budaya Tionghoa seperti barongsai, ternyata ramai sekali," kata dia pada Tempo. Selamat IMLEK.
RISANTI