TEMPO.CO, Mojokerto - Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menyimpan kekayaan alam berpotensi wisata yang berada di kawasan hutan dan pegunungan yang mengelilingi Bumi Majapahit tersebut. Salah satunya tempat yang disebut sebagai wisata Akar Seribu.
Akar Seribu merupakan sebutan akar tunjang dari pohon koang atau masyarakat setempat menyebutnya pohon talirogo. Akarnya yang tunjang bercabang-cabang banyak membuat masyarakat menyebutnya sebagai akar seribu. Tinggi pohon yang diduga berusia ratusan tahun itu diperkirakan mencapai lebih dari 20 meter dengan diameter cabang-cabang akar lebih dari 7 meter.
Baca: Situbondo Kembangkan Kampung Blekok sebagai Tujuan Wisata
Pohon keramat yang berada di kawasan wisata Tunjung Biru di kaki pegunungan Anjasmara, Desa Begaganlimo, Kecamatan Gondang, Mojokerto, itu kini semakin populer dan jadi tujuan wisata alternatif. Selain dari telinga ke telinga, warga mendengarnya dari informasi di media sosial.
“Saya tahunya dari foto di Instagram,” kata salah satu wisatwan, Eva Putri, Kamis, 6 April 2017.
Menurut dia, meski jaraknya cukup jauh dari kota Mojokerto namun perjalanan yang melelahkan terbayar dengan kesejukan hutan Anjasmara dan keunikan pohon koang berakar seribu. “Lumayan bisa melepas penat karena kesibukan di kota,” ucapnya.
Baca: Seperti Jogja, Titik Nol Surabaya Dijadikan Obyek Wisata
Selain menikmati keunikan pohon berakar seribu, pengunjung juga bisa menikmati segarnya air sungai Sooko Bagal yang mengalir dari pegunungan hingga melewati sungai di tepi pohon akar seribu. Para pengunjung pun bergantian melakukan foto selfie atau swafoto. Setelah puas berfoto dengan latar pohon akar seribu, wisatawan mandi dan berendam di sungai yang dangkal namun airnya sangat jernih.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Ki Ageng Satuwi, mengatakan pohon koang atau pohon talirogo yang berakar banyak itu menyimpan sejarah yang dipercaya masyarakat setempat. “Pohon ini dipercaya sebagai tempat menghilangnya Ronggolawe saat menghadapi serbuan pasukan Kerajaan Majapahit yang dipimpin Kebo Anabrang,” tutur dia.
Ronggolawe semula ksatria dan pengikut raja pertama Majapahit, Raden Wijaya. Namun memilih pulang ke Tuban meninggalkan Majapahit karena kecewa dengan penunjukan Nambi sebagai salah satu patih di Majapahit. Pasukan Ronggolawe terdesak dan lari sampai ke pegunungan Anjasmara dan bersembunyi di balik akar pohon tersebut. Masyarakat percaya Ronggolawe dan pasukannya menghilang berkat pusaka keris Megalamat sehingga selamat dari kejaran pasukan Majapahit.
Baca: Patung Buddha Tidur Trowulan, 1.000 Turis Tiap Akhir Pekan
Terlepas dari kebenaran kepercayaan masyarakat, keunikan dan megahnya pohon koang atau talirogo dengan akar tunjang yang sangat banyak itu bisa jadi wisata alternatif. Karena semakin banyak orang yang berkunjung, masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat membuat jalan setapak dan jembatan dari bambu untuk menuju lokasi yang masuk ke areal hutan.
Masyarakat tak menarik imbalan ke wisatawan yang berkunjung namun wisatawan cukup memberi uang imbalan parkir kendaraan secara sukarela di tempat penitipan kendaraan yang berjarak sekitar 700 meter sebelum lokasi pohon akar seribu. “Di tempat ini pengunjung dilarang merusak atau mencoret pohon maupun akarnya atau membuang sampah sembarangan,” kata Satuwi.
ISHOMUDDIN
Baca: Bus Wisata Keliling Surabaya Hanya Rp 7.500, Mau Coba?