TEMPO.CO, Jakarta - Tiba di Athena, Yunani, setelah tertahan di Antalya dan Istanbul selama dua hari, kami langsung menempuh perjalanan darat delapan jam menuju Kavala, Filippi. Dari daerah di tepi pantai itu, kami mengawali empat pementasan di Negeri Sophocles ini dalam rentang waktu enam hari.
Baca Juga:
Kami tetap menikmati petualangan tur panjang ini, tapi rentetan kejadian di Istanbul dan Prancis itu menyebabkan pemeriksaan paspor lebih ketat. Dan itu sempat menekan kami.
Jadi, Gmund menjadi tempat paling ideal untuk mengambil napas. Tempat untuk menarik jarak sejenak dari jadwal yang terasa terus bergegas sejak tiba di Athena. Kami seperti menghela napas panjang-panjang di toko peralatan mendaki gunung yang lengang, hotel kuno, ruang pameran, dan rumah-rumah di pegunungan yang seperti terus dilindungi awan, terutama bila menjelang senja.
Empat tahun lalu menjelang hari pentas, kami berkesempatan mengunjungi daerah konservasi alam Blockheide-Gmund Nature Park. Dari Gmund, kami menaiki sejumlah mobil untuk menyusuri daerah konservasi ini sampai mencapai sebuah puncak dari pegunungan es. Sebuah bendungan didirikan di sana, juga restoran-kafe serta museum.
Kehidupan di dunia yang seperti berhenti sejenak di Gmund juga karena keramahan warganya seperti Elisabeth dan Margarete Miklautz, pemilik Galeri August (Kunst & Antiquitaten). Sebagian sejarah Eropa membeku di galeri milik Margarete. “Ayo silakan masuk. Saya senang bisa bersama kalian,” kata Margarete, perempuan berusia 60 tahunan yang terawat kecantikannya ini. “Saya mendirikan galeri ini bukan untuk mencari uang, tapi untuk berbagi keindahan,” kata wanita yang baru saja kehilangan suaminya karena kanker itu.
Lemari gaya Barock, sebaran bulu-bulu domba yang hanya bisa dilihat dengan kaca pembesar di kanvas lukisan yang purba, buku Injil, kitab suci agama Kristen, yang berusia ratusan tahun, dan berbagai barang antik peninggalan abad pertengahan memenuhi galerinya. Ini dulunya rumah dua lantai milik Margerete yang kemudian diubah menjadi galeri di salah satu lorong Kota Gmund.
Orang-orang seperti Elisabeth, Margerete, wakil wali kota yang menghadiri pertemuan dengan kami dan duta besar Rachmat Budiman, dan sejumlah anggota dewan kota, adalah yang menghidupkan Kota Gmund ini dengan seni. Mereka mengundang sejumlah seniman terkemuka dunia untuk menetap dan melakukan proses berkeseniannya di seputar kota, termasuk di tepi sungai di dekat Museum Porsche. Pacul, kapak, rantai motor, dan berbagai bekas peralatan dari besi lainnya disatukan sehingga berwujud sejumlah instalasi yang menghiasi pinggiran sungai.
Bagi saya, Gmund seperti puisi. Rangkuman berbagai suasana terus mendekam di benak saat kami naik kereta QBB dari Spital, kemudian ganti gerbong di Villach setelah setengah jam perjalanan, dan tiba di Wiener Neustadt empat jam kemudian.
HARI PRASETYO