Isu-isu tak sedap pun muncul, gosip memakai dukun dan penglaris menjadi pembicaraan umum di kalangan masyarakat Bangkalan. Apalagi, komposisi hidangan dalam seporsi nasi bebek sinjay tidak terlalu istimewa, bahkan kurang lebih sama dengan hidangan bebek di warung lain, yaitu nasi, sepotong bebek goreng kremes, daun kemangi, dan sambal mangga. "Saya juga dengar isu itu, tapi itu tidak benar," kata Zainal.
Menurut lelaki berbadan gempal ini, kunci suksesnya adalah menjaga kualitas hidangan, seperti tidak menggunakan bebek berbobot di atas 1,4 kilogram. "Harga bebek di bawah dua kilo juga murah," katanya.
Ketika ditanya resep, Zainal enggan membeberkan. Bahkan saking takutnya resep bebek sinjay bocor, Zainal tidak memperkerjakan orang luar. Sebanyak 25 pegawai seluruhnya masih punya ikatan keluarga. "Dulu pernah pekerjakan orang luar, maunya masuk dapur terus," katanya.
Dibuka mulai 2001, awalnya warung bebek sinjay hanya sebuah warung kecil pinggir jalan. Menu bebek merupakan hidangan sejak awal warung berdiri karena Zainal dulunya beternak bebek. "Sebagai petani banyakan nganggur, jadi saat tidak menanam, iseng buka warung," kata Zainal.
Niat iseng berubah serius. Ramainya pembeli membuat Zainal dan keluaga besar memperluas warung dua tahun kemudian. Rupanya, warung yang baru tidak cukup menampung pembeli. Pada 2008 diperluas lagi hingga menelan lahan setengah hektare, lengkap dengan lokasi parkir yang luas. "Kalau weekend masih tidak cukup juga," kata Zainal.
Nama “Sinjay” sendiri awalnya merupakan nama bengkel yang dikelola keluarga Zainal. Tahun 1998, nama “Sinjay” populer di dunia radio masyarakat. Saat itu, Zainal memakai nama samaran “Sinjay”. "Setelah warung ramai, saya kasih nama ‘Sinjay’, nama ini memang bawa hoki," kata Zainal.
MUSTHOFA BISRI