TEMPO.CO, Malang - Memperingati Hari Tari Sedunia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerja sama dengan Program Pendidikan Seni dan Musik Universitas Malang menggelar Festival 1.000 topeng, Senin, 29 April 2013. Sebanyak 1.184 penari dari 44 sanggar dan kelompok tari di Malang menari bersama.
Masing-masing dari mereka membawa sebuah topeng khas Malangan, diiringi musik perkusi yang dimainkan selaras dengan gerak tari. Mereka tampak serempak dan gemulai menarikan tari topeng Malangan sesuai dengan karakter masing-masing topeng.
Baca Juga:
"Kalau mengenakan topeng buto atau raksasa, gerak tari garang dan gagah," kata penari asal SMA Negeri 10 Kota Malang, Nikky Damaysari. Ia bersama kelompok tari yang beranggotakan 25 orang mengenakan pakaian tari lengkap dengan mahkota dan selendang.
Nikky mengaku hanya berlatih selama empat hari. Setiap hari latihan selama 3 jam. Meski latihan singkat, mereka tampak menghayati dan kompak dalam menari topeng Malangan. Maklum, mereka selama ini menekuni ekstrakurikuler tari tradisional di sekolah. Kompak mereka menari di depan juri selama dua menit. Juri selanjutnya akan memilih enam penyaji terbaik.
Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ida Ayu Wahyuni menjelaskan, Festival Topeng diselenggarakan rutin setiap tahun. Peserta tahun ini lebih banyak dibandingkan pada 2012 dengan sebanyak 700 peserta. Usai menari di depan juri, mereka mengikuti pawai sepanjang 2 kilometer, berakhir di kantor perpustakaan Kota Malang.
Juri berasal dari Universitas Negeri Malang, Dinas Pariwisata Kota Malang, dan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Para penari dinilai dari gerak tari disesuaikan dengan karakter topeng serta kekompakan saat menari kolosal bersama di depan panggung.
Menurutnya, peserta tari topeng membeludak tahun ini. Bahkan, jika tak dibatasi, pesertanya bisa mencapai 2.000 lebih. Mereka berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum. Peserta tari topeng banyak, katanya, karena hampir semua sekolah di Malang mengajarkan tari tradisional, terutama tari topeng Malangan.
Wakil Rektor Universitas Negeri Malang, I Wayan Dasna, menjelaskan Festival Topeng, selain untuk melestarikan seni budaya tradisional, diharapkan menarik minat wisatawan. Sehingga menjadi andalan utama kunjungan ke Malang. "Malang kaya dengan seni tradisional," katanya.
EKO WIDIANTO
Topik terhangat:
Gaya Sosialita | Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional
Baca juga
Inilah Dinasti Politik Partai Demokrat
Susno Duadji Buron
Jika Susno Ditetapkan Buron, Kedaluwarsa 18 Tahun
Casillas ke Arsenal Jika Mourinho Masih di Madrid
Kejagung Buru Buronan Susno Duadji