TEMPO.CO, Jakarta - Traveling bukan hanya bikin hati senang, tetapi juga memiliki dampak positif dalam jangka panjang. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa traveling bisa memperlambat proses penuaan atau bikin awet muda.
Temuan ini diungkapkan oleh Fangli Hu, penulis utama studi tersebut dan kandidat PhD di Edith Cowan University, Australia. Fangli Hu mempublikasikan penelitian ini di Journal of Travel Research pada Agustus 2024. Dia dan tim menemukan bahwa traveling dapat menurunkan tingkat stres, meningkatkan metabolisme, serta mendukung regenerasi sel tubuh.
“Pariwisata bukan hanya tentang rekreasi dan waktu luang, tetapi juga memiliki peran penting dalam kesehatan individu dan kesehatan masyarakat,” kata Hu, seperti dilansir dari Women's Health.
Penelitian ini menyebutkan bahwa perubahan rutinitas yang biasanya dijalani sehari-hari dengan menghadirkan pengalaman baru, baik melalui koneksi sosial, tidur yang lebih baik, maupun eksplorasi budaya, dapat memberikan manfaat bagi tubuh.
“Kami ingin melihat bagaimana perjalanan dapat membuat perbedaan nyata dalam kehidupan orang-orang, terutama dalam hal kesehatan dan penuaan,” kata Hu.
Traveling dan Kesehatan Otak
Sementara itu, ahli geropsikologi dan neuropsikologi di Program Kesehatan Otak dan Gaya Hidup Pacific Neuroscience Institute, Shannel Kassis Elhelou, menambahkan bahwa teori tersebut sangat menarik.
“Hal ini sejalan dengan pilar kesehatan otak yang meliputi tidur, nutrisi, manajemen stres, olahraga, sosialisasi, dan stimulasi kognitif,” kata Elhelou.
Menurutnya, traveling secara alami memadukan banyak elemen penting tersebut mulai dari aktivitas fisik hingga keterlibatan kognitif dengan pengalaman baru dan interaksi sosial selama menjelajahi budaya baru.
Hu juga menambahkan bahwa perjalanan dapat membantu mempromosikan gaya hidup sehat, seperti kegiatan yang mendorong banyak aktivitas fisik dan hubungan sosial. Selain itu, ia mengatakan, mencoba makanan lokal yang segar juga dapat membantu pola makan yang sehat.