TEMPO.CO, Jakarta - Bahrain, negara pulau di Teluk Persia, memiliki sejarah yang panjang. Salah satu peninggalan sejarah itu tersimpan di Qal'at al-Bahrain atau Benteng Bahrain. Jika berencana menonton pertandingan kualifikasi putaran ketiga Piala Dunia antara Bahrain Vs Indonesia di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, Kamis, 10 Oktober 2024, sempatkanlah untuk menjelajahi benteng ini.
Terletak sekitar 5,5 kilometer dari Manama, ibu kota Bahrain, Qal'at al-Bahrain merupakan situs arkeologi yang memiliki sejarah panjang. Ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2007, tempat ini menawarkan wawasan mendalam tentang peradaban kuno Dilmun yang pernah berjaya di kawasan ini.
Dilmun atau Telmun, adalah nama sebuah negeri kuno yang dihuni oleh masyarakat penutur bahasa Semit. Kawasan ini meliputi Bahrain, Kuwait, Qatar, dan kawasan pesisir timur Arab Saudi.
Fort Bahrain bukan hanya sebuah benteng, tetapi juga sebuah kota kuno yang pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Dilmun, salah satu peradaban paling penting di Timur Tengah pada zamannya. Dilmun dikenal sebagai penghubung perdagangan antara Lembah Indus, Mesopotamia, serta wilayah-wilayah lain di sekitar Teluk Persia. Selama berabad-abad, peran Benteng Bahrain sebagai pusat perdagangan tidak tergantikan, dan situs ini telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah perdagangan maritim global.
Muncul Sejak ke-3 Sebelum Masehi
Nama negeri Dilmun berulang kali muncul dalam catatan-catatan sejarah yang berasal dari peradaban Mesopotamia semenjak milenium ke-3 sebelum Masehi (SM). Dilmun dianggap sebagai salah satu peradaban tertua di kawasan Timur Tengah.
Qal'at al-Bahrain adalah contoh dari kesinambungan hunian manusia selama hampir 4.500 tahun, mulai dari sekitar 2300 SM hingga abad ke-16 M.
Benteng ini berdiri di atas gundukan tanah buatan seluas lebih dari 16 hektare yang terbentuk akibat lapisan hunian manusia dari berbagai era. Gundukan tanah tersebut menjadi bukti pentingnya Bahrain sebagai pusat perdagangan maritim kuno. Di puncak gundukan ini, terdapat benteng Portugis dari abad ke-16 yang menjadi asal nama benteng ini. "Qal'at" dalam bahasa Arab berarti benteng.