TEMPO.CO, Jakarta - Empat mayat dievakuasi di Gunung Fuji Jepang beberapa hari sebelum musim pendakian dimulai. Keempatnya diduga melakukan pendakian secara terpisah, namun tanpa
Di antara mereka adalah seorang pemanjat tebing profesional, Keita Kurakami, duta dari ritel pakaian Patagonia. Dia kehilangan kesadaran saat mendaki gunung tertinggi di Jepang dan dinyatakan meninggal di rumah sakit, kata polisi setempat yang dikutip lembaga penyiaran publik NHK.
Ketiga jenazah tersebut ditemukan sekitar tiga perempat dari pendakian gunung setinggi 12.400 kaki tersebut, semuanya berada di dekat kawahnya namun di lokasi yang berbeda. Tidak jelas kapan mayat itu ditemukan. Ketiganya diperkirakan merupakan pendaki yang melakukan pendakian secara terpisah, kata penyiar tersebut.
Polisi di Prefektur Shizuoka, tempat dimulainya jalur menuju puncak, mulai mencari setelah seorang wanita di Tokyo melaporkan pada hari Ahad bahwa dia kehilangan kontak dengan suaminya yang berusia 53 tahun. Dia mulai mendaki Gunung Fuji pada Jumat malam dan pada hari Sabtu, mengirimi keluarganya foto yang diambil di dekat puncak tetapi kemudian hilang kontak, kata NHK. Pria itu diidentifikasi sebagai salah satu korban tewas, kata Eriko Takahashi, juru bicara departemen kepolisian Shizuoka, dalam sebuah wawancara pada Kamis, 27Juni 2024.
Polisi masih mengidentifikasi dua jenazah lainnya tetapi menduga mereka adalah seorang pria berusia 30-an yang dilaporkan hilang pada Desember dan seorang pria berusia 50-an yang dilaporkan hilang pada Januari, kata Takahashi.
Pendakian Berisiko
Gunung Fuji semakin padat oleh pendaki dalam beberapa tahun terakhir. Selain padat, banyak pendaki yang melakukan praktik pendakian berbahaya sebelum waktunya
Gunung Fuji bisa didaki lewat empat jalur. Pendakian di Prefektur Yamanashi dibuka pada tanggal 1 Juli, dan tiga di Prefektur Shizuoka yang berdekatan dibuka pada tanggal 10 Juli, menurut situs resmi pendakian gunung tersebut.
Di luar musim pendakian musim panas, Gunung Fuji mengalami embusan angin kencang dan badai salju. Ini meningkatkan risiko pendaki terjatuh karena angin atau terpeleset di atas es. Toilet dan pondok gunung tempat pendaki dapat beristirahat ditutup pada musim sepi. Padahal, mendaki tanpa istirahat di malam hari dapat mengakibatkan penyakit ketinggian dan hipotermia.
Pada musim pendakian Gunung Fuji kali ini, Prefektur Yamanashi untuk pertama kalinya membatasi jumlah pendaki harian hanya 4.000 orang dan mewajibkan pendaki membayar biaya 2.000 yen atau setara dengan Rp204 ribu.
NEW YORK TIMES | VN EXPRESS
Pilihan Editor: Halangi Pemandangan ke Gunung Fuji, Apartemen 10 Lantai Jepang Dihancurkan