Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ziarah Kubur dan Tradisi Tanaman Selasih di Bulan Syawal

image-gnews
Ade, penjual tanman selasih di kawasan TPU Jabang Bayi, Kota Cirebon. Tanaman sellsih dipercya masyarakt Cirebon dan sekitarny menjadi bunga yang wajib dibawa pada ziarah kubur di bulan Syawal sehingga bermunculan penjual dadakan yang menjual tanaman selasih. Ivansyah
Ade, penjual tanman selasih di kawasan TPU Jabang Bayi, Kota Cirebon. Tanaman sellsih dipercya masyarakt Cirebon dan sekitarny menjadi bunga yang wajib dibawa pada ziarah kubur di bulan Syawal sehingga bermunculan penjual dadakan yang menjual tanaman selasih. Ivansyah
Iklan

TEMPO.CO, Cirebon - Duduk menggunakan bangku, di depan Ade, warga Kesambi , Kota Cirebon terlihat empat keranjang besar berisi tanaman selasih. Tanaman perdu yang mirip kemangi tersebut sudah diikat kecil-kecil yang kemudian dijual oleh Ade sebesar Rp 5 ribu per ikat. “Tradisi orang sini, kalau ziarah kubur di bulan Syawal pasti pakai tanaman selasih ini,” tutur Ade. 

Ade merupakan salah satu penjual bunga dadakan di kawasan TPU Jabang Bayi, Kota Cirebon, yang mengaku sudah berjualan sejak usianya 12 tahun. “Sudah 28 tahun saya jualan ini. Awalnya ikut ibu saya. Ibu saya juga ikut orang tuanya. Turun-temurun, saya ini turunan ke delapan yang jualan ini. Yang dijual ya ini, tanaman selasih untuk ziarah kubur di bulan Syawal,” tutur Ade. 

Sekali pun tidak menyebutkan angka pasti yang didapat, Ade mengaku mendapatkan keuntungan yang lumayan dengan berjualan selasih di areal TPU Jabang Bayi ini. “Di hari lebaran laku 250 ikat. Di hari kedua laku 200 ikat,” tutur Ade. Ade pun mengaku akan berjualan tanaman selasih ini hingga bulan Syawal berakhir. Sedangkan untuk tanaman selasih dikirim dari daerah Kabupaten Majalengka. 

Ade, penjual tanman selasih di kawasan TPU Jabang Bayi, Kota Cirebon. Tanaman sellsih dipercya masyarakt Cirebon dan sekitarny menjadi bunga yang wajib dibawa pada ziarah kubur di bulan Syawal sehingga bermunculan penjual dadakan yang menjual tanaman selasih. Ivansyah

Tradisi ziara kubur di Cirebon

Pegiat budaya dan pendiri komunitas Kendi Pertula Cirebon, Raden Chaidir Susilaningrat menjelaskan tradisi ziarah kubur usai salat Idul Fitri dan bersilaturahmi memang lekat di masyarakat Indonesia. Ziarah kubur tidak dilarang namun bacaannya mencerminkan ketauhidan, mengakui keesaan Allah Swt.

Tradisi ziarah kubur saat bulan Syawal di Cirebon dan di wilayah yang dipengaruhi oleh ajaran Sunan Gunung Jati, dengan membawa tanaman selasih. “Konon ini tradisi dari zaman para wali yang menyebarkan Islam melalui akulturasi budaya,” tutur Chaidir.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selasih, lanjut Chaidir, berasal dari kata Salasa yang berarti tiga perkara. Ini erat kaitannya dengan seseorang yang telah meninggal akan terputus amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diamalkan dan anak yang saleh. Selasih juga erat kaitannya adengan ilmu, amal dan iman yang selalu diajarkan di pesantren-pesantren. “Juga melambangkan tiga perkara penting dalam ajaran Islam yaitu Islam, Iman dan Ihsan," katanya.

Uniknya, tanaman selasih ini memang hanya dipakai pada ziarah kubur di bulan Syawal. Sedangkan di hari-hari biasa, ziarah kubur biasanya menggunakan bunga tujuh rupa. “Sebenarnya bunga atau kembang itu simbol. Yaitu simbol kebaikan dan wangi,” tutur Chaidir. 

Semua, lanjut Chaidir, merupakan kecerdasan para wali yang mengemas penyebaran agama Islam dengan sangat baik sehingga masyarakat pun tertarik dengan Islam. Sesungguhnya ziarah kubur mengingatkan seseorang akan kematian sekaligus mengenang dan mengambil nilai-nilai kebaikan dari seseorang yang telah tiada. 

Pilihan editorLibur Lebaran Pengunjung Destinasi Wisata di Kuningan dan Cirebon Meningkat

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kampung Wisata Kacirebonan akan Dilengkapi Becak Wisata

2 hari lalu

Deretan becak yang mangkal di Keraton Kacirebonan, Cirebon. Becak-becak ini akan dilibatkan menjadi becak wisata dalam rangka pengembangan kampung wisata Kacirebonan. TEMPO/Ivansyah
Kampung Wisata Kacirebonan akan Dilengkapi Becak Wisata

Pengembangan kampung wisata Kacirebonan melibatkan tukang becak yang mangkal di sekitar keraton


Jumlah Penumpang Kereta Api Lebaran Wilayah Cirebon Naik 17 Persen

8 hari lalu

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (paling kiri) meninjau Stasiun Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (9 Maret 2024). (ANTARA/Fathnur Rohman)
Jumlah Penumpang Kereta Api Lebaran Wilayah Cirebon Naik 17 Persen

Rata-rata harian jumlah penumpang kereta api Daop 3 Cirebon mencapai lima ribu orang.


Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

8 hari lalu

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

PT PLN (Persero) mengklaim sukses menyediakan pasokan listrik andal selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445.


Cara SANTAI Jaga Kesehatan setelah Lebaran Menurut Dokter

9 hari lalu

ilustrasi olahraga treadmill (pixabay.com)
Cara SANTAI Jaga Kesehatan setelah Lebaran Menurut Dokter

Dokter penyakit dalam menyebut masyarakat perlu memelihara kesehatan usai Lebaran melalui cara paling mudah, yaitu SANTAI. Cek maksudnya.


Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

9 hari lalu

Wisata Bahari Kejawanan Cirebon (Instagram/@wbkejawanan)
Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

Selama 11-15 April di libur Lebaran, ada lebih dari 50 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon.


Tradisi Unik Lebaran Ketupat di 5 Daerah, Salah Satunya Madura Rayakan Tellasan Topak

10 hari lalu

Puluhan Gunungan Ketupat didoakan sebelum diperebutkan dalam Lebaran Ketupat di Bukit Sidoguro kawasan Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten, 13 Juli 2016. TEMPO/Bram Selo Agung
Tradisi Unik Lebaran Ketupat di 5 Daerah, Salah Satunya Madura Rayakan Tellasan Topak

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda untuk merayakan lebaran ketupat yang biasanya pada 7 atau 8 syawal.


Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

11 hari lalu

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri.
Obral Remisi Idul Fitri untuk Narapidana Korupsi

Ratusan narapidana korupsi mendapat remisi Idul Fitri termasuk Setya Novanto dan Djoko Susilo.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

11 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Pasca Lebaran 2024 Tak Ada Salahnya Cek Kesehatan

12 hari lalu

Ilustrasi cek kesehatan (Pixabay,com)
Pasca Lebaran 2024 Tak Ada Salahnya Cek Kesehatan

Kenaikan berat badan seringkali diikuti dengan kenaikan kolesterol karena pola konsumsi yang berlebihan saat berlibur panjang dan menu Lebaran 2024.


Ketua PBNU Berharap Polemik tentang Gelar Habib Dihentikan

12 hari lalu

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (kanan) didampingi Ketua PBNU Amin Said Husni (kiri)memberikan keterangan pers peluncuran Mars Satu Abad NU di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Jumat 6 Januari 2023. PBNU secara resmi meluncurkan Mars Satu Abad NU yang berjudul Merawat Jagat Membangun Peradaban dengan lirik diciptakan oleh Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan aransemen musik oleh Tohpati. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Ketua PBNU Berharap Polemik tentang Gelar Habib Dihentikan

Ketua PBNU Kiai Haji Ahmad Fahrur Rozi meminta polemik soal gelar habib dihentikan. Sudah mengarah jadi politisasi SARA.