TEMPO.CO, Jakarta - Wilayah utara India mengalami polusi udara tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Lapisan kabut tebal menyelimuti Agra dan Taj Mahal pada hari Senin. Monumen dari abad ke-17, yang menarik jutaan wisatawan dari seluruh dunia, hampir tidak terlihat dengan mata telanjang.
Wisatawan yang datang akhir pekan lalu pun merasa kecewa karena gagal mengabadikan Taj Mahal dengan kamera. Jangankan memotret, melihat keindahan monumen era Mughal di India itu pun mereka tidak bisa karena polusi udara.
Shakeel Rafiq, seorang pemandu wisata setempat, mengatakan wisatawan kecewa ketika mereka tidak menemukan Taj Mahal sebagai latar belakang foto mereka.
“Pada hari Minggu, saya bersama pasangan lansia asal Jerman. Kami mengunjungi monumen tersebut pada jam 8 pagi, namun tidak dapat melihat Taj dengan jelas dari kejauhan. Itu membuat mereka kecewa,” kata Rafiq, seperti dilansir dari Hindustan Times, Selasa, 7 November 2023.
India Taj Mahal (pixabay.com)
Wisatawan kecewa
Hal serupa juga terjadi pada beberapa wisatawan dari Polandia yang harus berkunjung sekitar tengah hari karena tidak bisa melihat pemandangan monumen era Mughal di pagi hari, katanya.
Seorang pengunjung lain mengatakan sudah menunggu satu jam untuk melihat Taj Mahal, tetapi kondisi tidak membaik.
"Kami sudah menunggu selama satu jam tetapi tidak ada yang bisa dilihat," kata turis itu kepada kantor berita ANI.
Rajeev Saxena, presiden Persatuan Pariwisata Agra, mengatakan hal ini menjadi perhatian serius bagi wisatawan. Empat wisatawan asal AS membatalkan tur ke monumen lain di Agra setelah mengunjungi Taj Mahal. Mereka khawatir tidak bisa melihat monumen lain itu karena tertutup kabut polusi udara seperti Taj Mahal.
Selain polusi, Saxena juga mengatakan aktivitas konstruksi di dekat Taj Mahal telah memperburuk keadaan dalam tiga tahun terakhir.
Ranjit Kumar, asisten profesor di Institut Pendidikan Dayalbagh dan aktivis lingkungan setempat, mengatakan, emisi dari kebakaran lahan di Punjab dan Haryana mempengaruhi kualitas udara Agra selama periode ini.
"Taj Mahal terletak di tepi sungai Yamuna. Cekungan Yamuna dan Gangga bertindak sebagai ruang hampa dan polusi diangkut melalui cekungan tersebut dan kota seperti Agra yang terletak di atas cekungan Indo-Gangga menjadi tercemar," kata dia.
Peningkatan polusi udara dan kabut asap di kawasan Agra dapat merusak permukaan marmer putih Taj Mahal, tambahnya.
Air Quality Index buruk
Namun, studi terhadap pola Air Quality Index (AQI) di stasiun Shahjahan Garden Uttar Paradesh Pollution Control Board (UPPCB), dekat Taj Mahal, mengungkapkan bahwa kualitas udara memburuk hingga 294 (kategori "buruk") pada Senin pagi sekitar pukul 10 pagi. Kabut asap yang diakibatkannya menurunkan visibilitas Taj Mahal.
Taj Mahal dibangun Raja Shah Jahan sebagai dedikasi atas meninggalnya Mumtaz, ketika melahirkan anak ke-14 di Bahanpur. Saat menjelang wafat, Mumtaz meminta agar Shah Jahan tidak menikah lagi dan ingin dihormati dengan mausoleum (makam). Taj Mahal kemudian dikenal sebagai simbol dari cinta Raja Shah Jahan kepada istrinya itu.
Ini bukan pertama Taj Mahal "menghilang" di balik selimut kabut asap. Pada 2021, visual kabut asap yang menyelimuti Taj Mahal menjadi viral di platform media sosial.
Pilihan Editor: 10 Destinasi Wisata di India Selain Taj Mahal