TEMPO.CO, Jakarta -
Saat lomba panjat pinang, peserta berusaha mencapai hadiah yang tergantung di puncak yang telah dilumuri minyak atau oli untuk rintangan yang harus dilewati. Panjat pinang telah lama menjadi kekhasan perayaan Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus.
Tentang Lomba Panjat Pinang
Dikutip dari artikel Pelajaran Berharga dari Permainan Panjat Pinang, panjat pinang telah jadi hiburan sejak zaman Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Di Cina, hiburan panjat pinang dikenal dengan sebutan qiang-qu.
Jika ditinjau dari namanya, memang panjat pinang hanya ada di Indonesia. Tapi permainan serupa juga ada di luar Indonesia.
Permainan dengan konsep serupa juga dikenal di Malta pada abad pertengahan sejak runtuhnya Romawi pada abad ke-15 Masehi. Panjat pinang saat itu dikenal dengan nama Gostra.
Di Belanda, permainan panjat pinang memiliki berbagai nama, antara lain de klimmast, sprietlopen, klimpaal yang ketiganya dalam Bahasa Belanda merujuk kesamaan arti memanjat tiang. Di Belanda, lomba ini diadakan saat perayaan ulang tahun Ratu Belanda atau Hari Ratuy setiap 31 Agustus.
Memaknai Lomba Panjat Pinang
Banyak orang yang memaknaii lomba ini secara beragam, misalnya gotong royong, saling menyemangati, kerja keras, tekun, kesabaran. Adapun panjat pinang dimaknai sebagai perwujudan untuk meraih cita-cita. Setiap peserta panjat pinang menginginkan hadiah yang sudah digantungkan di puncak.
Panjat pinang menggambarkan kehidupan yang turun naik. Saat meraih cita-cita atau tujuan pasti akan ada situasi jatuh dan bangun seperti lomba panjat pinang. Meskipun hanya memanjat, tapi batang pinang dilumuri oli atau pelumas. Dibutuhkan kerja sama tim yang kreatif, disiplin, dan cekatan antara peserta lomba. Penggabungan kekuatan juga penting untuk mencapai puncaknya.
Pilihan Editor: Alasan Oli Bekas Tak Boleh jadi Pelumas Panjat Pinang: Bisa Sebabkan Kanker