TEMPO.CO, Jakarta - Selain sebagai tempat destinasi wisata, Gorontalo juga dikenal memiliki tradisi yang ikonik, salah satunya Langga. Mengutip dari publikasi "Simbol Dan Makna Tari Langga Buwa Karya Muraji Bereki", Langga merupakan bela diri dengan tangan kosong atau tanpa senjata.
Langga dilakukan oleh laki-laki Gorontalo. Pada mulanya, ilmu bela diri ini dipersiapkan untuk perang dan untuk pertahanan pengawal kerajaan Hulonthalangi, kerajaan pertama di Gorontalo.
Beladiri tradisional ini diperkenalkan oleh Ju Panggola, seorang Awuliya yang memperluas agama Islam di Gorontalo pada abad ke-16. Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, masa itu, Ju Panggola mengajarkan ilmu beladiri khususnya kepada para prajurit kerajaan atau disebut Majulu yang dipimpin oleh Apitalau.
Ju Panggola sendiri diyakini masyarakat Gorontalo mempunyai kesaktian mampu menghilang dan muncul ketika dalam keadaan darurat. Langga pada kala itu, diajarkan Ju Panggola dengan cara meneteskan air pada mata murid-muridnya. Setelah itu, sang murid akan menguasai ilmu bela diri Langga tersebut.
Langga diciptakan untuk tidak membunuh musuh, melainkan menjaga diri dan melumpuhkan lawan. Kendati demikian, Langga juga memiliki gerakan yang lebih kuat dan tangkas dibandingkan seni bela diri lainnya seperti karate, kempo dan taekwondo.
Hal ini lantaran konsep teknik beladiri Langga dipergunakan oleh Pe’langga untuk dalam menggagalkan serangan lawan, yang kemudian melakukan serang balik dengan mengunci serangan atau menjatuhkan lawan. Seperti dijelaskan dari kepelatihan.fok.ung.ac.id, Langga juga menggunakan konsep gerak “molelapo to tonula leletua” yang berarti mengunci semua persendian.
Tak hanya itu, beladiri Langga digunakan menghentikan semua bentuk perseturuan yang didasari jiwa kasih sayang. Dimana salah satu fungsi Langga dibuat sebagai pengayom, bukan perusak.
Berbeda dengan beladiri lainnya, Langga merupakan sebuah tradisi berupa bela diri yang di dalamnya terdapat sebuah ritual. Beladiri ini diawali dengan pemanggilan lati yang disertai perlengkapan ritual seperti, polutube, kemenyan, uang koin, dan pisau dengan gagang terlilit dengan kain merah. Kemudian menggunakan ayam, dan tiga helai kain berwarna yaitu hitam, putih, merah.
Tak habis sampai disitu, Langga juga terbagi menjadi dua jenis, yakni langga khusus dan langga undangan. Langga khusus dilaksanakan oleh kelompok masyarakat kecil seperti desa maupun kecamatan sebagai hiburan atau presentasi estetis. Sedangkan Langga undangan digelar untuk masyarakat besar yang diikuti oleh beberapa tamo Langga yang ada di setiap wilayah Kabupaten ataupun Kota Gorontalo.
Pilihan Editor: Jajal ke Gorontalo? Simak 6 Keunikan Provinsi Gorontalo